Drama Kopi

Jelas saja, jawaban Zafira membungkam mulut Alvian. Ternyata calon sekretaris barunya ini mulai dari sifat sampai sikap benar-benar bertolak belakang dari sifat dan sikap sekretaris tak ada akhlaknya. Tutur katanya pun lembut dan tak mudah terintimidasi.

"Kalau tak ada yang perlu saya lakukan lagi, saya permisi pak," ucap Zafira sambil membungkukkan badannya.

Tapi belum sempat Zafira beranjak, seruan dari Alvian membuatnya tak jadi bergerak barang sesenti.

"Siapa suruh kamu keluar?" ketus Alvian dingin.

"Ah, apa ... bapak butuh sesuatu?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Saya belum mencicipi kopi buatan kamu. Bagaimana kalau rasanya tak enak?"

"Kalau ... "

Slruuppp ...

"Huekkk ... "

Alvian meleletkan lidahnya membuat Zafira panik.

"Pak, Pak Alvian, pak Alvian kenapa? Apa kopinya ... "

"Kau bisa buat kopi atau tidak sih?" Sambar Alvian tiba-tiba dengan mata melotot membuat Zafira menelan ludahnya. Selama ini, tidak pernah ada yang protes kopi buatannya. Bahkan almarhum ayahnya saja sangat menyukai kopi buatannya, tapi kenapa atasannya ini justru sebaliknya.

"Ma-af, memang kopi buatan saya kurang enak ya, pak?" cicit Zafira gugup.

"Kau mau buat saya terkena diabetes, heh? Berapa kilo gula yang kamu masukkan ke kopi saya?" sarkas Alvian dengan mata nyaris lompat dari rongganya.

'Apa? Diabetes? Apa kopinya kemanisan? Tapi takaran kopi dan gulanya seperti biasanya yang aku buat, kopi dua sendok teh dan gula 1 sendok teh. Apa tadi takarannya tertukar ya?' gumam Zafira dalam hati.

"Kenapa malah melongo? Saya tahu saya tampan, tapi nggak segitunya kamu pandangi saya. Atau kamu nggak pernah liat pria tampan jadinya kamu kagum melihat ketampanan saya?"

Zafira : "?!??????$@&#&_@-@ "

Zafira makin melongo dengan sikap atasannya ini, kadang ketus, kadang jutek, kadang nyebelin, dan kini ... narsis.

"Buatkan saya kopi yang baru." Titah Alvian.

"Kenapa masih diam di sana? Cepat buatkan saya kopi yang baru. Awas kalau kemanisan!" titahnya membuat Zafira bergegas membuatkan kopi yang baru. Tapi sebelum itu, ia mendekat ke arah meja Alvian, hendak mengambil kopi yang ia buat sebelumnya.

"Kenapa diambil lagi?" tanya Alvian dengan dahi yang berkerut saat melihat Zafira hendak mengangkat cangkir kopi yang baru ia minum sedikit.

"Mau saya bawa ke pantry lagi, pak."

"Kenapa?"

"Kan kata bapak kemanisan, jadi mau saya buang saja."

"Kau mau buang-buang kopi ini secara percuma? Memang harga kopi dan gula itu murah bagi saya, tapi tahu kah kamu, di luar sana banyak yang buat beli gula 1/4 kg saja rasanya susah banget." Melihat Zafira yang lagi-lagi melongo membuat Alvian menyentil dahinya.

"Awww ... "

Zafira mencebikkan bibirnya karena bos nggak ada akhlaknya itu menyentil dahinya sesuka hati.

"Maksud saya, biarkan kopi ini di sini, MUBAZIR." Tekan Alvian saat mengucapkan kata mubazir.

'Astaga pak, mau bilang jangan dibuang karena mubazir aja ribet bener.' Ingin rasanya Zafira menangis karena ulah menyebalkan atasan sahabatnya itu, tapi malu. Masa' baru juga sehari ikut masa percobaan udah nangis.

"Ka-kalau begitu, saya permisi pak. Saya akan membuatkan kopi Anda yang baru," pamit Zafira yang buru-buru ngacir menuju pantry.

Setelah melihat Zafira kabur dari ruangannya, Alvian kembali mengangkat cangkir kopi miliknya dan menyesapnya dengan santai sambil menatap ke arah layar laptop.

"Brakkk ... "

Sedang asik meminum kopinya, tiba-tiba Nova masuk begitu saja sambil membanting pintu ruangannya.

Spontan saja Alvian mengangkat wajahnya dengan mata melotot.

"Kenapa loe melotot-melotot? Loe sengaja ya ngerjain sahabat gue?" sentak Nova dengan mata tak kalah melotot.

"Dia ngadu?" jawab Alvian santai sambil meminum kopinya.

"Katanya kopi loe kemanisan, kenapa masih loe minum?"

"Loe tahu kan gue anti buang-buang makanan, mubazir." Tukasnya acuh tak acuh sambil meletakkan cangkir kopinya kembali ke atas meja.

"Bohong banget loe. Gue tahu, loe itu sengaja mau ngerjain Fira. Please deh, Al, kurang-kurangin sifat nyebelin kamu itu. Kasian Fira harus mondar-mandir gara-gara loe."

"Emangnya jarak pantry ke ruangan gue berapa kilometer sih sampai loe kayak takut banget dia capek."

"Bukan takut dia capek sebenarnya, tapi lebih ke khawatir. Soalnya dia itu sedang ha- .. "

"Sedang ha- apa?" Alvian menumpukan kedua sikunya di atas meja lalu menopang dagunya ke atas punggung tangannya yang saling bertaut.

"Sedang ... sedang haid ya, dia sedang haid. Biasanya Fira itu kalo sedang haid, perutnya suka sakit terus kram gitu. Kalo dipaksa mondar-mandir takutnya dia tiba-tiba pingsan, gimana? Ujung-ujungnya kita juga yang repot kan!" kilah Nova tak mau jujur masalah kehamilan Zafira sebab perempuan itu sendiri yang meminta. Ia hanya khawatir kalau ia ditolak bekerja di sana bila tahu ia sedang hamil. Setidaknya ia harus bekerja di sana beberapa bulan dulu sampai ia benar-benar diterima, baru ia akan jujur.

"Alasan. Keluar sana. Selesaikan pekerjaan loe. Perempuan itu biar jadi urusan gue, jadi nggak usah ikut campur," tukasnya seraya mengusir Nova.

"Tapi ... "

"Permisi, pak," ucap Zafira yang telah kembali lagi seraya membawa 1 cangkir kopi pesanan sang atasan. Melihat keberadaan Nova, ia pun segera membawa masuk kopi tersebut dan meletakkannya di atas meja.

Dengan wajah menahan kesal, Nova pun keluar dari ruangan itu sambil menghentak-hentakkan kaki.

Dahi Zafira berkerut saat melihat cangkir kopi yang sebelumnya ia hidangkan ternyata telah tandas hingga hanya menyisakan ampas.

'Katanya kemanisan, tapi kok diminum sampai habis?'

Mendengar langkah kaki Nova yang dihentakkan, sontak Zafira menoleh. Ia merasa bingung, baik itu dengan sikap sahabatnya yang sepertinya sedang kesal, maupun sang atasan yang ...

Zafira menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil berdiri menunggu sesi komentar dari sang atasan.

'Aku udah kayak menunggu penilaian dari juri MasterChef aja dan pak Alvian sebagai chef Juna.'

Prang ...

'Haduh, salah apalagi ini? Kok hari ini kerjaanku nggak ada yang becus sih? Gimana aku bisa diterima kerja di sini coba kalau baru sehari aja udah buat banyak kesalahan,' ringis Zafira dalam hati.

😭😭😭

"Kamu ... "

"Saya kenapa, pak? Apa kopinya masih kemanisan?" tanya Zafira khawatir.

"Bukan."

"Lalu?"

"Kalau tadi kemanisan, kalau yang ini kepahitan. Kamu sengaja nggak kasi gula ya?"

'Salah lagi.'

"Buat lagi sana yang bener!"

"Hah! Buat lagi?"

'Pak, aku pen nangis, boleh? 😭😭😭😭😭😭'

...***...

Hari sudah beranjak sore, Refano yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya tampak merenggangkan kedua tangan dan punggungnya yang terasa kaku karena telah duduk hingga berjam-jam menghadap laptop.

"Mas, yuk pulang!" ajak Saskia sambil menghampiri suaminya.

Refano pun beranjak berdiri kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya dengan Saskia yang bergelayut mesra di lengannya. Semua orang telah mengetahui Saskia telah menikah dengan Refano.

Saat mobil telah melaju, ia melihat sekumpulan anak sedang bermain di sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya berada. Anak-anak itu tertawa riang, berlari kesana-kemari, ada yang bermain entah itu dengan saudara atau teman-temannya, ada juga yang bermain dengan orang tuanya. Ada rasa tak biasa dalam hati Refano. Sepanjang usia anaknya, ia belum pernah sekalipun bermain dengan anak-anaknya. Jangankan bermain, menggendong pun ia tak pernah.

"Kamu kayaknya udah nggak sabar banget pengen punya anak laki-laki ya, mas? Anak laki-laki itu lucu ya! Gembul. Anak kita nanti pasti bakal lebih lucu lagi dari anak itu. Udah lucu, tampan, aku nggak masalah kok kalau anak kita nanti mirip kamu." Ujar Saskia sambil merebahkan kepalanya di pundak Refano. Ia ikut mengarahkan pandangannya pada anak-anak yang tengah bermain. Jalanan yang sedikit macet membuat mereka dapat melihat anak-anak yang tengah bermain itu.

Setibanya di rumah, Refano sejenak terpaku di teras rumah. Sekelebat memori wajah riang Regina menyambut kepulangannya membuat Refano mematung. Entah sadar atau tidak, tangan Refano tiba-tiba terentang ke samping saat melihat bayangan Regina berlari ke arahnya hingga saat bayangan itu telah tepat berada di hadapannya, seketika bayangan itu hilang. Refano mengerjapkan matanya, menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan anak perempuan yang tadi menyambut kepulangannya.

"Mas, kamu cari apa sih kayak orang kebingungan gitu?" tanya Saskia heran. Saat ia berjalan masuk ke dalam rumah, ia kira Refano masih berada di sampingnya, tapi ternyata tak ada. Saskia sampai keluar lagi untuk mencari keberadaan Refano yang ternyata memang masih berada di luar. Tapi yang membuat Saskia bingung, mengapa wajah Refano tampak kebingungan. Ia sampai celingak-celinguk kesana kemari seolah sedang mencari sesuatu yang hilang.

"Aku mencari Re- ... " Refano seketika bungkam. Merasa bingung dengan dirinya sendiri. Untuk apa ia mencari Regina, pikirnya. Bukankah Regina sudah tidak berada di rumah itu lagi. Bukankah juga ia tidak pernah suka melihat keberadaan anak-anak perempuannya di rumah itu. Refano pun menghela nafas kasar. Mencoba menepis segala rasa yang mengganggu ketenangan jiwanya.

'Sepertinya aku butuh liburan untuk menenangkan pikiranku. Rasa lelah ini membuat aku membayangkan yang tidak-tidak.'

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

tega bener si Pak Alvian ya
Ntar lama2 gak bisa bbok dech dia, cz kebanyakan minum kopi

2024-04-10

0

Robi 89

Robi 89

ya ampun bisa"nya malah narsis, bos g jelas

2024-02-28

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Mubazir katanya...

2024-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Anak perempuan yang tak dianggap
2 Rencana Liliana
3 Kegaduhan di pagi hari
4 Buah hati pelipur lara
5 Saskia
6 Kecamuk batin Zafira
7 You Raise Me Up
8 Ke dokter Kandungan
9 Pengusiran
10 Pengusiran II
11 Duka dan Lunas
12 Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13 Bertemu Nova
14 Sekretaris vs Bos
15 Menepis rasa
16 Bertemu Bos Baru
17 Drama Kopi
18 Baik tapi nyebelin
19 Tantangan
20 Tamu Perusahaan
21 Kagum?
22 Gejala Sakit Jantung?
23 Periksa ke dokter
24 Bos Galak
25 Singa Lapar
26 Ray Adams
27 Ray dan Zafira
28 Apa mungkin ...
29 Kutukan Bunda
30 Perdebatan
31 Regina ...
32 Rumah Sakit
33 Apakah itu ...
34 Mengobati penasaran
35 Lampu hijau
36 Rasa penasaran Zafira
37 Sikap Alvian
38 Di bawah atap yang sama
39 Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40 Zafira dan Bu Ayu
41 Masa lalu Ayu (1)
42 Masa lalu Ayu (II)
43 Suami siaga?
44 Kekhawatiran
45 Kesempatan terakhir yang tersiakan
46 Tangisan terakhir
47 Jawaban Zafira
48 Muhammad Zafran Altakendra
49 Batal khitbah?
50 Kerja sama
51 Aku menyesal
52 Maling teriak maling
53 Di dalam mobil
54 Jadi bahan perbincangan
55 Menjadi pusat perbincangan
56 SHOCK
57 Kebiasaan baru Alvian
58 Genggaman tangan
59 Otw ...
60 Histerektomi
61 Lamaran
62 Undangan
63 Perasaan Refano
64 Judulin sendiri. Hehehe ...
65 Pertama
66 Luapan emosi
67 Sore Pertama
68 Papa
69 Baju dinas
70 Kedatangan Liliana
71 Kedatangan Refano menemui Alvian
72 Kedatangan Refano menemui Alvian II
73 Kedatangan Refano menemui Alvian III
74 Pencarian
75 75
76 Batu Moisanit
77 77
78 Menemukan keberadaan Refani
79 79
80 Siang di ruang kerja
81 Kecelakaan
82 Cerita 1
83 Cerita 2
84 Panik
85 Shock
86 Hancur
87 Pelangi setelah badai
88 Bonus
89 Kelegaan dan sang mantan
90 Bicara
91 Makan malam
92 Kritis
93 Operasi
94 Dorrr 1
95 Dorrr 2
96 Prison
97 97
98 Ya, semoga saja.
99 Kejutan
100 Merlyn
101 Salah paham?
102 Mas hot daddy
103 103
104 104
105 Sehari bersama Regina dan Refina
106 106
107 107
108 Karena kau memang pantas mendapatkannya
109 Cafe
110 Perubahan Merlyn
111 Story of Merlyn 1
112 Story of Merlyn 2
113 Heart to heart
114 Ungkapan perasaan
115 Akhir bahagia
116 Alohaaa para readers othor
117 Rahim Tebusan
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Anak perempuan yang tak dianggap
2
Rencana Liliana
3
Kegaduhan di pagi hari
4
Buah hati pelipur lara
5
Saskia
6
Kecamuk batin Zafira
7
You Raise Me Up
8
Ke dokter Kandungan
9
Pengusiran
10
Pengusiran II
11
Duka dan Lunas
12
Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13
Bertemu Nova
14
Sekretaris vs Bos
15
Menepis rasa
16
Bertemu Bos Baru
17
Drama Kopi
18
Baik tapi nyebelin
19
Tantangan
20
Tamu Perusahaan
21
Kagum?
22
Gejala Sakit Jantung?
23
Periksa ke dokter
24
Bos Galak
25
Singa Lapar
26
Ray Adams
27
Ray dan Zafira
28
Apa mungkin ...
29
Kutukan Bunda
30
Perdebatan
31
Regina ...
32
Rumah Sakit
33
Apakah itu ...
34
Mengobati penasaran
35
Lampu hijau
36
Rasa penasaran Zafira
37
Sikap Alvian
38
Di bawah atap yang sama
39
Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40
Zafira dan Bu Ayu
41
Masa lalu Ayu (1)
42
Masa lalu Ayu (II)
43
Suami siaga?
44
Kekhawatiran
45
Kesempatan terakhir yang tersiakan
46
Tangisan terakhir
47
Jawaban Zafira
48
Muhammad Zafran Altakendra
49
Batal khitbah?
50
Kerja sama
51
Aku menyesal
52
Maling teriak maling
53
Di dalam mobil
54
Jadi bahan perbincangan
55
Menjadi pusat perbincangan
56
SHOCK
57
Kebiasaan baru Alvian
58
Genggaman tangan
59
Otw ...
60
Histerektomi
61
Lamaran
62
Undangan
63
Perasaan Refano
64
Judulin sendiri. Hehehe ...
65
Pertama
66
Luapan emosi
67
Sore Pertama
68
Papa
69
Baju dinas
70
Kedatangan Liliana
71
Kedatangan Refano menemui Alvian
72
Kedatangan Refano menemui Alvian II
73
Kedatangan Refano menemui Alvian III
74
Pencarian
75
75
76
Batu Moisanit
77
77
78
Menemukan keberadaan Refani
79
79
80
Siang di ruang kerja
81
Kecelakaan
82
Cerita 1
83
Cerita 2
84
Panik
85
Shock
86
Hancur
87
Pelangi setelah badai
88
Bonus
89
Kelegaan dan sang mantan
90
Bicara
91
Makan malam
92
Kritis
93
Operasi
94
Dorrr 1
95
Dorrr 2
96
Prison
97
97
98
Ya, semoga saja.
99
Kejutan
100
Merlyn
101
Salah paham?
102
Mas hot daddy
103
103
104
104
105
Sehari bersama Regina dan Refina
106
106
107
107
108
Karena kau memang pantas mendapatkannya
109
Cafe
110
Perubahan Merlyn
111
Story of Merlyn 1
112
Story of Merlyn 2
113
Heart to heart
114
Ungkapan perasaan
115
Akhir bahagia
116
Alohaaa para readers othor
117
Rahim Tebusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!