Sekretaris vs Bos

Termenung sendirian di pojok sebuah cafe yang ada di hotel tempatnya menginap, itu yang Refano lakukan saat ini. Entah mengapa, hatinya begitu hampa. Padahal hari ini adalah hari pernikahannya. Bahkan tadi ia sudah mengikrarkan ijab Kabul sebagai tanda Saskia kini telah resmi menjadi istrinya. Tapi mengapa, ia tetap saja hampa. Tidak merasakan kebahagiaan seperti yang sering orang-orang gaungkan kalau pernikahan itu bisa membuat perasaan bahagia. Hatinya begitu kosong, bahkan seperti ada sesuatu yang hilang, tapi apa ia tak tahu.

Sebenarnya, ia pun tak menghendaki pernikahan ini. Seandainya Saskia tidak hamil, mungkin ia takkan pernah menikah dengannya sebab ia tidak memiliki perasaan apapun pada perempuan itu. Namun satu kejadian meluluhlantakkan semua, membuatnya terpaksa mengikat perempuan itu dalam ikatan tali pernikahan.

Saat sedang tercenung, tiba-tiba sorot mata penuh luka Zafira melintas di benaknya hingga membuatnya tersentak. Refano mengusap wajahnya kasar, mengapa ia bisa tiba-tiba terbayang perempuan itu, pikirnya.

'Kenapa aku terbayang wajahnya lagi? Hah, menyebalkan!' batinnya lalu ia mengangkat cangkir berisi kopi miliknya dan segera menandaskannya.

...***...

"Gimana nak hasil pertemuanmu dengan Nova?" tanya Bu Mayang sambil meletakkan sepiring pisang goreng di hadapan Zafira.

"Nova akan bantu, Bu. Dia mau bilang sama bos nya dulu. Doain ya, Bu, semoga aja bos nya mau mempekerjakan Fira," ujar Zafira seraya mengulas senyum.

Bu Mayang mengulas rambut Zafira dengan sayang, "pasti. Doa ibu selalu menyertaimu, nak," ujarnya dengan senyum hangatnya.

"Oh ya, Bu, tadi Fira juga mampir ke sekolah Regina. Fira mau urus surat pindah, tapi pemilik yayasan malah kasih beasiswa biar Regina tetap sekolah di sana. Fira benar-benar nggak nyangka," tutur Zafira dengan mata berbinar.

"Alhamdulillah, rejeki anak sholehah ya gitu, nggak disangka -sangka."

"Ibu benar. Tapi Bu ... "

"Ya ... " Bu Mayang mengerutkan keningnya saat melihat ekspresi gusar sang anak.

"Kalau Fira udah diterima kerja, kan nggak mungkin Fira bolak-balik pulang pergi dari sini, sekolah Regi juga kan di sana. Kalau kita ngontrak aja gimana, Bu?" Zafira meminta pendapat sang ibu. Bagaimana pun, Bu Mayang adalah ibunya. Tidak mungkin ia meninggalkan ibunya seorang diri di sini.

"Terus rumah ini?" gusar Bu Mayang. Bukan tanpa alasan, rumah itu menyimpan banyak kenangan. Rumah itu dibangun ayah Zafira dengan setiap tetes keringatnya. Tentu ia khawatir meninggalkan rumahnya begitu saja.

"Kan bisa kita sewakan, Bu. Tapi itu terserah ibu, kalau ibu maunya aku bolak-balik ke sini, ya apa boleh ... "

"Ya sudah, mana baiknya saja, ibu setuju. Ibu juga nggak mungkin kan membiarkan kamu bolak-balik kesana kemari, sedangkan lama perjalanan dari sana kemari saja hampir 3 jam. Waktu kamu bisa habis di jalan kalau begitu." Ujar Bu Mayang bijak membuat Zafira tersenyum bahagia.

"Makasih ya, Bu. Entah apa jadinya Fira kalau ibu nggak ada. Fira pasti bakal seperti anak ayam kehilangan induknya." Ujar Zafira sambil terkekeh, namun netranya tak mampu menutupi raut kesedihannya.

"Sssttt ... nggak boleh ngomong gitu. Kamu itu anak ibu satu-satunya, amanah ayah kamu, sebelum kamu bahagia, ibu akan selalu ada untukmu," sergah Bu Mayang sambil mengusap punggung tangan Zafira. "Oh ya Ra, kenapa kamu nggak urus sendiri aja gugatan perceraian kalian apalagi laki-laki itu sudah menikah lagi, kan bisa kamu gugat dia duluan, daripada repot-repot nunggu dia ceraikan kamu setelah melahirkan," ujar Bu Mayang memberikan saran tapi respon Zafira justru sebuah helaan nafas panjang membuat dahi Bu Mayang berkerut.

"Gimana Fira mau gugat, Bu, pernikahan kami aja nggak tercatat di kantor urusan agama," jawab Zafira membuat Bu Mayang membeliakkan matanya.

"Mak-maksudnya?"

"Ternyata selama ini Fira hanya dinikahi secara siri, Bu. Mas Refano nggak pernah mendaftarkan pernikahan kami "

"Kenapa begitu? Kenapa kamu selama ini tidak cerita ke ayah dan ibu kamu sih nak?" Nafas bu Mayang rasa tercekat saat mengetahui fakta tak terduga ini.

"Fira juga belum lama taunya, Bu. Waktu itu sekolah minta fotokopi akta kelahiran Regina,. karena belum ada, Fira mau coba urus, ternyata mau buatnya kan butuh surat nikah. Toh selama ini aja Fira nggak pernah liat surat nikah kami, jadi Fira coba cari ternyata memang pernikahan kami nggak terdaftar sama sekali, Bu. Sampai hati mereka mempermainkan perasaan Fira. Mereka begitu kejam, Bu., mereka ... "

Mendengar nafas sang anak tercekat, Bu Mayang pun segera mendekapnya untuk memberikan ketenangan. Zafira memejamkan matanya, kenapa air mata ini terus saja mendesak untuk keluar padahal sebisa mungkin sudah ia tahan, tapi mereka masih saja mendesak untuk keluar.

Bu Mayang memejamkan matanya, lidahnya kelu, entah kata apa pagi yang bisa ia ucapkan untuk menguatkan. Hanya pelukan yang bisa ia berikan, berharap dengan begitu putrinya dapat sedikit lebih tenang.

...***...

"Bos, ini berkas yang kamu pinta," ujar Nova seraya menyodorkan berkas ke hadapan Alvian Altakendra, sang atasan.

"Hmmm ... " Alvian hanya berdeham tanpa mengangkat wajahnya sedikitpun.

"Oh ya, bos, perkara sekretaris pengganti, saya sudah mendapatkannya," ujar Nova sebelum keluar dari ruangan Alvian.

Mendengar penuturan itu, Alvian segera menghentikan jemarinya yang sibuk menari di atas keyboard dan mendongakkan wajahnya.

"Kau sudah menyeleksinya? Siapa?" tanya Alvian. Ia pikir, orang yang direkrut Nova merupakan salah satu pekerja di Alta Corp.

"Namanya Zafira."

"Hah! Zafira? Dari divisi mana?"

"Bukan dari divisi mana-mana."

"Maksudnya?"

"Ekhem ... " Nova berdeham terlebih dahulu sebelum menjelaskan. "Zafira itu sahabat saya, bos. Tidak berasal dari divisi manapun."

"Bagaimana bisa kau mengambil keputusan tanpa bertanya terlebih dahulu? Apa dia sudah melamar pekerjaan di sini?"

Nova menggeleng, "maaf kalau saya lancang, tapi saya yakin dia bisa melaksanakan tugasnya dengan baik nanti. Sebelum saya benar-benar pergi, saya akan membimbingnya terlebih dahulu. Oh ya, dia belum pernah melamar kerja di sini sebelumnya, bos."

"Jadi dia kerja di sini lewat jalur nepotisme, begitu?" Mata Alvian melotot tak percaya dengan sekretarisnya yang mengambil keputusan seenaknya sendiri.

"Jangan sebut dia gitu lah, pak. Saya mohon, boleh ya, pak! Dia butuh banget pekerjaan ini!" ujar Nova seraya memasang wajah memelas.

"Kau pikir hanya dia yang butuh pekerjaan? Semua orang juga butuh, Nova. Nggak. Aku nggak mau terima karyawan asal-asalan. Gimana kalo dia nggak bisa ngikutin ritme kerjaku? Bisa-bisa semuanya kacau." Tolak Alvian tegas.

"Ayolah Van, please deh tolong terima ya! Aku yakin, kamu bakal cocok kerja sama dia. Orangnya pintar dan cekatan. Dia sedang benar-benar butuh pekerjaan ini. Aku juga yakin dia bisa mengikuti ritme kerja kamu, cuma ya jangan terlalu kejam aja, jangan terlalu diforsir, kasihan. Mau ya, mau ya, please!"

"Belum diterima kerja aja sudah dipakein syarat-syarat, apalagi sudah kerja, bisa-bisa semaunya saja. Pokoknya nggak ya nggak!" tegas Alvian kekeuh tak mau menerima Zafira menjadi sekretarisnya.

"Ck ... ya udah kalau nggak mau, aku langsung minta tolong sama Tante Ayu aja, pasti Tante Ayu mau nolong, nggak kayak anaknya yang jahat bin nyebelin. Keras kepala juga." Tukas Nova sambil berkacak pinggang membuat Alvian melotot tajam. "Kenapa melotot-melotot? Takut?" sentak Nova. Sungguh mungkin hanya Nova sekretaris yang mampu membentak atasannya sendiri.

"Ya ya ya, selalu saja mengancam menggunakan nama bunda. Dasar, nggak tahu malu," geram Alvian seraya mendengkus, tapi justru membuat Nova melebarkan senyumnya. "Kirim CV nya sekarang, aku mau lihat," titah Alvian.

"Udah dari tadi keles, mata loe aja yang nggak jeli. Cek aja di email, udah aku kirim sejak satu jam yang lalu."

Tanpa menggubris perkataan Nova, Alvian pun segera membuka email yang dimaksud.

Mata Alvian seketika melotot saat membaca riwayat pekerjaannya, "Nova, yang benar aja, terakhir dia bekerja itu lebih dari 7 tahun yang lalu, bagaimana bisa dia bekerja? Yang ada bukannya membantu, malah bikin kacau," teriak Alvian. Bukannya takut, Nova justru terkekeh sambil menutup mulutnya.

"Ck ... kita liat aja entar, gue jamin, dia kerjaannya bagus sesuai yang gue bilang tadi . Orangnya juga cerdas dan cekatan kok. Cuma please, jangan macam-macam sama dia apalagi nyuruh dia yang aneh-aneh, kalau itu sampai terjadi awas loe!" Nova mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke arah mata Alvian, seolah mengancam akan mencolok kedua matanya bila ia macam-macam.

Bukannya takut, Alvian justru berdecih, "kita liat aja entar. Gue akan buktikan sendiri omongan loe. Awas kalau nggak sesuai ekspektasi, gue minta loe kembali jadi sekretaris gue hari itu juga!" ancamnya sambil menyeringai membuat Nova menganga tak percaya.

"Oke. Siapa takut!" sambut Nova dengan kedua tangan sudah bersedekap di depan dada.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Arwondo Arni

Arwondo Arni

semoga fira sukses dan dinikahi bos biar bs membalas kekejaman mantan suami dan keluarganya

2024-03-25

1

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

Semangat Zafira, orang baik pasti dpt rejeki yg baik pula

2024-04-09

0

Mayyuzira

Mayyuzira

mampus kau,biar nyesal kau seumur hidupmu

2024-04-15

0

lihat semua
Episodes
1 Anak perempuan yang tak dianggap
2 Rencana Liliana
3 Kegaduhan di pagi hari
4 Buah hati pelipur lara
5 Saskia
6 Kecamuk batin Zafira
7 You Raise Me Up
8 Ke dokter Kandungan
9 Pengusiran
10 Pengusiran II
11 Duka dan Lunas
12 Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13 Bertemu Nova
14 Sekretaris vs Bos
15 Menepis rasa
16 Bertemu Bos Baru
17 Drama Kopi
18 Baik tapi nyebelin
19 Tantangan
20 Tamu Perusahaan
21 Kagum?
22 Gejala Sakit Jantung?
23 Periksa ke dokter
24 Bos Galak
25 Singa Lapar
26 Ray Adams
27 Ray dan Zafira
28 Apa mungkin ...
29 Kutukan Bunda
30 Perdebatan
31 Regina ...
32 Rumah Sakit
33 Apakah itu ...
34 Mengobati penasaran
35 Lampu hijau
36 Rasa penasaran Zafira
37 Sikap Alvian
38 Di bawah atap yang sama
39 Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40 Zafira dan Bu Ayu
41 Masa lalu Ayu (1)
42 Masa lalu Ayu (II)
43 Suami siaga?
44 Kekhawatiran
45 Kesempatan terakhir yang tersiakan
46 Tangisan terakhir
47 Jawaban Zafira
48 Muhammad Zafran Altakendra
49 Batal khitbah?
50 Kerja sama
51 Aku menyesal
52 Maling teriak maling
53 Di dalam mobil
54 Jadi bahan perbincangan
55 Menjadi pusat perbincangan
56 SHOCK
57 Kebiasaan baru Alvian
58 Genggaman tangan
59 Otw ...
60 Histerektomi
61 Lamaran
62 Undangan
63 Perasaan Refano
64 Judulin sendiri. Hehehe ...
65 Pertama
66 Luapan emosi
67 Sore Pertama
68 Papa
69 Baju dinas
70 Kedatangan Liliana
71 Kedatangan Refano menemui Alvian
72 Kedatangan Refano menemui Alvian II
73 Kedatangan Refano menemui Alvian III
74 Pencarian
75 75
76 Batu Moisanit
77 77
78 Menemukan keberadaan Refani
79 79
80 Siang di ruang kerja
81 Kecelakaan
82 Cerita 1
83 Cerita 2
84 Panik
85 Shock
86 Hancur
87 Pelangi setelah badai
88 Bonus
89 Kelegaan dan sang mantan
90 Bicara
91 Makan malam
92 Kritis
93 Operasi
94 Dorrr 1
95 Dorrr 2
96 Prison
97 97
98 Ya, semoga saja.
99 Kejutan
100 Merlyn
101 Salah paham?
102 Mas hot daddy
103 103
104 104
105 Sehari bersama Regina dan Refina
106 106
107 107
108 Karena kau memang pantas mendapatkannya
109 Cafe
110 Perubahan Merlyn
111 Story of Merlyn 1
112 Story of Merlyn 2
113 Heart to heart
114 Ungkapan perasaan
115 Akhir bahagia
116 Alohaaa para readers othor
117 Rahim Tebusan
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Anak perempuan yang tak dianggap
2
Rencana Liliana
3
Kegaduhan di pagi hari
4
Buah hati pelipur lara
5
Saskia
6
Kecamuk batin Zafira
7
You Raise Me Up
8
Ke dokter Kandungan
9
Pengusiran
10
Pengusiran II
11
Duka dan Lunas
12
Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13
Bertemu Nova
14
Sekretaris vs Bos
15
Menepis rasa
16
Bertemu Bos Baru
17
Drama Kopi
18
Baik tapi nyebelin
19
Tantangan
20
Tamu Perusahaan
21
Kagum?
22
Gejala Sakit Jantung?
23
Periksa ke dokter
24
Bos Galak
25
Singa Lapar
26
Ray Adams
27
Ray dan Zafira
28
Apa mungkin ...
29
Kutukan Bunda
30
Perdebatan
31
Regina ...
32
Rumah Sakit
33
Apakah itu ...
34
Mengobati penasaran
35
Lampu hijau
36
Rasa penasaran Zafira
37
Sikap Alvian
38
Di bawah atap yang sama
39
Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40
Zafira dan Bu Ayu
41
Masa lalu Ayu (1)
42
Masa lalu Ayu (II)
43
Suami siaga?
44
Kekhawatiran
45
Kesempatan terakhir yang tersiakan
46
Tangisan terakhir
47
Jawaban Zafira
48
Muhammad Zafran Altakendra
49
Batal khitbah?
50
Kerja sama
51
Aku menyesal
52
Maling teriak maling
53
Di dalam mobil
54
Jadi bahan perbincangan
55
Menjadi pusat perbincangan
56
SHOCK
57
Kebiasaan baru Alvian
58
Genggaman tangan
59
Otw ...
60
Histerektomi
61
Lamaran
62
Undangan
63
Perasaan Refano
64
Judulin sendiri. Hehehe ...
65
Pertama
66
Luapan emosi
67
Sore Pertama
68
Papa
69
Baju dinas
70
Kedatangan Liliana
71
Kedatangan Refano menemui Alvian
72
Kedatangan Refano menemui Alvian II
73
Kedatangan Refano menemui Alvian III
74
Pencarian
75
75
76
Batu Moisanit
77
77
78
Menemukan keberadaan Refani
79
79
80
Siang di ruang kerja
81
Kecelakaan
82
Cerita 1
83
Cerita 2
84
Panik
85
Shock
86
Hancur
87
Pelangi setelah badai
88
Bonus
89
Kelegaan dan sang mantan
90
Bicara
91
Makan malam
92
Kritis
93
Operasi
94
Dorrr 1
95
Dorrr 2
96
Prison
97
97
98
Ya, semoga saja.
99
Kejutan
100
Merlyn
101
Salah paham?
102
Mas hot daddy
103
103
104
104
105
Sehari bersama Regina dan Refina
106
106
107
107
108
Karena kau memang pantas mendapatkannya
109
Cafe
110
Perubahan Merlyn
111
Story of Merlyn 1
112
Story of Merlyn 2
113
Heart to heart
114
Ungkapan perasaan
115
Akhir bahagia
116
Alohaaa para readers othor
117
Rahim Tebusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!