Duka dan Lunas

"Ada apa ini?" terdengar suara seseorang yang membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu menoleh ke sumber suara.

Nafas Zafira tiba-tiba tercekat saat melihat sosok yang amat sangat dikenalnya itu telah berdiri di ambang pintu. Raut wajah keduanya dipenuhi keterkejutan. Bahkan wajah sang ayah telah memucat, sedangkan sang ibu nampak berkaca-kaca.

"A-ayah? I-bu," cicit Zafira penuh keterkejutan. 'Sejak kapan ayah dan ibu ada di sini? Apakah jangan-jangan mereka sudah ... '

"Kalian ... kalian apakan anakku? Kalian mengusirnya? Setelah pengabdiannya bertahun-tahun, ternyata begini perlakuan kalian?" ujarnya dengan dada bergemuruh. Tangan pria paruh baya yang merupakan ayah kandung Zafira itu terulur mengurut dadanya yang berdenyut nyeri. Ia tak tahu, kedatangannya karena merindukan buah hati dan cucu-cucunya justru disambut dengan sebuah pengusiran sang anak dan cucu-cucunya. "Bahkan darah daging kalian sendiri pun turut kalian usir? Apa salah mereka dan dimana hati nurani kalian, hah?" bentak pak Ahmad, ayah Zafira.

"Nak," cicit ibu Zafira dengan tatapan sendunya.

Zafira yang tak kuasa menahan derai air matanya pun mendekati kedua orang tuanya setelah kedua putrinya mendekat terlebih dahulu.

"Kenapa nak? Kenapa mereka mengusirmu? Apa yang sebenarnya terjadi?" lirih Bu Mayang, ibu Zafira.

"Sudahlah, Bu, tak ada yang bisa kita bicarakan lagi. Semua telah berakhir. Mari kita pergi!" ajak Zafira tak mau kesehatan ayahnya kembali memburuk akibat permasalahan dirinya.

"Tidak bisa, Fira. Mereka tidak bisa memperlakukanmu seperti ini. Mereka yang memintamu dari ayah dan ibu, kalaupun mereka tidak menginginkan mu lagi, bukan begini caranya. Bukan dengan mengusir dan menghinamu seperti itu. "

"Kau pikir kami yang menginginkan anakmu itu? Tidak. Andai papa tidak memaksa anakku menikahi perempuan itu, mana sudi kami menerima dan menikahkannya dengan putraku. Kau pikir kualifikasi apa yang dimiliki putrimu sehingga pantas bersanding dengan putraku? Tidak ada. Perempuan miskin seperti dirinya mana pantas menjadi pendamping putraku," desis Liliana.

"Kau pikir kami mau menikahkan anakku dengan anakmu yang sombong? Tidak. Seandainya pak Prambudi tidak mengancam kami dengan meminta bayaran atas bantuannya yang telah membantu biaya operasi pemasangan ring, mana sudi aku menikahkan putriku yang berharga dengan putramu itu," tukas Pak Ahmad dengan bibir bergetar. "Kalian sungguh keterlaluan. Aku bersumpah kalian akan menyesali perbuatan kalian ini," teriak Pak Ahmad membuat Refano, pak Marwan, Liliana, dan Saskia tercekat. "Dan tenang saja, hutangku sebentar lagi akan lunas. Aku ... lebih baik mati daripada melihat anakku hidup tersiksa dengan kalian. Ayo nak, kita pergi sekarang!" ajaknya pada Zafira yang diangguki wanita hamil itu sambil menggeret kopernya, sedangkan koper milik Regina dan Refina ditarik oleh bu Mayang.

"Kau pikir sumpahmu itu berlaku, hah? Kami tidak takut, dengar itu! Dan kami takkan pernah menyesali keputusan kami," tegas Pak Marwan sambil melihat punggung Zafira dan kedua orang tuanya menjauh.

Langkah Pak Ahmad tampak kian tertatih. Zafira yang khawatir pun lantas segera menghampirinya. Zafira shock sebab wajah itu kini sudah seputih kapas.

"Ayah, ayah nggak papa? Mari kita ke rumah sakit dulu, Yah?" ajak Zafira khawatir.

Pak Ahmad justru menggeleng, "tidak perlu, nak. Biarkan ayah di sini sejenak. Ayah pasti akan mengembalikan uang yang mereka berikan itu. Maafkan ayah nak, seharusnya ayah tidak menerima permintaan pak Prambudi untuk menikahkan kamu dengan laki-laki itu. Tapi ... nasi telah menjadi bubur. Namun, ayah ... akan segera mengembalikan semuanya. Semuanya ... di sini. Semuanya ... berakhir ... "

Pak Ahmad lantas memeluk tubuh putrinya yang sudah bergetar karena panik.

"Jaga diri ya, nak! Maafkan ayah!"

Setelah mengucapkan itu, tiba-tiba tubuh pak Ahmad luruh. Zafira yang terlalu terkejut tampak kesulitan menahan bobot tubuh pak Ahmad yang seketika menjadi berat. Bu Mayang yang melihatnya pun gegas membantu menopang tubuh pak Ahmad pun penjaga rumah yang berdiri di dekat pagar rumah.

Mata Zafira dan Bu Mayang terbelalak saat menatap netra pak Ahmad telah tertutup. Dengan tangan bergetar, Zafira meletakkan jari telunjuknya di depan hidung pak Ahmad yang sudah tidak menghembuskan udara, seketika tangisnya pecah.

"Ayah, ayah bangun? Ayah, jangan nakutin Fira kayak gini, ayah? Ayah ... ayah ... ayah, kenapa ninggalin Fira? Ayah, jangan tinggalin Fira, ayah. Ayah ... " pekik Zafira dengan bersimbah air mata.

Bu Mayang yang juga berjongkok di samping sang suami hanya bisa terisak pilu. Padahal pagi tadi mereka masih baik-baik saja. Bahkan suaminya tampak begitu bersemangat ingin bertemu putri dan cucu-cucunya. Tapi ... yang terjadi sungguh di luar dugaan. Suaminya ... justru pergi meninggalkannya di saat anaknya sedang tidak baik-baik saja.

"Kakek ... bangun kakek," lirih Regina yang sudah terisak.

"Kakek .. kenapa mata kakek ditutup? Kakek tidur? Kok tidur di sini?" Refina yang belum paham hanya mengoceh sambil mencebikkan bibirnya.

Refano dan kedua orang tuanya juga Saskia yang mendengar keributan di depan rumahnya pun lantas bergegas keluar. Mata mereka terbelalak melihat apa yang telah terjadi di sana.

Zafira yang menyadari kedatangan Refano dan orang tuanya pun lantas menoleh. Tatapannya menghunus tajam netra calon mantan suami dan mertuanya itu, tak ketinggalan Saskia yang tampak tidak merasa bersalah sama sekali.

"Fira, apa yang terjadi?" tanya Refano mencoba mendekat.

"Sekarang kalian puas?" desis Zafira membuat langkah Refano terhenti. "Seperti yang ayahku katakan tadi, hutang kami sudah lunas. Ayah sudah melunasinya. Ayah sudah mengembalikan apa yang pernah keluarga kalian beri. Ayah ... memilih mati daripada berhutang budi pada kalian," desis Zafira tajam sambil mengusap kasar air matanya.

"Zafira, jangan sembarang bicara!" sentak Refano.

"Tapi itulah kenyataannya. Kau dan orang tuamu selalu mengingatkan hutang budi ayahku pada kalian selama ini. Dan kini ... ayah sudah melunasinya. Sekarang kalian puas!" sentak Zafira tak kalah murka.

"Zafira, berhenti! Mari aku antar ayahmu ke rumah sakit untuk ... "

"Aku tidak butuh bantuanmu. Apa kau pikir, ayahku bisa hidup lagi setelah dibawa ke rumah sakit, hah? Aku membencimu, Refano. Sangat membencimu!" Raung Zafira yang sudah muak melihat calon mantan suami dan mertuanya itu.

Setelahnya ia pun segera meminta bantuan penjaga rumah itu menghentikan taksi. Dibantu penjaga, ibunya membawa masuk pak Ahmad ke dalam taksi. Mereka tidak membawa pak Ahmad ke rumah sakit, tapi ke rumah orang tuanya yang berjarak kurang lebih 3 jam perjalanan.

Sepanjang perjalanan, Zafira dan ibunya terus menangis. Tubuh pak Ahmad sudah dingin. Tanda-tanda kehidupan pun sudah benar-benar tak ada lagi. Zafira menyesali, semua yang terjadi karena permasalahan dirinya. Secara tidak langsung, dirinya lah penyebab ayahnya meninggal.

...***...

Di depan gundukan tanah merah, tampak Zafira tercenung seorang diri. Tiada air mata. Meskipun ia masih ingin menumpahkan tangisnya, tapi sebisa mungkin ia cegah sebab ia tahu, tidak boleh menangis di depan makam. Sebisa mungkin Zafira bersikap tenang. Mencoba memahami kepergian sang ayah merupakan bagian dari takdir yang tak dapat dicegah.

Setibanya di kampung tempat tinggal kedua orang tuanya, mereka memang langsung mengabarkan kepergian sang ayah dengan pemuka setempat sehingga acara pemakaman pun segera dilakukan.

Saat sedang melamun, sebuah tepukan terasa di pundaknya yang ternyata itu berasal dari sang ibu.

"Sudah, nak. Ikhlaskan kepergian ayah. Ingat, kau sedang hamil. Anak-anakmu juga membutuhkanmu, sayang. Jangan terlalu terlarut dalam kesedihan!"

"Tapi Bu, ini semua salah Fira kan! Karena Zafira, ayah ... "

"Jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri! Tidak ada yang menginginkan dibuang seperti yang kamu alami. Mereka lah yang sudah sangat keterlaluan. Ibu benar-benar tak menyangka, ibu pikir selama ini kamu benar-benar diterima dalam keluarga itu, tapi ternyata ..." Nafas bu Mayang terasa tercekat. Ia tak kuasa melanjutkan kata-katanya. "Tapi ya sudahlah. Semuanya telah terjadi. Yang terpenting sekarang, kau tetap harus melanjutkan hidupmu. Tunjukkan pada mereka, tanpa mereka pun kamu bisa. Ibu ... selalu ada untukmu, sayang."

Mendengar itu, Zafira pun lantas berdiri dan segera memeluk tubuh ibunya. Semuanya belum berakhir. Ini baru awal. Ia akan buktikan, tanpa mereka pun ia bisa. Akan ia tunjukkan, kalau anak-anaknya bukanlah anak tak berguna. Ia akan mendidik anak-anaknya dengan baik. Zafira akan buktikan itu.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Dewi Novianti

Dewi Novianti

anak yg ga dianggap biasanya akan lebih sukses

2024-04-03

0

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

selamat jalan Pak Ahmad...

2024-04-09

0

Nyonya Gunawan

Nyonya Gunawan

Knp ada unsur bawang di sini..😭😭

2024-04-07

0

lihat semua
Episodes
1 Anak perempuan yang tak dianggap
2 Rencana Liliana
3 Kegaduhan di pagi hari
4 Buah hati pelipur lara
5 Saskia
6 Kecamuk batin Zafira
7 You Raise Me Up
8 Ke dokter Kandungan
9 Pengusiran
10 Pengusiran II
11 Duka dan Lunas
12 Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13 Bertemu Nova
14 Sekretaris vs Bos
15 Menepis rasa
16 Bertemu Bos Baru
17 Drama Kopi
18 Baik tapi nyebelin
19 Tantangan
20 Tamu Perusahaan
21 Kagum?
22 Gejala Sakit Jantung?
23 Periksa ke dokter
24 Bos Galak
25 Singa Lapar
26 Ray Adams
27 Ray dan Zafira
28 Apa mungkin ...
29 Kutukan Bunda
30 Perdebatan
31 Regina ...
32 Rumah Sakit
33 Apakah itu ...
34 Mengobati penasaran
35 Lampu hijau
36 Rasa penasaran Zafira
37 Sikap Alvian
38 Di bawah atap yang sama
39 Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40 Zafira dan Bu Ayu
41 Masa lalu Ayu (1)
42 Masa lalu Ayu (II)
43 Suami siaga?
44 Kekhawatiran
45 Kesempatan terakhir yang tersiakan
46 Tangisan terakhir
47 Jawaban Zafira
48 Muhammad Zafran Altakendra
49 Batal khitbah?
50 Kerja sama
51 Aku menyesal
52 Maling teriak maling
53 Di dalam mobil
54 Jadi bahan perbincangan
55 Menjadi pusat perbincangan
56 SHOCK
57 Kebiasaan baru Alvian
58 Genggaman tangan
59 Otw ...
60 Histerektomi
61 Lamaran
62 Undangan
63 Perasaan Refano
64 Judulin sendiri. Hehehe ...
65 Pertama
66 Luapan emosi
67 Sore Pertama
68 Papa
69 Baju dinas
70 Kedatangan Liliana
71 Kedatangan Refano menemui Alvian
72 Kedatangan Refano menemui Alvian II
73 Kedatangan Refano menemui Alvian III
74 Pencarian
75 75
76 Batu Moisanit
77 77
78 Menemukan keberadaan Refani
79 79
80 Siang di ruang kerja
81 Kecelakaan
82 Cerita 1
83 Cerita 2
84 Panik
85 Shock
86 Hancur
87 Pelangi setelah badai
88 Bonus
89 Kelegaan dan sang mantan
90 Bicara
91 Makan malam
92 Kritis
93 Operasi
94 Dorrr 1
95 Dorrr 2
96 Prison
97 97
98 Ya, semoga saja.
99 Kejutan
100 Merlyn
101 Salah paham?
102 Mas hot daddy
103 103
104 104
105 Sehari bersama Regina dan Refina
106 106
107 107
108 Karena kau memang pantas mendapatkannya
109 Cafe
110 Perubahan Merlyn
111 Story of Merlyn 1
112 Story of Merlyn 2
113 Heart to heart
114 Ungkapan perasaan
115 Akhir bahagia
116 Alohaaa para readers othor
117 Rahim Tebusan
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Anak perempuan yang tak dianggap
2
Rencana Liliana
3
Kegaduhan di pagi hari
4
Buah hati pelipur lara
5
Saskia
6
Kecamuk batin Zafira
7
You Raise Me Up
8
Ke dokter Kandungan
9
Pengusiran
10
Pengusiran II
11
Duka dan Lunas
12
Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13
Bertemu Nova
14
Sekretaris vs Bos
15
Menepis rasa
16
Bertemu Bos Baru
17
Drama Kopi
18
Baik tapi nyebelin
19
Tantangan
20
Tamu Perusahaan
21
Kagum?
22
Gejala Sakit Jantung?
23
Periksa ke dokter
24
Bos Galak
25
Singa Lapar
26
Ray Adams
27
Ray dan Zafira
28
Apa mungkin ...
29
Kutukan Bunda
30
Perdebatan
31
Regina ...
32
Rumah Sakit
33
Apakah itu ...
34
Mengobati penasaran
35
Lampu hijau
36
Rasa penasaran Zafira
37
Sikap Alvian
38
Di bawah atap yang sama
39
Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40
Zafira dan Bu Ayu
41
Masa lalu Ayu (1)
42
Masa lalu Ayu (II)
43
Suami siaga?
44
Kekhawatiran
45
Kesempatan terakhir yang tersiakan
46
Tangisan terakhir
47
Jawaban Zafira
48
Muhammad Zafran Altakendra
49
Batal khitbah?
50
Kerja sama
51
Aku menyesal
52
Maling teriak maling
53
Di dalam mobil
54
Jadi bahan perbincangan
55
Menjadi pusat perbincangan
56
SHOCK
57
Kebiasaan baru Alvian
58
Genggaman tangan
59
Otw ...
60
Histerektomi
61
Lamaran
62
Undangan
63
Perasaan Refano
64
Judulin sendiri. Hehehe ...
65
Pertama
66
Luapan emosi
67
Sore Pertama
68
Papa
69
Baju dinas
70
Kedatangan Liliana
71
Kedatangan Refano menemui Alvian
72
Kedatangan Refano menemui Alvian II
73
Kedatangan Refano menemui Alvian III
74
Pencarian
75
75
76
Batu Moisanit
77
77
78
Menemukan keberadaan Refani
79
79
80
Siang di ruang kerja
81
Kecelakaan
82
Cerita 1
83
Cerita 2
84
Panik
85
Shock
86
Hancur
87
Pelangi setelah badai
88
Bonus
89
Kelegaan dan sang mantan
90
Bicara
91
Makan malam
92
Kritis
93
Operasi
94
Dorrr 1
95
Dorrr 2
96
Prison
97
97
98
Ya, semoga saja.
99
Kejutan
100
Merlyn
101
Salah paham?
102
Mas hot daddy
103
103
104
104
105
Sehari bersama Regina dan Refina
106
106
107
107
108
Karena kau memang pantas mendapatkannya
109
Cafe
110
Perubahan Merlyn
111
Story of Merlyn 1
112
Story of Merlyn 2
113
Heart to heart
114
Ungkapan perasaan
115
Akhir bahagia
116
Alohaaa para readers othor
117
Rahim Tebusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!