Pengusiran

Setelah keluar dari ruangan dokter, Refano pun melangkah panjang melintasi koridor rumah sakit dan masuk ke dalam lift yang akan mengantarkannya ke basement. Setibanya di basement, tanpa mempedulikan keberadaan Zafira, ia gegas masuk ke dalam mobil dan langsung saja menyalakannya. Zafira yang khawatir suaminya marah pun ditinggal begitu saja segera membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Tanpa mempedulikan sang istri yang belum mengenakan sabuk pengaman, Refano justru langsung saja menjalankan mobilnya. Untung saja mereka masih di kawasan rumah sakit, jadi Refano tidak bisa menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bila tidak, bisa saja Zafira sudah terpental ke depan dengan kepala yang menghantam dashboard mobil.

Sepanjang perjalanan, hanya diisi keheningan. Hanya deru suara mobil yang terdengar jelas. Sepanjang perjalanan juga, hanya raut masam yang ada di wajah Refano. Zafira tahu, Refano lagi-lagi kesal karena ia hamil anak perempuan. Seharusnya Refano tidak perlu ambil pusing dulu sebab kadangkala hasil USG pun tidak 100% dapat dipercaya. Banyak pasangan yang kadang tertipu dengan hasil USG. Karena menyakini jenis kelamin calon buah hatinya adalah seorang perempuan, maka mereka pun membeli semua perlengkapan untuk anak perempuan, namun saat bayi terlahir, jenis kelaminnya justru laki-laki dan kadang terjadi sebaliknya. Alhasil, banyak pasangan kini yang hanya memanfaatkan USG untuk mengetahui kondisi calon buah hati mereka, sehat kah atau ada sesuatu yang membahayakan, bukan untuk mengetahui jenis kelamin. Kalaupun ada, mereka tetap tidak terlalu memusingkannya sebab mereka tahu mau bayi laki-laki ataupun perempuan, yang terpenting anak mereka lahir dengan selamat, sehat, tanpa satu kurang apapun.

'Kuat ya, sayang. Bertahanlah. Bila papamu juga menolakmu, kamu tenang saja, ada mama yang akan selalu jadi pelindungmu,' batin Zafira bermonolog.

Entah mengapa, perasaan Zafira sejak pagi tadi tidak menentu. Jantungnya terus memompa kencang, Zafira merasa akan ada yang terjadi sebentar lagi. Apa itu, ia pun tak tahu. Ia hanya bisa memasrahkan segalanya pada sang Pencipta. Bukankah takdir manusia telah dituliskan-Nya di Lauhul Maffudz. Yang ia fokuskan saat ini adalah bagaimana cara membahagiakan anak-anaknya kelak.

Brakkkk ...

Karena sibuk melamun, Zafira sampai tak sadar kalau mobil yang dikendarai suaminya telah tiba di rumah besar keluarga suaminya. Bahkan Refano tidak mempedulikan dirinya sama sekali dan langsung turun begitu saja sambil menutup pintu mobil dengan kasar hingga Zafira tersentak dari lamunannya.

Zafira pun bergegas turun untuk mengejar langkah suaminya. Karena hari ini hari Sabtu, semua orang tampak berada di dalam rumah. Bukan itu saja, Zafira pun melihat keberadaan Saskia yang sedang duduk di samping ibu mertuanya dengan wajah begitu berbinar cerah. Seakan ia tengah berbahagia saat ini, berbanding terbalik dengan dirinya yang tengah was-was.

Bugh ....

Karena terlalu fokus melihat Saskia dan mertuanya, Zafira sampai tidak sengaja menabrak punggung Refano yang telah berhenti berjalan dan berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan orang tuanya.

"Bagaimana hasilnya, Fan? Sepertinya sesuai dugaan mama kan kalau lagi-lagi perempuan itu hamil anak perempuan?" tanya Liliana sambil tersenyum sinis seolah sudah bisa menebak kalau Zafira memang tengah mengandung anak perempuan.

"Aaargggh ... " Refano mengacak rambutnya frustasi. "Harus berapa anak lagi yang kau lahirkan baru aku bisa memperoleh anak laki-laki, hah? Kau ingin membuat rumah ini jadi taman kanak-kanak? Yang aku inginkan itu anak laki-laki, bukan anak perempuan yang nggak berguna seperti anak-anakmu itu!" bentak Refano dengan wajah merah padam.

"Kenapa kau malah menyalahkan aku, hah? Kau pikir aku Tuhan yang bisa menentukan jenis kelamin seorang anak sesuka hatiku? Kau itu pintar atau bodoh sih? Seharusnya kau tahu, yang maha menentukan jenis kelamin seorang anak itu Allah, bukan manusia seperti kita. Itu sama saja kau menyalahkan takdir," balas Zafira dengan gigi bergemeluk. Sudah cukup ia ditindas. Sudah cukup ia direndahkan. Sudah cukup ia dihina. Sudah cukup ia dicaci maki. Sekarang ia tidak mau lagi. Ia akan mempertahankan harga dirinya sebelum semakin hancur menjadi puing-puing kecil lalu berserakan.

"Heh, perempuan tak tahu diri, lancang sekali kau menghardik anakku, hah! Memangnya siapa dirimu itu? Seharusnya kau sadar diri, kalau kau cuma perempuan tak berguna dan tak layak berdiri di sisi anakku," tukas Liliana yang sudah berkacak pinggang dengan mata melotot.

"Jadi aku harus apa? Harus diam setiap kalian merendahkan harga diriku? Harus diam saja saat kalian mencaci maki diriku? Harus diam saja saat kalian semena-mena dan mengabaikan anak-anakku? Ingat, mau bagaimana pun kalian itu ayah dan kakek nenek mereka, seharusnya kalian menerima mereka dengan tangan terbuka dan menyayangi mereka, bukannya mengabaikan bahkan membenci."

Plakkk ...

Tanpa sungkan Refano melayangkan tangannya di pipi Zafira. Zafira menatap nanar Refano. Laki-laki yang ia harap menjadi imamnya, lagi-lagi melayangkan tangannya ke pipinya tanpa belas kasihan.

"Sudahlah Refan, seperti saran mama, lebih baik segera usir perempuan udik itu. Bukankah kau akan segera menikahi Saskia. Mama tak mau keberadaan perempuan itu dan anak-anaknya mengacaukan pernikahan kalian. Bagaimana pun, orang-orang mengetahui statusmu masih single," ucap Liliana tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Deg ...

Hati Zafira bukan hanya bagai tercubit, tapi disayat-sayat dengan sebilah silet yang super tajam. Kata-kata yang barusan Liliana sampaikan membuat dunianya seakan berhenti berputar.

"Me-nikahi Sas-kia?" tutur Zafira dengan dada bergemuruh.

"Ya, aku yakin, hanya Saskia yang bisa memberikan kami seorang pewaris, anak laki-laki yang kami inginkan," ujar Liliana dengan smirk di bibirnya, sedangkan telapak tangannya tampak mengusap perut rata Saskia dengan binar bahagia. Zafira mengerutkan keningnya melihat hal itu. Apalagi eskpresi Saskia yang tampak begitu bahagia, seolah kesakitan yang ia alami merupakan sumber kebahagiaannya.

"Dia sudah hamil anakmu, mas? Kalian berzina?" tutur Zafira tanpa takut keempat orang yang ada disana tersinggung. "Wah, bagus sekali? Demi mengharapkan seorang anak laki-laki, kalian sampai rela bergumul dosa? Wow, amazing!" Zafira tergelak kencang mendengarnya.

"Kau ... tutup mulutmu, sialan! Aku tidak berzina!" sentak Refano tak mau disebut telah berzina.

"Jadi apa? Apa kalian pasangan suami istri? Bukan. Tapi perempuan itu hamil anakmu. Bagaimana cara benih itu masuk ke tubuhnya kalau kalian tidak melakukan zina, mas? Inseminasi? Hahahah ... Bulllshiittt!"

Plakkk ...

Lagi-lagi Refano menampar pipi Zafira hingga terpelanting ke samping. Tanpa takut, Zafira menatap lekat netra Refano. Tatapan penuh luka, kecewa, sakit hati, amarah, dan dendam. Refano sampai tertegun saat mata mereka saling bersirobok. Tapi secepat mungkin Refano mengendalikan dirinya. Ia tak mau terpengaruh dengan tatapan itu sebab ia telah membuat keputusan untuk mengusir Zafira dan menikahi Saskia yang terlanjur telah mengandung anaknya.

"Cepat bereskan barang-barangmu dan anak-anakmu lalu segera pergi dari sini. Aku sudah muak melihat perempuan seperti dirimu. Setelah kau melahirkan, aku akan segera menceraikan dirimu, cepat pergi!" usir Refano tanpa belas kasihan sama sekali pada istri yang tengah mengandung dan anak-anaknya yang masih kecil.

Zafira sebenarnya cukup terkejut dengan pengusiran tiba-tiba ini. Tapi mau menolak pun tiada guna. Ia tak mau merendahkan harga dirinya hanya demi bertahan dalam neraka. Lagipula mungkin ini jalan terbaik untuk dirinya dan anak-anaknya. Dirinya yang sedang hamil memerlukan ketenangan batin, meskipun entah mungkinkah ia akan mendapatkannya. Sebab sekeluarnya ia dari neraka bernama rumah itu, entah Refano masih akan bertanggung jawab secara finansial padanya atau tidak. Tapi mau masih mengiriminya uang pun, ia tidak bisa terus bergantung padanya. Ia harus mencari pekerjaan. Dalam keadaan hamil? Adakah yang mau mempekerjakannya? Entahlah. Itu bisa ia pikirkan nanti. Yang paling penting adalah membahas masalah anak-anaknya.

"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "

"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!" geram Liliana. Ia kira Zafira pasti meminta harta gono-gini yang besar.

"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?" tegas Zafira.

"Oh ya, termasuk anak yang ada di dalam kandunganku," imbuhnya lagi.

Ia harus membuat keputusan itu. Ia tak mau kelak dikemudian hari, tiba-tiba mereka datang lagi untuk mengambil anak-anaknya. Kalau perlu mereka membuat kesepakatan hitam di atas putih.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

gakpapa Fira, sakit sekarang tapi bahagia menantimu kelak.
Q sumpahin si Saskia hamil anak cowok, tapi autis/cacat.Biar kapok si Refano sekeluarga

2024-04-09

0

Ayu sutriani

Ayu sutriani

fix pinter ni fira👍👍

2024-03-14

0

Sogol Shinko

Sogol Shinko

mantapppp

2024-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Anak perempuan yang tak dianggap
2 Rencana Liliana
3 Kegaduhan di pagi hari
4 Buah hati pelipur lara
5 Saskia
6 Kecamuk batin Zafira
7 You Raise Me Up
8 Ke dokter Kandungan
9 Pengusiran
10 Pengusiran II
11 Duka dan Lunas
12 Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13 Bertemu Nova
14 Sekretaris vs Bos
15 Menepis rasa
16 Bertemu Bos Baru
17 Drama Kopi
18 Baik tapi nyebelin
19 Tantangan
20 Tamu Perusahaan
21 Kagum?
22 Gejala Sakit Jantung?
23 Periksa ke dokter
24 Bos Galak
25 Singa Lapar
26 Ray Adams
27 Ray dan Zafira
28 Apa mungkin ...
29 Kutukan Bunda
30 Perdebatan
31 Regina ...
32 Rumah Sakit
33 Apakah itu ...
34 Mengobati penasaran
35 Lampu hijau
36 Rasa penasaran Zafira
37 Sikap Alvian
38 Di bawah atap yang sama
39 Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40 Zafira dan Bu Ayu
41 Masa lalu Ayu (1)
42 Masa lalu Ayu (II)
43 Suami siaga?
44 Kekhawatiran
45 Kesempatan terakhir yang tersiakan
46 Tangisan terakhir
47 Jawaban Zafira
48 Muhammad Zafran Altakendra
49 Batal khitbah?
50 Kerja sama
51 Aku menyesal
52 Maling teriak maling
53 Di dalam mobil
54 Jadi bahan perbincangan
55 Menjadi pusat perbincangan
56 SHOCK
57 Kebiasaan baru Alvian
58 Genggaman tangan
59 Otw ...
60 Histerektomi
61 Lamaran
62 Undangan
63 Perasaan Refano
64 Judulin sendiri. Hehehe ...
65 Pertama
66 Luapan emosi
67 Sore Pertama
68 Papa
69 Baju dinas
70 Kedatangan Liliana
71 Kedatangan Refano menemui Alvian
72 Kedatangan Refano menemui Alvian II
73 Kedatangan Refano menemui Alvian III
74 Pencarian
75 75
76 Batu Moisanit
77 77
78 Menemukan keberadaan Refani
79 79
80 Siang di ruang kerja
81 Kecelakaan
82 Cerita 1
83 Cerita 2
84 Panik
85 Shock
86 Hancur
87 Pelangi setelah badai
88 Bonus
89 Kelegaan dan sang mantan
90 Bicara
91 Makan malam
92 Kritis
93 Operasi
94 Dorrr 1
95 Dorrr 2
96 Prison
97 97
98 Ya, semoga saja.
99 Kejutan
100 Merlyn
101 Salah paham?
102 Mas hot daddy
103 103
104 104
105 Sehari bersama Regina dan Refina
106 106
107 107
108 Karena kau memang pantas mendapatkannya
109 Cafe
110 Perubahan Merlyn
111 Story of Merlyn 1
112 Story of Merlyn 2
113 Heart to heart
114 Ungkapan perasaan
115 Akhir bahagia
116 Alohaaa para readers othor
117 Rahim Tebusan
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Anak perempuan yang tak dianggap
2
Rencana Liliana
3
Kegaduhan di pagi hari
4
Buah hati pelipur lara
5
Saskia
6
Kecamuk batin Zafira
7
You Raise Me Up
8
Ke dokter Kandungan
9
Pengusiran
10
Pengusiran II
11
Duka dan Lunas
12
Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13
Bertemu Nova
14
Sekretaris vs Bos
15
Menepis rasa
16
Bertemu Bos Baru
17
Drama Kopi
18
Baik tapi nyebelin
19
Tantangan
20
Tamu Perusahaan
21
Kagum?
22
Gejala Sakit Jantung?
23
Periksa ke dokter
24
Bos Galak
25
Singa Lapar
26
Ray Adams
27
Ray dan Zafira
28
Apa mungkin ...
29
Kutukan Bunda
30
Perdebatan
31
Regina ...
32
Rumah Sakit
33
Apakah itu ...
34
Mengobati penasaran
35
Lampu hijau
36
Rasa penasaran Zafira
37
Sikap Alvian
38
Di bawah atap yang sama
39
Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40
Zafira dan Bu Ayu
41
Masa lalu Ayu (1)
42
Masa lalu Ayu (II)
43
Suami siaga?
44
Kekhawatiran
45
Kesempatan terakhir yang tersiakan
46
Tangisan terakhir
47
Jawaban Zafira
48
Muhammad Zafran Altakendra
49
Batal khitbah?
50
Kerja sama
51
Aku menyesal
52
Maling teriak maling
53
Di dalam mobil
54
Jadi bahan perbincangan
55
Menjadi pusat perbincangan
56
SHOCK
57
Kebiasaan baru Alvian
58
Genggaman tangan
59
Otw ...
60
Histerektomi
61
Lamaran
62
Undangan
63
Perasaan Refano
64
Judulin sendiri. Hehehe ...
65
Pertama
66
Luapan emosi
67
Sore Pertama
68
Papa
69
Baju dinas
70
Kedatangan Liliana
71
Kedatangan Refano menemui Alvian
72
Kedatangan Refano menemui Alvian II
73
Kedatangan Refano menemui Alvian III
74
Pencarian
75
75
76
Batu Moisanit
77
77
78
Menemukan keberadaan Refani
79
79
80
Siang di ruang kerja
81
Kecelakaan
82
Cerita 1
83
Cerita 2
84
Panik
85
Shock
86
Hancur
87
Pelangi setelah badai
88
Bonus
89
Kelegaan dan sang mantan
90
Bicara
91
Makan malam
92
Kritis
93
Operasi
94
Dorrr 1
95
Dorrr 2
96
Prison
97
97
98
Ya, semoga saja.
99
Kejutan
100
Merlyn
101
Salah paham?
102
Mas hot daddy
103
103
104
104
105
Sehari bersama Regina dan Refina
106
106
107
107
108
Karena kau memang pantas mendapatkannya
109
Cafe
110
Perubahan Merlyn
111
Story of Merlyn 1
112
Story of Merlyn 2
113
Heart to heart
114
Ungkapan perasaan
115
Akhir bahagia
116
Alohaaa para readers othor
117
Rahim Tebusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!