Buah hati pelipur lara

Melihat putrinya jatuh tersungkur dengan kepala terluka hingga mengeluarkan darah, membuat Zafira naik pitam.

"Kamu keterlaluan, mas. Regina itu putri kamu, kenapa kamu tega kasar begitu?" sentak Zafira dengan air mata bercucuran. Ia tak kuasa melihat luka di dahi sang putri. Biarpun tidak begitu besar, tapi luka itu terlihat cukup dalam hingga darahnya tak berhenti mengalir.

"Salahkan anakmu mengapa menggigitku. Anjing saja takkan menggigit tuannya, tapi anakmu ... "

"Dia anakmu juga, mas. Darah dagingmu dan dia bukan anjing, sialan!" sentak Zafira.

Untuk pertama kalinya ia mengumpati suaminya sendiri. Emosinya sudah membuncah dan sulit untuk ia redam kembali.

"Kau yang sialan, brengsekkk! Ini salahmu, mengapa hadir dalam hidupku. Dan jangan salahkan aku tidak mengakui anakmu sebab yang ku inginkan hanyalah anak laki-laki. Kau dengar, hanya anak laki-laki, bukan anak perempuan seperti dia yang hanya bisa menyusahkan!" sentak Refano dengan suara meninggi.

"Mas, jaga mulutmu, bagaimana pun mereka adalah anak-anakmu!"

"Ada apa ini?" tiba-tiba suara bariton menginterupsi pertikaian antara suami istri itu. Itu adalah suara dari Marwan, ayah Refano. Sorot matanya tak kalah tajam dan dingin dari Refano. "Jangan membuat keributan pagi-pagi!" desisnya dengan sorot mata mengintimidasi. Kemudian ia pun segera beranjak menuju ke arah ruang makan. Jangan pikir dia akan membantu ataupun membela Zafira sebab doktrin lebih penting memiliki anak laki-laki justru datang dari bibirnya. Budaya patriarki memang masih mengakar kuat pada dirinya.

"Ma, sakit," cicit Regina.

"Kak Regi ... hiks ... hiks ... hiks ... " Refina terisak melihat kakak perempuannya terluka dan berdarah.

Khawatir dengan keadaan dahi Regina yang masih saja mengeluarkan darah, Zafira pun segera menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam mobil. Sebenarnya ia belum puas meladeni suami dan ibu mertuanya itu, tapi ia tetap harus berpikir logis. Keadaan putrinya lah yang lebih utama kini.

"Refi jaga kak Regi dulu ya! Mama ambil tas dulu sebentar. Kita akan membawa kakak ke rumah sakit, mengerti!"

"Mengerti, mama," jawab Refina patuh. Ia pun segera duduk di kursi belakang sambil memeluk tubuh sang kakak. Mereka berdua terisak bersama. Bila Regina terisak karena kesakitan, maka Refina terisak karena melihat kakaknya kesakitan. Sungguh mereka saudara yang saling menyayangi. Meskipun mereka kerap bertengkar, tapi sebenarnya mereka saling menyayangi satu sama lain. Bila yang satu disakiti, maka yang lainnya akan membela.

Setelah mengatakan itu, Zafira pun segera berlarian masuk ke dalam rumah dan mengambil tas berisi dompetnya. Tak lupa ia memasukkan ponselnya.

Saat Zafira masuk ke dalam rumah, dua bersaudara itu pun saling berkeluh kesah, "Refi, kasihan mama. Mama sedih dimarahin papa. Semua salah kakak, kalau kakak nggak gigit papa, pasti papa nggak akan marah ke mama," ujar Regina merasa bersalah karena Zafira bertengkar dengan Refano.

"Bukan, bukan kak Legi yang salah. Yang salah Lefi, Lefi udah pecahin guci Oma jadi Oma malah sama mama. Kakak cuma mau tolong mama tapi papa malah malah-malah. Papa jahat, Lefi benci sama papa." Refina mengerucutkan bibirnya. Air matanya mengucur deras teringat bagaimana Liliana memarahinya tadi. Kemudian ibunya datang untuk membela, tapi malah dimarahi ayahnya.

Kemudian keduanya kembali berpelukan sambil menangis.

"Regi sayang papa, tapi papa ... hiks ... hiks ...hiks ... nggak sayang Regi sama Refi."

Keduanya meraung. Zafira yang baru saja masuk ke dalam mobil tak kuasa menahan sedih. Hatinya pilu. Perihnya merajam kalbu.

'Yang sabar ya, sayang. Maafkan mama yang belum bisa memberikan kebahagiaan yang utuh pada kalian. Maafkan mama yang belum bisa meluluhkan hati ayah kalian. Semoga, suatu hari hati papa mencair dan mau menyayangi kalian,' batin Zafira yang masih berusaha dan berjuang untuk meluluhkan hati suaminya. Namun, sampai kapankah kesabaran itu bertahan? Kesabaran setiap manusia itu ada batas. Mungkin bila kesabaran itu telah mencapai batas maksimal, saat itulah segalanya sudah terlambat.

...***...

Zafira baru saja keluar dari rumah sakit. Tampak dahi Regina kini telah tertutup kain kasa. Setelah diperiksa, lukanya memang tidak lebar, tapi cukup dalam. Alhasil, dahi sebelah kanan Regina harus dijahit sampai 5 jahitan. Hati Zafira benar-benar pilu. Bekas luka di dahi putrinya memang perlahan akan membaik. Bekasnya pun bila diobati pasti akan hilang dengan sendirinya walau tidak sepenuhnya. Tapi bagaimana dengan luka hati? Zafira yakin, hati putrinya terluka mendapatkan perlakuan sedemikian rupa dari ayah kandungnya sendiri.

"Ma, jadi sekolah Regi bagaimana? Mataharinya udah agak tinggi. Pasti ini udah terlambat kan, ma. Regi udah kesiangan, ma. Nanti Bu guru marah nggak ma sama Regi kalau Regi terlambat?" ujar Regina sambil melihat ke arah matahari yang sudah meninggi dari jendela kaca mobil Zafira.

Zafira tersenyum, bahkan saat sedang sakit pun putrinya itu masih memikirkan sekolahnya.

"Tadi mama udah telepon Bu Ulya kok, sayang. Mama minta izin kalau Regi sedang sakit jadi nggak bisa sekolah," tutur Zafira lembut. Sebisa mungkin ia tampakkan wajah ceria agar putri-putrinya bisa sedikit melupakan kesedihannya.

"Oooh," Regina ber'oh ria saja.

"Telus kita mau pulang ya, ma?" tanya Refina yang sudah melongokkan kepalanya di antara kursi yang Zafira duduki.

"Kalau nggak, emangnya kalian mau kemana? Mau main ke suatu tempat?" tawar Zafira yang ingin menghibur anak-anaknya agar tidak kembali bersedih. Sepertinya Refina masih takut untuk pulang ke rumah.

Kedua mata bocah cilik itu seketika berbinar, "ke mall aja ma, boleh? Regi mau ke Waktuzone, ya Refi ya, kamu mau kan?" tanya Regina dengan senyum cerahnya yang disambut dengan anggukan cepat dari Refina.

"Lefi mau, kak. Boleh kan, ma?" bujuk Refina dengan wajah memelas. Zafira yang tak kuasa menolak keinginan kedua putrinya pun lantas mengangguk membuat kedua bocah itu tersenyum girang.

"Horeee ... " sorak keduanya girang.

"Tapi dengan satu syarat!" Sontak saja kalimat yang diucapkan Zafira membuat kedua bocah itu berhenti bersorak. "Kalian jangan lompat-lompat ya! Mainnya yang biasa aja, biar nggak capek juga. Kan kalian masih luka. Regi luka di kepala, Refi, luka di kaki. Mama takut lukanya berdarah lagi, kalian paham?"

"Paham mama. Yeay, makasih mama. Sayang mama." Seru keduanya bersamaan membuat Zafira tersenyum. Dalam hati Zafira bersyukur, di tengah kesedihannya, ia masih memiliki dua buah hati yang selalu siap jadi pelipur laranya.

Setibanya di mall, Zafira pun segera mengajak kedua buah hatinya makan di gerai ayam goreng. Mereka bertiga pagi tadi belum sempat sarapan, sedangkan jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul 10. Perut kedua putrinya pasti sedang sangat lapar saat ini. Begitu pula dirinya. Kondisi tubuh yang tengah berbadan dua, tentu saja membuatnya lebih mudah lapar. Sebenarnya ia sudah kelaparan sejak pagi tadi. Namun sarapannya harus tertunda sebab pertengkarannya dengan Refano dan Liliana. Belum lagi Regina yang terluka dan harus segera mendapatkan penanganan membuatnya harus menahan lapar lebih lama.

Setelah kenyang, barulah Zafira mengajak kedua putrinya bermain di Waktuzone. Keduanya bermain dengan ceria. Regina dan Refina hanya memainkan permainan yang tidak begitu menguras tenaga seperti capit boneka, puzzle bobble, dan Tekken tag tournament.

Setelah bermain hampir dua jam lamanya, akhirnya mereka pun berhenti. Karena sudah masuk jam makan siang, Zafira pun hendak mengajak kedua buah hatinya makan siang, tapi mereka menolak karena merasa masih kenyang. Kemudian Zafira memutuskan untuk membawa mereka ke kedai es krim dan keduanya pun setuju.

Tapi saat mereka berjalan menuju kedai es krim, tiba-tiba Regina melihat keberadaan ayahnya di salah satu restoran yang ada di mall tersebut. Awalnya Zafira tidak percaya saat Regina memberitahukannya, namun saat ia mengarahkan pandangannya ke arah jari telunjuk sang putri, mata Zafira terbelalak sebab di sana suaminya tidak sendirian saja, melainkan bersama seseorang yang Zafira kenali. Hatinya terluka, apalagi saat jemari lentik seseorang itu mengusap sudut bibir suaminya menggunakan tisu dengan begitu lembut dan perhatian. Zafira hanya bisa menatap nanar. Semoga apa yang terlihat tidak seperti apa yang ada dalam pikirannya.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

udah kejam, kang selingkuh lagi. Haddehh udah nyerah aja,Ra.Punya suami macam Refano,hanya bikin sakit ati melulu

2024-04-03

0

Jihan Putri

Jihan Putri

ya emng dia nggak bersyukur anak laki laki ataupun perempuan kan sama aja emng anak perempuan nggak bisa jd penerus gitu harus anak laki laki

2024-02-12

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

tinggalin aja Zafira keluarga Dajjal itu

2024-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 Anak perempuan yang tak dianggap
2 Rencana Liliana
3 Kegaduhan di pagi hari
4 Buah hati pelipur lara
5 Saskia
6 Kecamuk batin Zafira
7 You Raise Me Up
8 Ke dokter Kandungan
9 Pengusiran
10 Pengusiran II
11 Duka dan Lunas
12 Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13 Bertemu Nova
14 Sekretaris vs Bos
15 Menepis rasa
16 Bertemu Bos Baru
17 Drama Kopi
18 Baik tapi nyebelin
19 Tantangan
20 Tamu Perusahaan
21 Kagum?
22 Gejala Sakit Jantung?
23 Periksa ke dokter
24 Bos Galak
25 Singa Lapar
26 Ray Adams
27 Ray dan Zafira
28 Apa mungkin ...
29 Kutukan Bunda
30 Perdebatan
31 Regina ...
32 Rumah Sakit
33 Apakah itu ...
34 Mengobati penasaran
35 Lampu hijau
36 Rasa penasaran Zafira
37 Sikap Alvian
38 Di bawah atap yang sama
39 Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40 Zafira dan Bu Ayu
41 Masa lalu Ayu (1)
42 Masa lalu Ayu (II)
43 Suami siaga?
44 Kekhawatiran
45 Kesempatan terakhir yang tersiakan
46 Tangisan terakhir
47 Jawaban Zafira
48 Muhammad Zafran Altakendra
49 Batal khitbah?
50 Kerja sama
51 Aku menyesal
52 Maling teriak maling
53 Di dalam mobil
54 Jadi bahan perbincangan
55 Menjadi pusat perbincangan
56 SHOCK
57 Kebiasaan baru Alvian
58 Genggaman tangan
59 Otw ...
60 Histerektomi
61 Lamaran
62 Undangan
63 Perasaan Refano
64 Judulin sendiri. Hehehe ...
65 Pertama
66 Luapan emosi
67 Sore Pertama
68 Papa
69 Baju dinas
70 Kedatangan Liliana
71 Kedatangan Refano menemui Alvian
72 Kedatangan Refano menemui Alvian II
73 Kedatangan Refano menemui Alvian III
74 Pencarian
75 75
76 Batu Moisanit
77 77
78 Menemukan keberadaan Refani
79 79
80 Siang di ruang kerja
81 Kecelakaan
82 Cerita 1
83 Cerita 2
84 Panik
85 Shock
86 Hancur
87 Pelangi setelah badai
88 Bonus
89 Kelegaan dan sang mantan
90 Bicara
91 Makan malam
92 Kritis
93 Operasi
94 Dorrr 1
95 Dorrr 2
96 Prison
97 97
98 Ya, semoga saja.
99 Kejutan
100 Merlyn
101 Salah paham?
102 Mas hot daddy
103 103
104 104
105 Sehari bersama Regina dan Refina
106 106
107 107
108 Karena kau memang pantas mendapatkannya
109 Cafe
110 Perubahan Merlyn
111 Story of Merlyn 1
112 Story of Merlyn 2
113 Heart to heart
114 Ungkapan perasaan
115 Akhir bahagia
116 Alohaaa para readers othor
117 Rahim Tebusan
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Anak perempuan yang tak dianggap
2
Rencana Liliana
3
Kegaduhan di pagi hari
4
Buah hati pelipur lara
5
Saskia
6
Kecamuk batin Zafira
7
You Raise Me Up
8
Ke dokter Kandungan
9
Pengusiran
10
Pengusiran II
11
Duka dan Lunas
12
Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13
Bertemu Nova
14
Sekretaris vs Bos
15
Menepis rasa
16
Bertemu Bos Baru
17
Drama Kopi
18
Baik tapi nyebelin
19
Tantangan
20
Tamu Perusahaan
21
Kagum?
22
Gejala Sakit Jantung?
23
Periksa ke dokter
24
Bos Galak
25
Singa Lapar
26
Ray Adams
27
Ray dan Zafira
28
Apa mungkin ...
29
Kutukan Bunda
30
Perdebatan
31
Regina ...
32
Rumah Sakit
33
Apakah itu ...
34
Mengobati penasaran
35
Lampu hijau
36
Rasa penasaran Zafira
37
Sikap Alvian
38
Di bawah atap yang sama
39
Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40
Zafira dan Bu Ayu
41
Masa lalu Ayu (1)
42
Masa lalu Ayu (II)
43
Suami siaga?
44
Kekhawatiran
45
Kesempatan terakhir yang tersiakan
46
Tangisan terakhir
47
Jawaban Zafira
48
Muhammad Zafran Altakendra
49
Batal khitbah?
50
Kerja sama
51
Aku menyesal
52
Maling teriak maling
53
Di dalam mobil
54
Jadi bahan perbincangan
55
Menjadi pusat perbincangan
56
SHOCK
57
Kebiasaan baru Alvian
58
Genggaman tangan
59
Otw ...
60
Histerektomi
61
Lamaran
62
Undangan
63
Perasaan Refano
64
Judulin sendiri. Hehehe ...
65
Pertama
66
Luapan emosi
67
Sore Pertama
68
Papa
69
Baju dinas
70
Kedatangan Liliana
71
Kedatangan Refano menemui Alvian
72
Kedatangan Refano menemui Alvian II
73
Kedatangan Refano menemui Alvian III
74
Pencarian
75
75
76
Batu Moisanit
77
77
78
Menemukan keberadaan Refani
79
79
80
Siang di ruang kerja
81
Kecelakaan
82
Cerita 1
83
Cerita 2
84
Panik
85
Shock
86
Hancur
87
Pelangi setelah badai
88
Bonus
89
Kelegaan dan sang mantan
90
Bicara
91
Makan malam
92
Kritis
93
Operasi
94
Dorrr 1
95
Dorrr 2
96
Prison
97
97
98
Ya, semoga saja.
99
Kejutan
100
Merlyn
101
Salah paham?
102
Mas hot daddy
103
103
104
104
105
Sehari bersama Regina dan Refina
106
106
107
107
108
Karena kau memang pantas mendapatkannya
109
Cafe
110
Perubahan Merlyn
111
Story of Merlyn 1
112
Story of Merlyn 2
113
Heart to heart
114
Ungkapan perasaan
115
Akhir bahagia
116
Alohaaa para readers othor
117
Rahim Tebusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!