5. Hati Yang Hangat

"Maksudnya apa membela dia?"

Mariska terlihat sinis pada suaminya sambil kemudian berlalu dengan kesal dari dapur, yang kemudian di ikuti oleh Ibu mertua Laras,

"Kamu yang bawa teh nya Tem, kamu ini, bisa-bisanya pagi-pagi sudah membuat isterimu yang sempurna itu jadi kesal,"

Kata Ibu pada Temmi,

Tapi saat mengatakan isterimu yang sempurna itu anehnya ia menggunakan tekanan yang ketara sekali di suaranya sambil melirik Laras,

Laras pun hanya bisa menghela nafas, melihat Ibu mertuanya yang tampaknya belum juga puas membuat Laras sedih pagi ini,

Temmi memandangi isteri kakaknya, yang terlihat semakin kurus, begitu juga dengan Angga, keponakan satu-satunya,

Temmi menghampiri Kakak iparnya, sambil mengeluarkan dompet dan kemudian mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan,

"Tidak usah terlalu dipikirkan jika Mariska dan Ibu bicara aneh-aneh,"

Kata Temmi seraya mengulurkan uang yang baru saja ia keluarkan dari dompet,

"Untuk apa ini?"

Tanya Laras melihat uang sebegitu banyak di tangan Temmi,

Sementara Temmi yang tak mau nanti Mariska dan Ibunya kembali ke dapur lalu akhirnya mempermasalahkan lagi dia memberi uang, akhirnya cepat-cepat Temmi meraih tangan Laras untuk menggenggamkan uang yang ia ingin berikan untuk kakak iparnya itu,

"Mulailah tegas dengan Kakakku, suruh dia mulai belajar bangun pagi supaya rejekinya bagus, dia sudah jadi suami dan bapak, harusnya dia belajar lebih tanggungjawab,"

Kata Temmi,

Laras matanya berkaca-kaca,

Mungkin dari semua manusia yang ia temui di rumah ini sejak ia menikah memang hanyalah Temmi yang terlihat memiliki hati, dia berbeda sekali dengan orangtua dan juga Yoga kakaknya,

"Ini terlalu banyak Tem,"

Kata Laras tak enak,

Temmi tampak tersenyum sambil menggelengkan kepalanya,

"Pakailah, kau pasti membutuhkannya,"

Ujar Temmi, sambil melepaskan tangan Laras, setelah itu mengusap kepala Angga dengan lembut sebentar,

"Sekolah yang pintar, jadilah orang sukses dan bahagiakan Mama, ya,"

Kata Temmi,

Laras tak terasa meneteskan air mata,

"Aku ke ruang makan dulu Mbak,"

Pamit Temmi yang lantas berjalan menuju dapur untuk mengambil nampan dengan teh dan kopi yang tadi diseduh Mariska, isterinya,

"Biar Mbak Laras saja Temm yang bawa ke ruang makan,"

Kata Laras menyusul Temmi mendekati dapur,

"Aku saja Mbak, lebih baik suapi Angga sarapan saja, supaya bisa mandi lalu berangkat sekolah,"

Kata Temmi yang kemudian mengangkat nampan berisi tiga cangkir teh dan kopi,

"Terimakasih Temm,"

Kata Laras, suaranya lirih tercekat di kerongkongan karena menahan tangis antara sedih dan haru,

Terkadang manusia di kala sedang sangat terpuruk, mendapatkan perhatian dari manusia lain meskipun itu hanya sebuah perhatian kecil saja mampu membuat hati orang yang sedih bisa kembali menghangat,

Inilah kenapa, setiap manusia memiliki misi menebarkan kasih sayang di muka bumi, karena agar tak sampai membuat siapapun mahluk yang tengah terpuruk merasa sendiri,

Temmi tampak berlalu meninggalkan dapur, Laras masih mengikuti adik iparnya dengan tatapan matanya hingga akhirnya sang adik ipar menghilang dari pandangan,

Laras menatap lima lembar uang seratus ribuan di tangannya, air mata itu kembali berdera,

Sungguh, ia tak pernah menyangka jika akan ada masa ia melihat uang lima ratus ribu saja begitu banyak,

Meskipun ia juga bukanlah anak orang berada, namun saat Laras sempat merasakan bekerja di satu kantor swasta, dan saat baru menikah Yoga masih bekerja, uang belum terlalu jadi masalah, berbeda dengan sekarang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***