TMB BAB 15 - Paranoid

Sepertinya Gretel salah paham jadi Ethel menjelaskan semuanya pada saudara perempuannya itu apa yang telah terjadi.

"Ini pasti bagian dari kesialanku!" seru Ethel dengan menggebu-gebu.

"Kesialan bagaimana?" Gretel jadi keheranan. "Bukankah yang sial lawan mainmu?"

"Dia itu hanyalah perempuan dewasa yang menyebalkan," sahut Ethel tidak terima.

"Setidaknya dia terhormat, buktinya dia masih menjaga kesuciannya, jaman sekarang susah cari yang begitu. Rata-rata temanku sekolah sudah tidak suci lagi sejak sekolah menengah dan mereka menganggap itu hal yang tidak penting," ucap Gretel yang merasa pemikiran Ethel itu salah.

Ethel terdiam dan memikirkan perkataan saudaranya itu, rasa bersalah itu kembali muncul lagi. Dia jadi penasaran akan sosok Jesa.

Sebelumnya mereka hanya sering berpapasan karena memang tetangga jadi mereka tidak saling tahu satu sama lain.

Jadi, hari itu Ethel menghubungi pemilik gedung yang kebetulan koleganya. Ethel meminta data mengenai Jesa, awalnya pemilik gedung menolak karena data pemilik unit apartemen adalah privasi.

Ethel tidak menyerah, dia berbohong kalau Jesa adalah kekasihnya. Dia harus tahu semua tentang gadis itu.

"Saya akan mengirimnya tapi ini rahasia di antara kita," ucap pemilik gedung kemudian.

Tak lama, berkas perjanjian unit apartemen Jesa dikirim, ternyata Jesa hanya menyewa saja bukan membeli unit itu. Didata status pekerjaan, Jesa hanyalah karyawan biasa di kantornya.

"Jesa Coper," gumam Ethel yang sekarang tahu nama lengkap perempuan yang sudah tidur bersamanya.

Kemudian Ethel meminta Pedro untuk mencari tahu lebih dalam mengenai keluarga Jesa. Dia harus memastikan dulu seperti apa seluk beluk gadis itu, baru Ethel bisa memastikan langkah ke depannya.

"Aku mau besok laporannya sudah ada," tuntut Ethel pada Pedro.

Pedro hanya bisa menghela nafasnya, dia tidak bisa menolak.

"Baiklah," jawab Pedro.

"Oh iya, aku sepertinya butuh asisten pribadi," ungkap Ethel. Selama ini dia merasa bisa melakukan semua pekerjaan sendiri tapi ternyata tidak semudah itu.

"Setelah perjalanan bisnis dengan bos Keenan, aku akan mencarikan asisten untukmu," balas Pedro.

"Apa itu tidak terlalu lama? Apalagi saat kalian tinggal nanti, aku akan mencarinya sendiri saja," ucap Ethel seraya mengambil jasnya. "Aku akan memeriksa data karyawan yang rajin di perusahaan!"

"Asal kau meminta izin pada bos Keenan," sahut Pedro memberi peringatan.

Ethel tidak menanggapi lagi karena dia akan pergi untuk menghadiri undangan jamuan makan malam hari ini. Jadi, dia pulang lebih awal.

Sebelum pergi ke jamuan makan malam, Ethel singgah ke butik tempat di mana biasanya dia memesan jas. Ada setelan jas baru yang pemilik butik tawarkan pada Ethel.

"Jas baru ini sangat cocok untuk tubuh anda, Tuan Muda," ucap pemilik butik yang sangat hafal dengan tubuh Ethel dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Ethel mengamati jas itu dan memang sesuai dengan seleranya. "Baiklah, masukkan ke anggaranku! Gree yang akan mengurus pembayarannya!"

"Baik, Tuan Muda." Pemilik butik itu segera mempersiapkan jas baru Ethel.

Sementara Ethel menunggu dengan duduk di sofa butik sampai atensinya tertuju pada perempuan yang tampak kewalahan membawa beberapa gaun di butik itu.

"Dunia memang sempit," gumam Ethel yang melihat Jesa juga ada di sana. "Aku pasti akan kena sial!"

Buru-buru Ethel pergi dari butik itu dan meminta pemiliknya untuk mengantar jas ke apartemennya saja. Dia tidak mau bersinggungan dengan Jesa.

Bersamaan dengan itu, lampu hias yang berada di dekat Ethel berdiri akan jatuh dari atas.

"Minggir!" Jesa mendorong Ethel supaya lampu hias itu tidak mengenai kepala lelaki itu.

Jantung Ethel berdegup kencang karena beberapa kali dia mengalami hal tak terduga akhir-akhir ini. Pertama plafon apartemennya, sekarang lampu hias.

"Aku pasti akan segera mati," gumam Ethel yang mulai paranoid.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***