Semua orang di rumah itu memanggilnya Zura. Awalnya, dia lahir, tumbuh dan berkembang seperti bayi-bayi normal lainnya.
Namun setelah Azzura berumur 4 tahun, badannya terlihat sering lemas dan wajahnya pucat. Beberapa kali dia dirawat di Rumah Sakit dan setelah cek darah terakhir, Azzura divonis menderita Thalassemia Mayor.
Seluruh keluarga Dewangga sempat shok mendengar vonis dokter itu. Mereka mulai membayangkan anak kedua keluarga Dewangga harus transfusi darah setiap dua pekan sekali, seumur hidupnya.
Sudah terbayangkan berapa jarum suntik yang akan menancap di tubuh kecil itu. Sudah terbayangkan pula saat-saat Tuhan akan memanggilnya sewaktu-waktu, mengingat vonis dokter dijatuhkan pada penyakit Thalassemia Mayor, sebuah penyakit yang sampai saat ini tidak dapat sembuh secara permanen.
Waktu kecil, kulit Azzura putih bersih, sangat cantik seperti artis cilik korea. Namun dengan penyakit yang dideritanya, lama kelamaan kulitnya menjadi hitam akibat penumpukan zat besi dalam tubuhnya.
Belum lagi ketika setelah transfusi, minimal selama 1 minggu tubuhnya akan bengkak-bengkak, karena ada proses penyesuaian dengan darah yang masuk. Hal inilah yang membuat keluarga Dewangga memutuskan Azzura home schooling saja, agar lebih fleksibel dan aman buat Azzura. Karena itu, Azzura tidak pernah bertemu dengan orang lain kecuali seisi rumah itu dan dokter serta perawat yang setiap dua pekan sekali ditemuinya di Rumah Sakit.
Saat ini Azzura sudah berusia 18 tahun. Seharusnya dia tumbuh menjadi gadis cantik idaman semua laki-laki. Tapi karena tubuhnya kekurangan sel darah merah, maka dia sering merasa gelisah, hilang selera makan, seluruh badannya juga jadi terlihat pucat karena hemoglobinnya rendah.
Dia sering merasa lesu, sering sesak nafas apalagi jika hemoglobinnya menurun. Tubuhnya juga tidak tumbuh berkembang dengan semestinya. Badannya sangat kurus, kecil, sementara perutnya buncit membusung yang diakibatkan oleh pembengkakan hati dan limpanya. Wajahnya pun sangat berubah. Tulang muka, pipi dan rahangnya menjadi tidak normal.
Dan sekarang, dalam tubuhnya sudah terjadi pengumpulan zat besi di organ-organ penting seperti hati, jantung, dan kelenjar endokrin yang akhirnya menyebabkan rusaknya fungsi organ-organ itu.
Azzura sendiri sudah terlihat sangat pasrah, bahkan tak ada semangat untuk bisa hidup lebih lama lagi. Keceriaannya sudah lama hilang. Makanya ketika Rani bisa membuatnya tersenyum pada pertemuan pertama mereka, baik Ryan maupun mamanya seolah menemukan energi baru untuk Azzura.
***
"Mas Ryan, kenapa Azzura tidak transplantasi sum-sum tulang belakang saja? Itu akan membuat harapan hidupnya lebih besar," tanya Rani saat mereka perjalanan pulang dari rumah orang tua Ryan.
"Kami sudah upayakan, tapi sumsum tulang belakang kami tidak ada yang cocok. Cari pendonor dari luar keluarga juga sudah kami upayakan sejak sekian lama, bahkan kami berani mengganti dengan harga yang tidak sedikit. Tapi sampai sekarang kami belum menemukan," jawab Ryan sedih.
"Maaf Rani tidak tahu. Mas Ryan yang sabar ya Mas," lanjut Rani.
Ryan hanya tersenyum sambil mengelus puncak kepala istrinya, seolah ingin mengucapkan kata terima kasih. Dia merasa sangat beruntung mempunyai istri sesempurna Rani. Bahkan kini dia telah menjadi kakak yang sempurna untuk adiknya.
***
Hari yang dinantikan Azzura pun tiba. Ryan bersama Rani menjemput Azzura dengan mobilnya, sementara Papa Prabu dan Mama Titania mengikuti mereka dengan mobil lain.
Mereka menuju sebuah gedung bertuliskan thalassemia center. Disana terpampang gambar besar Rani bersama para dokter yang menghidupkan komunitas thalassemia tersebut.
Ketika masuk dalam gedung, ada beberapa ruang yang sengaja di setting in door dan semi out door. Ruang in door diperuntukkan bagi orang tua yang ingin konsultasi kepada dokter baik secara mandiri maupun berkelompok sesuai jadwal, sedangkan ruang semi out door bertuliskan "area piknik", diperuntukkan bagi pasien pasien thalassemia yang bergabung dengan komunitas. Acara yang disusun bagi mereka pun beragam, biasanya dilaksanakan dua pekan sekali, berselang seling dengan jadwal mereka harus transfusi.
Ketika Rani tiba, kebetulan anak-anak penderita thalassemia sedang ada kegiatan disana, sehingga Azzura langsung bisa bergabung dan melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, bahwa di luar dirinya, banyak orang yang sedang berjuang untuk tetap hidup, sama persis seperti Azzura. Disana ada anak-anak dengan usia beragam, yang dipisah berdasarkan usia agar mereka bisa menikmati acara yang di kemas sesuai usia masing-masing.
Mereka juga punya istilah camping, untuk acara yang sebelumnya mereka takuti, yaitu transfusi darah. Sehingga dunia thalassemia tidak lagi menjadi momok yang menakutkan lagi bagi mereka.
Azzura terlihat menikmati acara piknik versi thalassemia center itu, melihat banyaknya anak yang mempunyai nasib sama seperti dia. Dia pun bisa tersenyum riang dan seolah mempunyai semangat untuk bisa hidup lebih lama.
"Zura boleh sering kesini nggak, Kak?" tanya Azzura kepada Rani.
"Tentu saja boleh. Nanti Kakak kasih kamu jadwalnya ya?" jawab Rani, sambil mengelus puncak kepala adik iparnya itu.
Azzura pun memeluk Rani dengan erat dan penuh semangat.
Sang Papa dan Mama yang melihat adegan itu sampai meneteskan air mata, bersyukur seorang Rani hadir di tengah-tengah keluarga Dewangga bagai seorang malaikat. Bukan hanya untuk Azzura, tapi juga untuk Ryan yang selama ini seolah tidak punya warna dalam hidupnya, berubah menjadi laki-laki yang menjalani hidup penuh warna bersama wanita yang dicintainya.
***
Dari Thalassemia Center, Azzura pulang bersama mama dan papanya sementara Ryan membawa Rani ke rumah sakit untuk mengecek kondisi tangannya.
"Bagaimana, dok?" tanya Ryan setelah dokter selesai memeriksa tangan Rani.
"Mungkin karena kemarin benturannya terlalu keras, sehingga Bu Rani masih merasakan nyeri sampai sekarang. Kita coba lihat tiga hari kedepan, untuk sementara splint biar tetap terpasang. Sementara itu saya tambah lagi untuk obat anti nyerinya," jawab dokter dengan ramah.
"Baik, Dok. Terima kasih," ucap Ryan, sebelum akhirnya menarik tangan Rani dan keluar.
"Sampai tiga hari kedepan, kamu masih harus bergantung kepadaku, Sayang," bisik Ryan sambil tersenyum nakal.
"Ihhh, udah ahhh ayo kita pulang," ucap Rani sambil melepas tangan Ryan yang masih menggandengnya, dan setengah berlari menuju parkiran mobil, demi menghindari candaan Ryan yang lebih parah lagi.
Ryan yang menyadari perubahan wajah dan sikap Rani hanya tersenyum menang. Semakin di perhatikan, istrinya itu semakin menggemaskan. Apalagi kalau sedang malu seperti itu.
Kalau dipikir-pikir wajar sih istri kecilnya sampai pasang wajah semerah itu. Bagaimana tidak malu? Selama tiga hari ini Rani tidak bisa melakukan aktivitas pribadinya sendiri, sehingga semua dilakukan oleh suaminya. Padahal, selama lima hari menikah, belum pernah sekalipun mereka menunaikan ibadah sebagai sepasang suami istri.
Namun sejauh ini, hari-hari mereka semakin indah. Perkembangan yang sangat bagus di hari ke lima mereka menikah.
BERSAMBUNG
Catatan:
jangan lupa vote, like, comment dan love ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Wirdah K 🌹
Dewangga kayanya adem ya namanya☺
2020-09-02
2
W⃠🦃𝖆𝖑𝖒𝖊𝖎𝖗𝖆 Rh's😎
mantapp
2020-09-01
2
Yhu Nitha
lanjutt👍👍
2020-08-26
2