Setelah selesai sarapan, Ryan dan Rani langsung menuju rumah orang tua Ryan yang hanya memakan waktu sekitar 30 menit perjalanan. Dan selama perjalanan, baik Ryan maupun Rani masih saja memikirkan Meysie dari sudut pandang mereka yang berbeda.
"Kok masih cemberut gitu?" tanya Ryan, yang merasa sangat aneh melihat istrinya yang biasanya sibuk memperhatikan semua yang dilewatinya melalui kaca mobil sekarang hanya diam entah apa yang dipikirkan.
"Rani nggak papa, Mas," jawab Rani berbohong. Dia tidak mau Ryan tahu kalau dia masih kepikiran soal Meysie.
Ryan yang mendapat jawaban itu hanya tersenyum sambil mengelus kepala Rani menggunakan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih fokus memegang setir.
Tak berapa lama, Ryan membelokkan mobilnya menuju sebuah rumah besar yang mewah dan megah. Rumah itu mempunyai halaman yang sangat luas dan terlihat hijau karena dipenuhi ratusan spesies tanaman. Bangunan rumah menjulang tinggi dengan empat tiang besar yang kokoh berdiri dari lantai dasar hingga lantai dua tanpa sekat. Gayanya yang klasik, tidak menghilangkan kesan modern.
Ryan turun dari mobil, kemudian tubuhnya memutar untuk membukakan pintu buat Rani dan segera membantu Rani turun.
Melihat Mama Titania sudah menyambut di depan pintu masuk, Rani segera berlari dan mencium mama mertuanya karena tangan kanan Rani belum bisa digunakan untuk salim. Sang mama terlihat sendiri karena Papa Prabu ke kantor.
Mama segera merangkul Rani dan mengajaknya masuk tanpa mempedulikan Ryan.
Ryan yang merasa di cuekin hanya mengangkat bahu, menurunkannya lagi dan mengikuti mereka masuk.
"Kita langsung ke kamar Azzura saja ya, Sayang? Kamu belum pernah ketemu sama adik iparmu kan?" Mama Titania mengajak Rani menuju lantai dua.
"Jadi Mas Ryan punya adik, Ma?" tanya Rani kaget, karena sejak awal pertemuan keluarga hingga Ryan dan Rani menikah, Azzura tidak pernah ikut hadir.
"Dia sakit, Sayang. Thalassemia Mayor," jawab Mama Titania setengah berbisik, kemudian membuka pintu kamar Azzura.
Melihat mamanya masuk bersama Rian dan Rani, Azzura yang sedang tiduran sambil mainan hp segera bangun dan meletakkan hpnya di sisi tempat tidur. Dia terlihat sangat bahagia melihat siapa yang masuk.
"Zura, lihat siapa yang datang," kata Mama Titania seolah ingin memberi kejutan kepada putrinya.
"Hallo adek Kak Ryan yang cantik," Ryan yang berada di belakang Rani dan mamanya tiba-tiba mendahului dan menghambur ke arah Azzura, memeluknya dengan sayang. Ryan memang orang yang cuek. Tapi untuk urusan adiknya, dia bisa berubah jadi apapun demi membuat adiknya bahagia. Dia sadar, mungkin kesempatan hidup untuk adiknya tidak akan lama lagi.
"Ihhh, Kak Ryan, lepasin. Zura kan maunya dipeluk Kakak Ipar," Azzura yang dipeluk erat kakaknya memberontak.
Rani yang melihat adegan adik dan kakak itu hanya geleng-geleng kepala, kemudian menghampiri mereka ke tempat tidur Azzura.
"Hallo, Zura. Kenalin, aku Kak Rani," sapa Rani dengan ramah.
"Hallo, Kak Rani," jawab Azzura sambil memeluk Rani dengan manja. Entah mengapa Azzura sangat menyukai Rani walau mereka baru pertama kali bertemu.
Rani membalas pelukan Azzura dengan tulus. Rani sangat mengerti, Azzura seorang penderita Thalassemia Mayor yang butuh dukungan banyak orang untuk terus memompa semangat hidupnya.
"Kak Rani cantik," kata Azzura kemudian.
" Zura juga cantik," jawab Rani sambil tersenyum manis. Setidaknya Rani melihat garis wajah Azzura yang sebenarnya masih terlihat cantik. Tapi seperti penderita Thalassemia lain, kulit Azzura memang terlihat hitam karena penumpukan zat besi. Badannya sangat kurus sehingga matanya cekung dan terlihat agak membesar.
"Zura aneh kan, Kak? Tidak seperti gadis-gadis lainnya," tiba-tiba wajah Azzura berubah.
"Siapa bilang?" jawab Rani sambil mengelus punggung Azzura dengan sayang.
"Mungkin di luar sana nggak ada yang kayak Zura ya, Kak? Bahkan Zura nggak pernah punya teman karena sejak kecil home schooling," Zura bercerita dengan sedih.
" Siapa bilang? Diluar sana banyak sekali anak-anak yang sakit kayak Zura," jawab Rani menenangkan.
"Kak Rani bohong. Pasti Kakak bilang begitu cuma mau nyenengin Zura aja," Azzura menyanggah sambil berkaca-kaca.
"Ehhh, Kak Rani nggak pernah bohong lho. Adek Kak Ryan yang cantik ini minta aja sama Kak Rani untuk dikenalin sama mereka," tiba-tiba Ryan menyahut.
Rani dan Mama Titania yang mendengar ucapan Ryan saling pandang. Bahkan Sang Mama sudah terlihat sangat khawatir. Sementara Rani hanya memandang Ryan dengan tatapan penuh tanya.
"Iya, besok Kak Rani ajak ketemu teman-teman lain yang sakit kayak Zura mau nggak? Sekarang Kakak mau ngobrol sama mama dulu. Besok siap jam 9, Kakak jemput. Oke?" ucap Rani kemudian, yang membuat sang mertua tambah bingung.
Azzura mengangguk senang, kemudian memeluk Rani erat.
***
"Bagaimana caranya?" Mama Titania langsung heboh begitu mereka keluar dari kamar Azzura dan duduk di ruang keluarga.
Rani hanya tersenyum sambil menatap Ryan menuntut jawaban.
"Rani adalah pelopor komunitas Thalassemia di kota X, Ma. Jadi mudah sekali buat Rani mempertemukan Zura dengan sesama penderita thalassemia," jawab Ryan seolah ingin menunjukkan kepada Sang Mama bahwa dia mengerti semua tentang istrinya.
" Mas Ryan benar-benar tahu semua tentangku," batin Rani dalam hati. Dan entah mengapa hal itu membuat Rani bahagia.
"Betul begitu, Sayang?" tanya Ryan memastikan.
Rani hanya tersenyum, kemudian menceritakan awal mula kenapa akhirnya dia berkecimpung di komunitas Thalassemia dan sangat bersemangat menghidupkan komunitas itu.
***
Tiga tahun lalu, sahabat dekat Rani meninggal karena menderita Thalassemia Mayor tepat di tahun ke 10 sejak dia di vonis dokter.
Yang Rani tahu, penyakit ini memang belum ada obatnya, dan rata-rata masa hidup pasien penderita penyakit ini hanya antara 10 sampai 18 tahun.
Semula, Rani mengira bahwa kasus thalassemia jarang terjadi. Namun ketika Rani menjadi anggota Dewan dan banyak menemukan kasus Thalassemia di kota X, jiwa selalu ingin tahunya mendorong Rani untuk memulai bergerilya di setiap rumah sakit, hingga akhirnya dia bertemu dengan anak-anak penderita thalassemia ketika mereka sedang melakukan transfusi darah.
Setelah memperkenalkan diri, akhirnya Rani bersama dengan para orang tua penderita Thalassemia bersepakat untuk mengadakan pertemuan sebagai ajang saling support dan silaturahim diantara keluarga Thalassemia.
Rupanya setelah melakukan pertemuan, baru diketahui bahwa mayoritas orang tua hanya mengetahui penyakit Thalassemia dari dokter, tanpa mencari tahu lebih lanjut tentang penyakit tersebut.
Hingga akhirnya, Rani menghimpun relawan dari para dokter di kota X dan di tahun itu juga bersama-sama membentuk perhimpunan orang tua penderita Thalassemia.
Dengan adanya komunitas itu, orang tua mempunyai hak konsultasi dengan para dokter yang bergabung dalam komunitas, dan mengerti banyak hal tentang thalassemia dan yang seharusnya menjadi hak-hak pasien thalassemia.
***
Mendengar cerita Rani, Mama Titania hanya berdecak kagum.
"Kalau gitu besok Mama dan Papa ikut kalian menemani Zura," ucap sang mama kemudian, yang disambut dengan semangat oleh Rani.
Ryan hanya memandang Rani dengan ekspresi yang lebih dalam dari sebelum-sebelumnya. Meski dia sudah banyak mencari tahu tentang Rani melalui media, namun ketika Ryan melihat dari dekat dan terlibat langsung bersama Rani, ternyata rasanya luar biasa. Dan itu semakin menambah deretan alasan mengapa Ryan jatuh cinta.
BERSAMBUNG
Catatan:
jangan lupa vote, like, comment dan love ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
SariRenmaur SariRenmaur
rania pintatnya ga abis abis jempool deh...
2021-02-23
0
Wirdah K 🌹
ganbatte kudasai Kakak
2020-09-01
1
W⃠🦃𝖆𝖑𝖒𝖊𝖎𝖗𝖆 Rh's😎
tambah seru ceritanya
2020-09-01
1