Selesai sholat isya berjama'ah, Ryan dan Rani memutuskan untuk beristirahat. Masih seperti pagi tadi, Rani tidur membelakangi Ryan dan Ryan memeluk Rani dari belakang. Meski sebenarnya Ryan ingin sekali lebih dari itu, tapi dia akan setia menunggu sampai istrinya benar-benar siap. Apalagi keduanya sama-sama belum bisa menebak perasaan mereka sendiri, jadi sangat egois jika Ryan memaksa Rani untuk memberikan hak Ryan sebagai pria dewasa yang kini telah menjadi suaminya.
Saat itu Ryan tak bisa memejamkan matanya. Dia hanya memandang punggung istrinya, dan sesekali mengecup kepala Rani yang masih terbungkus hijab itu. Dia mencoba sedikit bangun dan melihat wajah Rani yang masih saja cantik dengan nafas teratur saat dia pulas tertidur. Tak tahan, Ryan segera melangkahi tubuh Rani dan memposisikan diri hingga mereka tidur berhadapan. Tangannya mencoba menarik hijab santai yang Rani kenakan, namun tiba-tiba Rani terbangun dan terperanjat kaget melihat Ryan dihadapannya sambil memegang ujung hijabnya.
"Mas Ryan mau ngapain?" teriak Rani saking kagetnya.
"Melihat rambutmu," jawab Ryan santai.
"Nggak boleh," Rani berucap tegas sambil memegang kepalanya.
"Kenapa bisa begitu?" Ryan mencoba bertanya dengan nada sok tidak mengerti.
Rani yang mendengar pertanyaan terakhir Ryan tidak bisa menjawab. "Kenapa bisa begitu? Iya juga sih. Dia kan suamiku," gumam Rani dalam hati.
"Kenapa bisa begitu? Hukum mana yang tidak memperbolehkan seorang suami melihat rambut istrinya? Jangankan rambut. Mau lihat semuanya aja suami punya hak," ucap Ryan kemudian, yang membuat wajah Rani memerah.
"Rani malu, Mas," jawab Rani pelan.
"Kamu harus mulai terbiasa. Buka hijabmu di depan suamimu. Dan pakai kembali hijabmu jika keluar dan bertemu orang lain," Ryan terus mengejar karena saking penasarannya.
"Rani belum siap," Rani memohon.
"Kalau begitu akan Mas bantu lepaskan saat kau tertidur nanti. Biar ketika kamu bangun kamu sudah tidak malu lagi," ancam Ryan.
Mendengar ancaman Ryan, Rani membelalak kaget, tidak menduga kalau kalimat itu yang akan Ryan katakan.
"Tidak usah... tidak usah, Mas. Biar Rani yang lepas sendiri," ucap Rani setelah mendengar kalimat terakhir Ryan.
Ryanpun tersenyum menang.
"Gitu dong. Ayo lepas!" Ryan kembali memegang ujung hijab Rani.
"Ada syaratnya," Rani mencoba membuat penawaran.
"Apapun syaratnya. Ayo buka!" jiwa tak sabar Ryan sudah tidak bisa di halau lagi.
"Sebentar. Janji dulu!"
"Iya, Mas janji,"
"Kalau begitu telphon Mas Arya, bilang dia suruh nurutin yang Rani mau malam ini juga," ucap Rani sambil menyerahkan hp Ryan yang sudah terhubung dengan Arya.
"Hallo, Ar. Turuti semua yang istri kecilku minta malam ini juga!" kata Ryan, kemudian langsung menutup telphonnya.
"Sudah kan? Ayo", Ryan semakin tak sabar.
"Bentar Rani mau WA Mas Arya dulu," ucap Rani tersenyum menang. Ryan pun hanya mendengus kesal sambil menunggu Rani menulis pesan untuk Arya panjang lebar, entah meminta apa.
"Udah?" Ryan kembali menagih janji Rani.
"Satu lagi," Rani mengerlingkan satu matanya sambil melepas jari telunjuk kanannya.
"Apalagi sih, Ran?" Ryan semakin gemas.
"Besok Rani yang atur jadwal kita. Mas Ryan tidak boleh protes,"
"Iya..., iya.., lakukan semua yang kau mau. Cepat lepas hijabmu!" Ryan sudah semakin kesal.
"Kalau gitu Mas Ryan tutup mata dulu," ucap Rani setelah tidak ada alasan lagi.
Kini mereka duduk berhadapan. Ryan menutup matanya dengan dada yang berdegup kencang. Begitu juga Rani. Tiba-tiba hatinya berdebar-debar.
Dengan ragu, Rani menarik ujung hijabnya, membuka dan melipatnya, kemudian ditaruhnya di atas meja disamping tempat tidur. Tak berapa lama, dia menyisir rambutnya, meletakkan sisir itu di meja dan menyiapkan hati saat Ryan benar-benar melihat rambutnya.
Dia segera menutup mukanya dan meminta Ryan membuka mata.
Saat Ryan membuka matanya, dia melihat rambut hitam terurai dengan indahnya. Rambutnya lurus dengan panjang hingga ke pinggangnya.
Kedua tangan Ryan menarik kedua tangan Rani yang menutupi wajahnya, dan ketika itu pandangan Ryan tak mampu menyembunyikan betapa takjubnya dia melihat wajah ayu yang ada di depannya. Wajah cantik alami, yang semakin menawan dengan rambut panjang terurai. Lehernya terlihat jenjang, kulitnya terlihat putih mulus tanpa penghalang.
Ryan segera membelai rambut halus Rani dengan lembut, dia mengusap ujung kepala, dan mengecup kening istri kecilnya dengan penuh rasa sayang. Ada kebanggaan tersendiri dalam hati Ryan, ketika menyadari bahwa kecantikan istrinya yang menakjubkan itu, hanya Rani perlihatkan kepadanya, satu-satunya orang yang kini paling berhak menikmatinya.
"Kamu cantik sekali, Sayang. Terima kasih karena telah memberikannya untukku," ucap Ryan, kemudian mereka tidur berhadapan sampai pagi menjelang.
Tidak ada apapun yang terjadi malam itu. Namun ketika Rani terbangun, entah kenapa Rani benar-benar malu. Ryan yang seolah tahu dengan apa yang dipikirkan istri kecilnya hanya membelai rambut indah itu sambil berucap, "Kamu harus mulai terbiasa", sambil mengerlingkan matanya.
Pagi itupun berjalan seperti kesepakatan mereka semalam. Setelah sholat shubuh, Ryan benar-benar mengikuti apapun yang Rani katakan.
Ting-tong... Ting-tong...
Terdengar suara bel berbunyi dari arah luar pintu kamar. Tak lama, dua pelayan masuk. Pelayan pertama membawa sarapan untuk mereka, pelayan kedua membawa dua pasang pakaian entah untuk apa.
Setelah mereka mandi dan sarapan, Rani segera meminta Ryan untuk berganti pakaian yang di bawa pelayan tadi, kemudian Rani pun memakai pakaian serupa.
"Kenapa kita pakai kaos ini, Sayang?" tanya Ryan penasaran.
"Mas kan udah janji, hari ini ikutin peraturan Rani," jawab Rani sambil cemberut, sehingga Ryan membatalkan niatnya untuk protes.
Hari itu masih sangat pagi untuk ukuran pengantin baru. Tapi baik Ryan maupun Rani sudah bersiap dengan Rapi.
Rani mengenakan rok jeans warna denim, kaos panjang warna maroon, hijab maroon dan topi warna senada. Begitu juga Ryan, dia mengenakan celana jeans warna denim, kaos pendek warna maroon dan topi warna senada. Keduanya juga mengenakan sepatu ket dengan warna dan model yang sama, hanya ukurannya saja yang berbeda.
"Keren kan, Mas. Sekarang kita menjadi pasangan milenial yang keren. Mas juga kelihatan masih 23 tahun seperti Rani," ucap Rani sambil mengajak Ryan memandang kekompakan mereka ke cermin. Senyumnya merekah, seperti puas membuat penasaran suaminya.
Ryan hanya tersenyum, tanpa mengetahui hal gila apa lagi yang akan di lakukan istrinya saat itu. Dia tidak terlalu khawatir dengan semua hal yang akan dilakukan Rani, toh Ryan juga sudah mulai menikmati setiap kejutan dan hal gila yang dilakukan istrinya.
Hal-hal yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya, namun selalu ditunjukkan oleh ibu pejabat kecil, yang kini menyandang status sebagai Nyonya Ryan Dewangga. Dan hal-hal gila itu yang ternyata mampu membuat Ryan jatuh cinta, meskipun dia juga belum yakin dengan perasaannya.
BERSAMBUNG
catatan:
Jangan Lupa vote, like, favorit and commentnya ya kakak-kakak...
Biar authornya semangat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
tutty adawiyah
bahasa sma kata2 nya bgus thor , ngena banget pas dbaca .. sukses slalu author .. suka banget sama novel yg tulisan x serapi ini
2021-12-20
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like dan jejak
2021-02-23
0
Nurul Hidayah
Lanjut, bagus ceritanya
2020-10-30
3