Setelah melewati gang sempit dan kumuh, mereka sampai ke sebuah rumah dengan ukuran sekitar 3 x 4 m, tidak ada separoh dari ukuran kamar Rani di rumahnya. Rumah yang tidak layak disebut rumah itu hanya mempunyai satu ruang yang digunakan untuk mereka beristirahat, juga untuk memasak sekaligus. Sementara untuk kamar mandi, ada di belakang rumah dengan tutup ala kadarnya dari karung-karung bekas.
Dalam ruang kecil itu Rani melihat pria setengah baya terkulai lemas beralaskan kasur lantai tipis yang sudah lusuh dimakan usia. Dia lumpuh dan tidak bisa berbicara. Ketika Rani mencoba bertanya apa yang sakit, pria itu hanya memukul-mukul kepalanya, seolah ingin mengatakan bahwa dia sangat sakit kepala.
Melihat kondisi itu, Rani hanya menarik nafas panjang, kemudian membuangnya pelan. Tak berapa lama dia terlihat menelpon beberapa orang untuk datang ke rumah itu, sebelum akhirnya menyentuh layar hp nya untuk share lokasi.
Ryan memperhatikan Rani dan rumah itu beserta penghuninya dengan tatapan yang sulit di artikan. Jujur, selama 28 tahun dia hidup, baru saat itu dia melihat rumah yang betul-betul tidak layak, dengan penghuni yang tidak bisa hidup layak pula. Tiba-tiba dadanya terasa sesak, matanya panas dan wajahnya memerah menahan rasa yang berkecamuk di dalam dadanya, melihat gambaran kehidupan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya.
Hingga akhirnya, pikiran Ryan yang mengembara entah sampai manapun tiba-tiba buyar ketika beberapa orang datang, dan menghampiri mereka. Ternyata mereka adalah staff ahli Rani di kantor.
Rani segera memerintahkan staff nya untuk mengurus pendaftaran sekolah anak penjual kerupuk itu, membawa Bapaknya ke rumah sakit dan mengurus asuransi kesehatannya, juga menghubungi dinas sosial untuk memperbaiki rumahnya. Sementara untuk ibunya, Rani mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan agar dia bisa berjualan di rumah sambil menunggu anaknya pulang sekolah.
"Baik, Bu Rani. Semuanya bisa kami urus, kecuali untuk pemugaran rumahnya. Karena untuk pemugaran rumah dari Dinas sosial harus mengajukan satu tahun sebelumnya. Kalau diajukan sekarang, baru bisa diperbaiki tahun depan." Jelas staff ahli itu panjang lebar, walaupun dia sangat paham kalau Rani sudah mengetahui alurnya.
Rani hanya mendesah, sambil menatap Ryan seolah memohon sesuatu. Ryan yang di tatap Rani pun bisa menangkap apa yang diminta istrinya itu.
"Baiklah. Untuk pemugaran rumah ibu ini biar perusahaan yang handel. Kalian boleh cari data sebanyak-banyaknya berapa rumah yang sudah darurat untuk diperbaiki. Perusahaanku bisa kasih 500 unit per tahun." Jawab Ryan enteng.
Mendengar perkataan Ryan, mata Rani tiba-tiba berbinar. Dia segera beranjak dari tempat duduknya dan menghambur ke arah Ryan kemudian memeluknya.
Ryan yang menerima perlakuan Rani yang diluar dugaan itu sangat kaget, mengingat ini adalah pelukan yang diberikan istrinya untuk pertama kalinya. Wajahnya tersipu, namun dia benar-benar menikmatinya.
Semua mata di dalam rumah itu pun memalingkan mukanya, tidak enak hati melihat kemesraan pengantin baru yang ada di depannya.
Dan setelah drama selesai, mereka segera meninggalkan rumah itu dan mempercayakan staff ahli Rani untuk menghandel semuanya. Mereka memutuskan untuk melanjutkan rencana makan siang dan nonton yang sempat tertunda.
***
Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul empat sore, namun dari pagi perut mereka belum terisi apapun. Karena itu setelah mereka sholat ashar di Mushala Mall, mereka segera menuju food court yang kebetulan berada di samping bioskop tempat mereka akan menonton.
Setelah pesanan mereka datang, Ryan dan Rani segera makan dengan lahap seolah balas dendam karena sedari tadi perut mereka sudah demo minta makan. Dengan asyiknya mereka menyendok makanan dan mengarahkannya ke mulut mereka sendiri, sesekali mereka saling mencicipi makanan mereka dari piring masing-masing, dan sesekali pula mereka saling menyuapi.
Selesai makan, Ryan segera membeli tiket nonton kemudian membeli popcorn dan minuman, sementara Rani pergi ke kamar mandi. Setelah itu mereka terlihat asyik nonton film action, yang kebetulan sama-sama mereka gemari.
Di hari kedua menikah, hubungan mereka terlihat semakin membaik. Meskipun tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi mereka dengan tatapan penuh amarah.
***
Flashback
Meysie tak sengaja melihat Ryan bersama Rani sedang berdiri di pinggir jalan bersama seorang ibu-ibu dan anak perempuan penjual kerupuk.
Karena penasaran, akhirnya Meysie memarkir mobilnya di depan mereka berdiri kemudian memperhatikan mereka dari kaca spion.
Melihat mereka masuk ke dalam sebuah gang, sebenarnya Meysie ingin mengikuti. Namun karena takut ketahuan, dia memilih untuk menunggu di dalam mobil sampai mereka keluar.
Akhirnya setelah Ryan dan Rani terlihat masuk mobil dan beranjak pergi, Meysie mengikuti mereka dan mencari tahu apa saja yang mereka lakukan dari kejauhan.
Bahkan sesaat setelah Ryan membeli tiket, tanpa Ryan sadari Meysi segera membeli tiket yang sama dan mencari informasi dimana tempat duduk yang Ryan pilih. Setelah mengetahui Ryan dan istrinya duduk dimana, Meysie membeli tiket dan duduk persis di belakang Ryan agar bisa melihat apa saja yang mereka lakukan.
Apa yang Meysie dapatkan? Kemesraan Ryan dan Rani saat saling menyuapi makanan di food court tadi benar-benar membuat hati Meysie hancur. Apalagi ketika dalam bioskop, Meysie yang duduk tepat di belakang tempat duduk mereka, melihat dengan jelas Ryan merangkul tubuh Rani sambil sesekali mengecup ujung kepalanya. Sore itu benar-benar membuat Meysie patah hati.
End of flashback
***
Lain dengan Meysie, sore itu adalah sore yang indah untuk Ryan dan Rani.
Sekali lagi, decak kagum seorang Ryan kepada istri hebatnya benar-benar tak bisa di sembunyikan lagi. Gadis kecil yang sejak dua hari lalu menjadi Nyonya Ryan Dewangga itu ternyata adalah ibu pejabat yang sangat peduli dan peka terhadap hal sekecil apapun. Bahkan dia seolah rela melakukan apa saja demi mereka yang menaruh harapan besar kepadanya. Ya. Harapan orang-orang kecil, kepada wakil rakyatnya. Dan pilihan mereka benar-benar tidak salah ketika menggantungkan nasibnya untuk diperjuangkan oleh seorang Arania Levana.
Sementara Rani, melihat sosok Ryan sore itu bagai seorang malaikat. Rani bahkan hanya minta satu, tapi Ryan memberikan lebih banyak dari yang dia mau.
"Ya Allah, aku adalah pelayan rakyat yang meminta suami pelayan rakyat pula. Apakah Kau sedang menunjukkan bahwa Kau sudah mengabulkan do'aku?" gumam Rani dalam hati.
Dan sore itu, mereka kembali ke hotel dengan perasaan mereka masing-masing. Gurat kebahagiaan benar-benar terpancar dari wajah mereka, bahkan ada tatapan yang berbeda ketika mereka saling bertemu mata. Apakah itu cinta? Baik Ryan maupun Rani juga tidak mengerti. Yang jelas, rasa saling kagum itu kini telah terlanjur terpatri di dalam hati.
BERSAMBUNG
Hai Readers
Jangan lupa tinggalin jejak ya. Kasih vote, like, comment n favorit ya. jangan lupa juga kasih rate 5...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangatttt💪
asisten dadakan datang lagi..
mampir juga yuk😉
2021-02-23
0
W⃠🦃𝖆𝖑𝖒𝖊𝖎𝖗𝖆 Rh's😎
Lanjut dan lanjut
2020-08-30
2
rohmaulina543
jejak
2020-08-25
2