Ryan membaringkan tubuh lelahnya di tempat tidur. Berkali-kali dia berusaha memejamkan mata, namun lagi-lagi bayangan peristiwa tadi siang bersama Rani yang selalu muncul. Ada getaran hebat di dadanya mengingat garang dan lincahnya gadis kecil itu menghadapi situasi yang menurut Ryan menjadi seru.
Kriiiingggggggggg..., tiba-tiba Arya memanggil.
"Hallo," ucap Ryan membuka pembicaraan.
"Makin hebat aja ini calon pasutri baru," jawab Arya menggoda.
"Apa sih?" Ryan bertanya, tidak mengerti.
"Berita kamu dan calon istrimu di jembatan hari ini memenuhi seluruh media online dan sosmed bro. Coba kamu cari," jelas Arya, membuat Ryan semakin tak mengerti.
Setelah mengakhiri telphon mereka, Ryan langsung mengutak-atik layar handphone nya dan tiba-tiba matanya membelalak. Semua media online sedang membicarakan mereka.
"Pengusaha Ryan Dewangga bersama sang legislator muda Arania Levana, menciduk pengusaha rumah makan saat membuang sampah di sungai," begitu judul pemberitaannya kira-kira.
Disana ada beberapa foto saat Rani dan dirinya di jembatan itu. Dan benar saja, dalam hitungan menit pemberitaan positif mengenai Ryan Dewangga dan Arania Levana segera viral memenuhi jagad per-sosmed-an.
***
Akhirnya hari pernikahan tiba. Acara di bagi dua sesi, sesi pertama adalah sesi akad nikah dan sesi kedua adalah resepsi.
Untuk akad nikah, spesial request dari Rani dilakukan di rumahnya. Meskipun terkesan ribet karena mereka harus menyiapkan dua acara dalam satu hari dan dengan dua tempat yang berbeda, namun permintaan Rani tidak ada yang bisa menolak.
"Kalau akad nikah dilakukan di hotel, itu sama saja Rani menghampiri pengantin laki-laki. Seharusnya dalam pernikahan yang suci, pengantin laki-lakilah yang menghampiri pengantin perempuan. Jadi yang paling tepat, akad nikah dilaksanakan di rumah pengantin perempuan," begitu alasan yang diungkap Rani, yang akhirnya disetujui Mama Davina dan keluarga Dewangga.
Karena itulah akad nikah dijadwalkan pagi, agar mereka masih punya banyak waktu untuk persiapan resepsi pernikahan malam harinya di hotel keluarga Dewangga.
Dan pagi itu, ruang tamu rumah Rani telah disulap menjadi altar pernikahan yang indah. Seluruh ruangan didominasi warna putih dan dipenuhi mawar merah di setiap sudutnya. Di lantai satu, tempat akad nikah di setting persis di tengah ruangan. Seluruh keluarga Dewangga dan keluarga Rani duduk mengelilingi tempat ijab kabul itu. Ryan terlihat mengenakan stelan jas warna putih, dengan peci warna senada dan bunga melati terlihat mengalungi lehernya.
Sementara Rani, setelah make up selesai dan mengenakan kebaya panjang dan hijab warna putih senada dengan Ryan dengan hiasan mahkota dan rangkaian melati di kepala, segera duduk dilantai dua didampingi Mama Davina dan beberapa kerabat serta sahabat Rani yang waktu itu turut hadir.
"Saya terima nikahnya Arania Levana binti Wisnu Raharja dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Ryan dengan lancar yang kemudian di syahkan oleh para saksi.
Setelah kata "sah" terdengar memenuhi ruang lantai satu, semua yang hadirpun segera mengucapkan "alhamdulillah."
Rani yang sempat meneteskan air mata ketika prosesi akad nikah pun segera dituntun Mama Davina untuk bergabung ke lantai satu dan duduk di sebelah Ryan.
Saat Rani menuruni tangga, semua yang hadir menatap kagum. Ryan yang saat itu sudah menyandang status suami meski tanpa cinta, memandang takjub kepada istrinya itu. Rani yang tidak pernah tersentuh make up sama sekali, di hari suci itu benar-benar menawan dan menghipnotis siapapun yang memandangnya.
Tak berapa lama, Rani sudah duduk disebelah Ryan, kemudian pembacaan do'a dan penandatanganan buku nikah. Rani pun segera mencium punggung tangan Ryan, dan yang membuat Rani kaget, Ryan mengecup kening Rani.
"Huhhh, drama benar ini. pakai ada acara ngecup kening segala sih?" ucap Rani dalam hati.
Setelah semua prosesi akad nikah dan ramah tamah selesai, keluarga Dewangga pamit diikuti seluruh tamu yang hadir.
"Naik yuk?" ucap Ryan tiba-tiba sambil menarik tangan Rani.
"Naik kemana?" jawab Rani bingung.
"Kamar mu di atas kan?" lanjut Ryan sambil menyeringai.
"Tapi..."
"Jangan mikir macem-macem. Kamu tidak mau mengajak suamimu ini sholat sunnah dua rakaat?" sebelum Rani menyelesaikan ucapannya, Ryan sudah memotong.
Rani hanya mengangguk, sambil menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah.
"Mas Ryan silahkan wudhu duluan. Rani mau bersihin make up sebentar," ucap Rani setelah mereka sampai di kamar. Ryan pun mengganti pakaiannya dengan kaos santai kemudian masuk ke kamar mandi.
Ketika Ryan keluar, Rani sudah berganti pakaian dan mengenakan hijab instan, kemudian segera mengambil wudhu.
Keduanya sholat dengan khusyuk. Entah mengapa, tiba-tiba dada mereka terasa sesak. Ada sesuatu yang menyeruak sehingga isak tangis pun terdengar begitu kuat. Mereka menyelami perasaan masing-masing, entah apa yang mereka minta kepada Sang Pencipta untuk pernikahan mereka berdua.
Setelah salam kedua, Ryan berbalik ke arah Rani, sehingga mereka duduk berhadapan. Sekali lagi, Rani mencium punggung tangan Ryan dan Ryan kembali mengecup kening Rani, entah dengan perasaan apa, mereka tidak tahu.
"Sekarang, Mas adalah imam kamu. Dengan latar belakang apapun pernikahan kita dan dengan rasa apapun di hati kita, secara hukum dan agama kita adalah suami istri. Karena itu, tolong jaga diri dan kehormatanmu dari laki-laki lain, Mas pun akan menjaga diri dari perempuan lain," ucap Ryan, terdengar sangat tulus.
"Iya, Mas. Rani mengerti," jawab Rani menuruti suaminya.
Sebenarnya sikap Ryan ini diluar dugaan Rani. Semula Rani mengira bahwa awal pernikahannya dengan Ryan akan seperti kisah dalam novel-novel cinta yang pernah dia baca, dimana tuan muda kaya raya yang dipaksa menikahi gadis pilihan orang tuanya akan garang, cuek dan bersikap semena-mena terhadap istri yang baru dinikahinya. Tapi Rani sama sekali tidak melihat itu dari suaminya. Dia bersikap baik terhadap Rani seolah sudah mengikhlaskan untuk menghabiskan hidup bersama istrinya. Bahkan diakhir-akhir menjelang mereka menikah, Ryan terlihat cukup antusias mempersiapkan pesta pernikahan mereka.
"Oya, Mama Davina dan kedua orang tuaku sudah bersepakat, setelah menikah kita akan tinggal sendiri. Karena rumah masih di bersihkan dan ada beberapa yang masih harus disempurnakan, rumah baru bisa kita tempati tiga hari kedepan. Karena itu, selama tiga hari kita menginap di hotel," ucap Ryan kemudian.
"Sambil nunggu rumah siap kan kita bisa disini, Mas," jawab Rani penuh harap.
"Tidak. Kita di hotel saja," jawab Ryan tidak bisa ditawar.
"Baik," ucap Rani menyerah, karena sepertinya tidak ada pilihan.
"Ngapain tiga hari di hotel? Kalau pasangan lain yang nikah karena cinta sihh oke oke aja. Kalau aku? Ahhhh," gerutu Rani dalam hati.
Ryan yang seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya itu hanya tersenyum, entah apa arti senyuman itu.
BERSAMBUNG
Hai Readers
Jangan lupa tinggalin jejak ya. Kasih vote, like, comment n favorit ya. jangan lupa juga kasih rate 5...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Asih Sarwati
moga cinta cepat bersemi
2022-10-16
1
ⱮҼⱮҼყ ყιɳ 🎀
Suka, ceritanya beda dari yang lain ❤️👏
2021-02-17
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
hadir🙋
2021-02-04
0