Selama satu pekan penuh Rani, Arya, Ryan dan Sang Papa mengawali hari-hari mereka dari pagi hingga hampir tengah malam demi membicarakan rencana pencalonan Ryan menjadi orang nomor satu di kota itu bersama para tokoh parpol yang dilakukan secara bergantian.
Semua itu dilakukan demi mendapatkan dukungan sehingga Ryan akan bisa melenggang di gelanggang tahun depan. Dan karena pernikahannya dengan Rani hanya kurang dua pekan lagi, maka jadwal akan disusun kembali satu pekan setelah pesta pernikahan mereka selesai.
Tiba-tiba Ryan mengingat perkataan Arya tentang Rani di mobil saat perjalanan pulang dengan Papanya malam itu. Karena masih penasaran, segera diraihnya hp yang ada di meja sebelah tempat tidurnya. Dibukanya pengunci layar hp dan diketiknya nama "Arania Levana".
Melihat banyaknya media online yang memberitakan nama Arania Levana, mata Ryan benar-benar membelalak.
Berita pertama
Terlihat foto Rani sedang merangkul anak kecil usia SMP yang sedang menangis. Dalam pemberitaan itu, judul besar terpampang, "Arania Levana, satu-satunya legislator perempuan kota X, pastikan anak yang tidak bisa mendaftar sekolah karena ibunya meninggal, bisa sekolah di SMP Negeri".
Berita kedua
Terlihat foto Rani sedang memberikan bantuan diantara rumah-rumah roboh. Judul berita, "Legislator termuda kota X sumbangkan seluruh gaji bulan ini untuk membantu korban tanah longsor".
Berita ketiga
Terlihat foto Rani sedang mengisi sebuah acara. Judul berita, "Arania Levana, satu-satunya politisi perempuan yang aktif melakukan pendampingan terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)".
Berita keempat
Terlihat Foto Rani dengan kening berdarah dikelilingi aparat keamanan. Judul berita, "Demonstran terprovokasi, Arania Levana terluka".
Dan masih banyak sekali media online yang memuat berita tentang Arania Levana. Disana juga banyak memuat artikel-artikel yang ditulis Rani berkaitan dengan masalah perempuan dan anak, kesehatan, pendidikan dan masih banyak lagi.
"Gila, gadis kecil itu pejabat?" gumam Ryan tidak percaya.
Ryan pun mencoba membaca setiap artikel yang ditulis Rani untuk mengetahui cara berpikir gadis yang sebentar lagi akan dinikahinya itu. Decak kagum tiba-tiba hadir begitu saja dalam hatinya. Dan...., kriiiiinnnngggg..., ada panggilan masuk dari Arya.
"Hallo," Ryan segera mengangkat telphon sekretaris pribadi Papanya sekaligus sahabat kecilnya itu.
"Bagaimana, Sobat? Sudah tahu belum calon istrimu itu siapa?" tanya Arya dengan nada mengejek.
"Gila Ar. Papa nggak pernah cerita kalau dia gadis hebat," Ryan mengaku kalah.
"Kamu akan lebih kaget kalau tahu bahwa yang mengatur pertemuan kita dengan seluruh tokoh kota satu pekan ini adalah Rani. Kamu juga bisa cek seberapa besar dunia maya memviralkan tagar Ryan Dewangga A1 selama satu pekan ini. Rani benar-benar mempunyai tim media yang hebat," ujar Arya, seolah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini berkecamuk di pikiran Ryan.
"Jangan bilang soal papan reklame itu juga settingan Rani," Ryan coba menebak.
"Jangan salah. Bahkan dia minta dalam semalam semua sudah harus siap. Mundur satu hari saja dia tidak mau. Katanya harus kejar tayang karena sebelum publik tahu kalau Ryan Dewangga akan menikah dengan Arania Levana, semua sudah clear. Makanya dia meminta undangan pernikahan kalian baru boleh didistribusikan mulai besok, setelah seluruh pertemuan kamu dengan semua tokoh selesai," Arya menambahkan panjang lebar.
Akhirnya Ryan mengerti, mengapa harus Rani yang dipilih Sang Papa untuk menjadi pendamping hidupnya.
Tiba-tiba Ryan tersenyum simpul. Meski tak ada rasa cinta sedikit pun dihatinya untuk Rani, namun dia bisa sedikit bersyukur bahwa calon istrinya bukanlah anak ABG yang hanya akan merepotkan karena kemanjaannya. Justru terbalik 180 derajat. Gadis kecil yang akan mendampinginya nanti ternyata adalah pejabat kecil yang begitu hebat.
***
Hari pernikahan sudah semakin dekat. Undangan sudah terdistribusi, meski Rani menolak ada sesi pre wedding.
Dan hari itu Wedding Organizer yang ditunjuk keluarga Dewangga untuk menghandel pesta pernikahan Ryan dan Rani menjadwalkan dua calon pengantin untuk memilih souvenir, memilih menu dan checking tempat resepsi.
Seperti biasa, Mama Davina dan Mama Titania memberi titah agar Ryan menjemput Rani untuk memenuhi jadwal yang sudah di atur oleh WO.
"Ran, dimana?" untuk pertama kali, Ryan memutuskan untuk menghubungi Rani melalui sebuah pesan. Entah mengapa, Ryan menjadi lebih semangat mengurusi pernikahannya.
"Rani masih di kantor mas," jawab Rani singkat.
"Mas jemput ya? Siang ini jadwal kita memilih souvenir, menu dan cheking tempat," untuk pertama kalinya lagi, Ryan menyebut dirinya mas bagi Rani.
"Mas Ryan mau jemput Rani dimana?" Rani yang sangat tahu bahwa Ryan tidak tahu dimana dia bekerja, mencoba memancing.
"Di kantor Bu Pejabat dong," jawab Ryan sambil senyum-senyum sendiri.
Menerima jawaban Ryan, dengan ragu Rani mengiyakan, "kalau gitu jemput Rani 30 menit lagi ya, Mas. Rani tunggu di kantor."
"Oke." jawab Ryan bersahabat.
Rani yang melihat perubahan sikap Ryan meski hanya melalui sebuah pesan itupun tersenyum. Setidaknya dengan kesepakatan mereka untuk menjadi teman beberapa waktu yang lalu akan membuat pernikahan mereka nanti tidak semenakutkan yang di bayangkan.
Tiga puluh menit pun berlalu dengan cepatnya. Entah mengapa Ryan benar-benar tidak mau terlambat dan membuat Rani menunggu. Setelah memasuki area parkir gedung para legislator yang terbilang sangat megah di kota itu, Ryan meraih ponselnya dan segera menelpon Rani.
"Assalamualaikum, Mas," suara Rani langsung terdengar di telinga Ryan.
"Wa'alaikumsalam. Mas udah di parkiran. Rani mau dijemput dimana?" jawab Ryan terdengar masih bersahabat.
"Mas tunggu aja, biar Rani yang kesitu," jawab Rani mantab.
Selang 2 atau 3 menit, Rani muncul dari arah dalam gedung bersama seorang pria yang waktu pertemuan dengan beberapa tokoh lalu terlihat sempat bercanda akrab dengannya.
Saat Ryan melihat pemandangan itu, segera saja dia keluar mobil dan menghampiri Rani.
"Ran!" seru Ryan sambil melambaikan tangannya.
Sambil tersenyum dan membalas lambaian tangan Ryan, Rani dan pria itu segera menghampiri Ryan.
"Apa kabar Bapak Ryan Dewangga?" pria yang ikut menghampiri Ryan bersama Rani menyapa duluan. Mereka sudah berkenalan waktu pertemuan beberapa waktu lalu.
"Baik. Anda sendiri?" jawab Ryan berbasa-basi.
"Saya baik Pak, Alhamdulillah. Jemput calon istri nih? Saya baru sadar setelah menerima undangan pernikahan Bapak. Ternyata alasan mengapa Rani sangat semangat mengatur pertemuan partai kami dengan Bapak, karena Pak Ryan adalah calon suami Rani ya?" jawab pria itu bermaksud menggoda.
"Begitulah. Ayo, Ran!" jawab Ryan singkat, sambil memberi kode pada Rani untuk segera keluar dari tempat itu.
"Mas Hengky, Rani duluan ya," mendengar ajakan Ryan, Rani segera berpamitan dengan partner kerjanya itu.
"Oke. Sampai jumpa di pesta pernikahan kalian," Hengky mempersilahkan mereka dengan ramah.
Untuk pertama kalinya pun Ryan membukakan pintu mobil untuk Rani, dan setelah Rani masuk, Ryan mengambil gerakan berputar menuju kursi kemudi. Tak butuh waktu lama, mereka segera meninggalkan gedung para legislator itu.
BERSAMBUNG
Hai Readers
Jangan lupa tinggalin jejak ya. Kasih vote, like, comment n favorit ya. jangan lupa juga kasih rate 5...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
huft ryan berubah sikap krn ada sesuatu udang d blk bakwan.....tpi smoga tmbh sna bs tulus mncintai rani dgn ap adanya
2023-01-13
0
Kak Dey
mantul.thorrr lanjutt...
Mampir.karya aku juga yuk
SENYUMAN ANAK YANG TERBUANG
CAHAYA UNTUK SUAMI KU
TAK SENGAJA JATUH CINTA
2021-02-23
0
SariRenmaur SariRenmaur
wah.. baru sadar ryan rani membuat kagum
2021-02-23
0