" Maafkan Papa , tanpa sepengetahuan dan persetujuanmu diam-diam telah menikahkanmu dengan menjadi Wali nikah untukmu ".
* Deg *
* Deg *
Aku menghela nafas bahkan dadaku mulai merasa sesak kala mendengar ucapan papa barusan.
Tanpa diduga air mataku menetes lepas begitu saja .
" Hiks...hiks...hiks...". Yaa Aku sedang menangis.
Menangisi Takdir Hidupku.
" Sayang maafkan Mama dan Papa nak ". Lirih Mama.
Aku sudah tak bisa menahan lagi , Aku berlari mencari arah ke kamarku .
Kesadaranku bahkan mulai tidak jelas lagi , sungguh aku merasakan Syok berat .
Aku masuk kedalam kamar dan mengunci Pintunya berharap tidak ada yang menggangguku.
Aku menangis sejadi-jadinya bahkan ini bagaikan mimpi buruk yang pernah kurasakan sebelumnya.
Tapi , ini bukan Mimpi burukku tapi ini adalah Kenyataan dan Fakta jika aku telah menyandang Status sebagai Istri yang entah siapa Suamiku .
Aku menenggelamkan wajahku kedalam bantal yang ada di Kamarku , tetap saja aku tidak menghentikan air mata yang terus saja mengalir dengan derasnya.
*TokTokTok*
" Sayang , mama bisa jelaskan nak . Ayo buka pintunya jangan buat mama khawatir ".
Aku mendengar Perkataan mama dari balik pintu.
" Mama ... Apakah salahku selama ini ? Mengapa kalian begitu tega melukai hatiku bahkan tidak memberiku ruang waktu untuk berfikir , Apa kalian tidak menyayangiku lagi ". Lirihku dengan bermonolog dengan diri sendiri.
Sekali lagi Pintu Kamarku kembali berbunyi.
*TokToktok*
" Adinda sayang , biarkan tante Rani masuk dan menjelaskan semuanya dulu yaa ".
Itu suara Tante Rani sahabat baik Papa dan Mama.
Sungguh tidak menyangka jika mereka berhati sempit dan memikirkan kebahagiaannya sendiri tanpa memikirkan Kebahagiaanku atau bisa jadi Anak Tante Rani pun mengalami hal yang sama sepertiku.
Sekali lagi aku mendesah .
Aku lelah , batinku cukup lelah hari ini .
Aku belum keluar kamar semenjak tadi dan hanya mengurung diri.
*TokTokTok*
" Senjaa , ini Kakak . Bukak Pintunya dan biarkan Kakak masuk yaa ".
Aku tidak menggubris Perkataannya.
" Senjaa , Jangan jadi Adik Durhaka yaa . Apa kamu mau melihat Kakak disiksa oleh Malaikat karena telah gagal mendidikmu dan menjadikanmu Pribadi yang tidak baik bahkan melawan orang Tua ."
*Deg*
Kak Awan memang selalu menceramaiku dan selalu memberi Nasehat perihal Keagamaan.
Mendengarkan Kak Awan yang telah mengeluarkan Dalilnya , Hatiku langsung tersentak dan bergegas menuju Pintu.
*Cklek*
" Adek , Wajahmu jelek sekali ". Kata Kak Awan setelah melihat Wajahku yang sembab bahkan sangat sembab bahkan mataku masih saja belum berhenti menitikan air mata.
" Kakak ". Senduku sambil memeluk Tubuh Kekar Kakak Kandungku yang bisa menenangkan pikiran dan hatiku yang sedang kecewa .
" Ayo ". Kakak Menuntunku ke Sofa yang berada didalam kamarku.
" Kakak tau kamu pasti kecewa dengan Keputusan yang diambil oleh Papa dan Mama , Senja perlu kakak ingatkan padamu jika ini sudah terjadi dan sekarang sudah sangat terlambat untuk menyesalinya ". Lirih Kak Awan sembari memegang kedua tanganku untuk memberi Pengertian.
" Lalu Aku harus bagaimana kak ...Hiks..". Tanyaku pada Kak Awan.
" Terimalah Takdirmu dek dan Buka Lembaran baru . Kamu sudah menjadi seorang Istri untuk Suamimu tolong berbaktilah padanya . Kamu mau melihat Kakakmu yang ganteng ini disiksa malaikat kelak karena tidak mendidikmu dengan baik ". Lagi-lagi Kak Awan mengeluarkan Dalihnya padaku.
" Tapi aku belum siap kak dan ini secara tiba-tiba ". Keluhku pada Kak Awan.
" Bukan Tiba-tiba tapi Kalian menikah sudah berjalan 5 bulan ".
*Deg*
Jantungku kembali menggema lagi seakan ingin berhenti kala mendengar pengakuan dari Kak Awan.
" Kakak mengetahuinya ... "
" Tidak , Hanya saja tadi Papa menceritakannya pada Kakak dan Jujur saja Kakak tidak kalah terkejut dari kamu seperti barusan , Apakah kamu akan menyalahkan Kakakmu yang ganteng ini ".
" iihh Kakak , Dalam keadaan seperti ini masih bisa Narsis.. gak ada lucu-lucunya ". Omelku.
" Lah memang siapa yang melucu dek , Kakak bukan seorang Dagelan bahkan bukan juga seorang Komedian seperti Sule Prikitiew ".
" Kakak ". Bentakku padanya yang Spontan.
" Eits.. Jangan jadi Adek yang ....".
" Iyaa.. Iyaa ". Jawabku .
" Sekarang temuilah Papa dan Mama dan meminta Maaflah pada mereka walaupun mereka yang salah padamu dek . Mereka adalah Kedua Orang Tua kita yang telah berjuang untuk kita ". Kata kak Awan yang menasehatiku.
Kata-kata kak Awan mampu menghipnotisku karena setiap ucapan yang dilontarkan padaku sangat menyentuh .
Kak Awan mengajarkan kami sekeluarga jika marah tidak boleh berlebihan bahkan Sholat dalam keadaan marah tidak disarankan.
Jika Aku berada di rumah seharian maka sama saja dengan berada di Pondok Pesantren.
Karena Kak Awan selalu memanggilku bukan hanya Aku tapi Istrinya dan Para ART disuruh berkumpul untuk mengikuti Kajian yang digelar olehnya dengan Mengundang Seorang Pak Ustadz.
Ya , Kak Awan suka bergaul dengan sederet para Ustadz bahkan disetiap acara kajian Islaminya selalu berganti Ustadz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments