Bab 4 - Pengakuan Hana

"Arka berhenti membawakanku hadiah, aku tahu uangmu banyak! Tapi please, aku nggak terlalu butuh barang-barang ini!" ucap Hana saat lagi dan lagi Arka datang ke apartemennya dengan menenteng beberapa paperbag yang berisi barang branded.

Arka tersenyum manis, "kamu sungguh berbeda dengan banyaknya gadis di luaran sana, Hana!"

"Jangan terlalu memujiku sayang, kamu belum tahu seperti apa aku sebenarnya!"

"Andai aku bisa meminta pada Tuhan untuk menormalkan kembali hidupku, apa kamu mau menikah denganku!" Arka menyandarkan kepalanya di bahu Hana. Tempat yang paling nyaman menurut Arka adalah Hana.

"Aku minta maaf, Arka!"

"Katakan, apa yang kau sembunyikan dariku? Hana sayang, kau tau apapun rahasiaku, jadi aku harap kamu melakukan hal yang sama. Terbuka denganku apapun itu."

"Aku akan menikah," ujar Hana.

"Aku akan menikah dengan Kenaan," sambung Hana lagi membuat Arka terkejut dan membeku.

"Kenaan, maksudmu laki-laki yang tinggal di sebelah apartemen ini?" tanya Arka. Ia ingat betul saat Kenaan masuk ke apartemen Hana untuk meminta obat.

Hana mengangguk lesu.

"Katakan Hana, apa yang ia perbuat padamu? Apa dia menyakitimu? Apa dia menyentuhmu? Bagian mana yang dia sentuh?" tanya Arka mengguncang bahu Hana.

Hana hanya mampu menunduk dengan bibir kelu, tanpa menjawab rentetan pertanyaan Arka.

"Sayang..." Arka meraih Hana ke dalam pelukan. Gadis itu hanya pasrah, terlebih melihat gurat kecewa di wajah Arka. Dari pertama bertemu, Hana sudah berjanji akan membantu Arka sampai sembuh tapi Hana sendiri justru mengingkari dan malah memutuskan akan menikah dengan Kenaan.

"Aku terpaksa," lirih Hana.

Wanita itu masih menunduk tak sanggup menatap Arka.

"Aku tahu, begitu banyak beban yang kamu tanggung. Keluargamu, dan masalah pelikmu. Tapi, kenapa kamu tak mau membaginya denganku? Hana, kamu wanita pertama yang membuatku nyaman. Kamu wanita pertama yang tahu kurang-kurangku," ujar Arka getir.

Hana mendongkak, menatap wajah Arka yang basah tentu saja membuat hatinya sakit.

"Kamu akan sembuh jika bersama orang yang tepat, kita akhiri saja semuanya sampai disini. Pernikahanku tinggal menghitung hari Arka." Hana memalingkan wajahnya, memilih menatap ke sembarang arah dari pada pertahanan hatinya runtuh. Sekarang atau nanti, hal ini akan terjadi. Ia harus meninggalkan Arka.

"Aku tahu, hubungi aku jika kamu membutuhkan bantuan. Tidak sekarang, bisa jadi suatu hari nanti. Hana, aku sangat berterima kasih kamu mau menerimaku bahkan membantuku, sama halnya diriku. Di hatiku kamu orang yang paling spesial, kamu adalah rumahku setelah rumah pertamaku tak lagi bisa menjadi tujuanku pulang. Tapi, kamu juga berhak bahagia." Arka memeluk Hana erat, ia sadar Hana berhak bahagia.

"Arka, barang-barang pemberianmu masih utuh!"

"Kamu simpan saja, itu tidak seberapa. Kamu tunggulah di depan, aku akan memasak untukmu, apa kamu sudah makan?" tanya Arka lembut.

"Belum, aku mana bisa masak!"

"Dasar, nanti kalau kamu menikah apa kamu akan kangen masakanku yang selalu bisa memanjakanmu?" tanya Arka.

"Tentu, aku kangen. Sama Arka si CEO tampan, jago masak, dan berhati lembut," ujar Hana sambil menompang wajahnya dengan kedua tangan.

"Wah wah, anda terlalu memujiku Nona!" Arka tersenyum, meletakkan beberapa masakan daging yang ia potong dadu. Juga beberapa menu ke atas meja, tepatnya di hadapan Hana.

"Makasih chef," canda Hana diiringi senyum.

"Ayo aku udah lapar." Hana menelan salivanya menatap makanan di meja dengan tak sabar.

"Ck! Kau itu lucu sekali, aku berharap kalau kau menikah nanti, suamimu akan memperlakukanmu jauh lebih baik dariku!" Arka meraih tangan Hana lalu menciumnya.

Hana hanya bisa menatap kasian pada Arka.

"Aku pulang, Hana." Arka pamit, Hana hanya mengangguk menatap punggung Arka yang kian menghilang. Belum sempat Hana masuk, Kenaan keluar apartemen menatapnya tajam.

"Sampai kapan?" tanyanya dingin.

Hana hanya menghela napas, ia masih benci dengan laki-laki itu ditambah saat ia tahu sebuah fakta dari tante Marry, ternyata dirinya salah satu gadis malang yang tanpa sengaja ditiduri Kenaan.

Tanpa menjawab, Hana memilih masuk, akan tetapi Kenaan sudah lebih dulu menyusulnya ke dalam.

"Apa masalahmu?"

"Apa? Kau masih tanya apa? Kenapa Arka masih disini?" tanya Kenaan.

"Dia kekasihku," jawab Hana.

"Sudah ku bilang, jauhi dia! Kita akan menikah."

"Ya, aku sudah memutuskannya tadi." Hana bangkit, meninggalkan Kenaan untuk ke dapur. Minum sedikit air dingin mungkin bisa mengurangi sakit kepalanya karena keberadaan Kenaan.

Pandangan Kenaan menyapu ke seluruh ruangan. Ada bekas makanan di meja makan minimalis dan Kenaan yakin Arka tadi menikmati makan malamnya disini.

"Ck! Putus, mana ada orang putus cinta sempat makan bareng lebih dulu," batin Kenaan yang merasa Hana sedang berbohong.

"Apalagi ini," decak Kenaan melihat beberapa barang branded dalam paperbag. Kenaan mengeluarkannya satu persatu. Dua gaun dan satu tas bermerk semakin membuatnya kesal.

"Hana, beraninya mempermainkanku!"

Dengan langkah lebar ia menyusul Hana ke dapur. Namun, gadis itu sudah melangkah ke arahnya dengan kening mengkerut.

"Ikut aku!" Kenaan menarik tangan Hana.

"Kemana?" tanya Hana kesakitan, cengkraman Kenaan yang kuat bahkan menyisakan memar di pergelangan tangannya yang putih.

"Berapa sandinya?" tanya Kenaan.

Hana menyebutkan sandi pintu apartemennya, dan Kenaan langsung menariknya keluar dengan langkah besar setelah pintu terbuka.

"Ken, lepas!"

"Tidak akan." Kenaan mengeratkan cengkramannya.

"Kau mau mematahkan tanganku? Tidak bisakah kau lihat, tanganku sudah memar!" teriak Hana.

Kenaan seketika melepas cengkramannya dan menoleh, melihat yang dikatakan Hana benar adanya membuat Kenaan hanya diam. Ia terlalu gengsi mengakui kesalahannya terlebih pada Hana.

"Masuk!" titah Kenaan membuka pintu mobilnya. Lebih tepatnya memaksa Hana menurut.

"Kita mau kemana?" tanya Hana.

"Berisik, kenapa kau susah sekali patuh jika denganku hah! Apa kau mencintai Arka, kau mencintai Arka hingga hanya bisa berlaku baik padanya?" teriak Kenaan menarik perhatian beberapa orang yang ada disana. Tidak banyak, tapi hal itu cukup membuat Hana malu karena mendadak menjadi pusat perhatian karena perdebatan mereka.

"Cukup, Kenaan! Bisakah kau turunkan nada bicaramu? Aku sudah bilang bukan kalau aku dan Arka putus, jika kau berharap pernikahan kita berlanjut setidaknya berhenti meneriakiku saat bicara, telingaku sakit!"

Hana menghempas tubuhnya ke kursi mobil milik Kenaan.

Tak berselang lama, Kenaan sudah masuk dan menyalakan mobilnya.

Hening, pikiran Kenaan berkecamuk. Entah kenapa ia selalu emosi menghadapi Hana hingga susah sekali mengendalikan diri.

Namun, meski sudah kasar terhadap calon istrinya. Kenaan tak berniat meminta maaf, ia tetap diam dengan ego yang masih menggunung.

Mobilnya berhenti di rumah utama. Sore tadi, Mamanya Marry menelpon agar membawa Hana pulang malam ini juga.

Hana yang sudah tahu jika Kenaan membawanya pulang pun hanya diam dan enggan membuka suara.

Terpopuler

Comments

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞꙳ᷠ❂ͧ͜͡✯ͣ۞ͪ௸

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞꙳ᷠ❂ͧ͜͡✯ͣ۞ͪ௸

akra oh akra.. aku jadi ingin mencakra saja boleh?

2023-01-09

0

ㅤㅤ𝐀⃝🥀 ʙᷢᴀⷶɴɢͪ͢ ᴍͤᴀᷞʀ

ㅤㅤ𝐀⃝🥀 ʙᷢᴀⷶɴɢͪ͢ ᴍͤᴀᷞʀ

nyesek arka jd sadboy astaga 😭

2023-01-09

0

Ai 𝕷𝖎𝖔𝖓🦁💙

Ai 𝕷𝖎𝖔𝖓🦁💙

sabar ya arka mungkin hana bukan jodoh lo.🤧🤧🤧

2023-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!