Gadis Polos Milik Si Kembar

Gadis Polos Milik Si Kembar

Prolog

Hujan turun sangat deras malam ini. Gadis cantik berusia 19 tahun bernama Jasmine Ceva Dinata sudah terlelap walau waktu baru menunjukan pukul sepuluh malam. Kilat dan suara petir membuat malam itu terasa mencekam, namun rasa mengantuk dan flu yang dirasakannya membuat Jasmine tidak memedulikannya.

Gadis polos itu sudah sangat dalam masuk ke dalam dunia mimpinya. Mengingat kembali pertemuannya dengan seorang pria yang selama setahun ini sangat ingin ditemuinya.

"Kau tidak apa-apa, kan?"

Pria yang baru saja menolongnya dari tindakan beberapa pria yang mencoba memperkosa Jasmine berdiri di hadapan gadis itu. Jasmine masih duduk dengan gemetar di bawah tanah setelah mendapatkan tekanan secara emosional dari para pria yang saat ini sudah melarikan diri.

Jasmine baru saja pulang dari acara perpisahan teman-teman sekolahnya saat waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Gadis itu melewati sebuah gang yang sepi menuju stasiun kereta, namun dia tidak menyangka kalau langkahnya di hadang oleh para pria yang mencoba menyentuhnya. Untung saja seorang pria lain datang menolongnya.

"Apa bisa berdiri?" Tanya pria yang menolongnya lagi.

Jasmine mencoba bangun namun kakinya masih gemetar, dan tubuhnya goyah. Pria itu menggapainya dengan sigap. Seketika Jasmine mencium aroma melati dari tubuh pria itu. Jasmine mengerahkan kekuatan agar tubuhnya kuat berdiri. Ia mundur menjauh dari pria itu dan menatapnya dari balik kegelapan namun ia bisa melihat dengan jelas wajah pria tampan yang menolongnya di bawah cahaya rembulan malam ini.

JEDEEERR!!

Suara petir yang sangat keras terasa menggelegar membuat Jasmine membuka matanya, dan tersadar dari tidurnya. Namun dia dikagetkan kembali dengan seseorang yang baru saja masuk ke kamarnya.

Salah satu dari saudara tirinya berjalan masuk mendekati tempat tidur di balik kegelapan. Jasmine beranjak duduk karena merasa bingung apa yang terjadi.

"Ke-kenapa masuk ke kamarku?" Tanya Jasmine tergagap karena merasa takut.

Pria itu berjalan mendekat ke arah tempat tidur dengan sebuah gelas yang dibawanya. Karena gelap gadis itu tidak bisa melihat apakah itu Mario atau Marlo, salah satu dari saudara tiri kembarnya.

"Mau apa kau masuk ke kamarku?" Tanya Jasmine.

Pria itu menyodorkan gelas yang dibawanya pada Jasmine.

"Aku tahu kau sedang flu, minumlah jahe hangat ini, ini sangat bagus untuk meredakan flumu."

"To—tolong hidupkan lampunya dulu," pinta Jasmine yang sedikit merasa takut.

Pria itu segera berbalik dan menghidupkan lampu kamar, setelah itu kembali mendekati Jasmine untuk memberikan jahe yang dibawanya. Jasmine melihat kalau dia adalah Mario, yang memiliki bola mata hitam.

Jasmine menerimanya dan merasa tenang karena selain dirinya menyukai pria itu, Mario selalu bersikap baik dan sopan padanya.

"Mario?" Tanya Jasmine.

Semenjak kejadian seorang pria menolongnya dari para pria yang mencoba memperkosa Jasmine, gadis itu langsung jatuh cinta dengan pria itu. Namun siapa sangka dua bulan kemudian dia melihat pria itu di Universitas yang sama dengan dirinya kuliah, di hari pertama masuk kuliah.

Yang lebih mencengangkan lagi, di awal tahun ini ibunya yang seorang janda setelah ayah Jasmine meninggal tiga tahun lalu, memutuskan menikah dengan seorang pilot yang memiliki anak kembar laki-laki. Salah satu si kembar adalah pria yang menolong Jasmine.

Mario Sinatra dan Marlo Sinatra. Kedua saudara kembar yang tidak pernah akur dan selalu saling bermusuhan. Semua itu karena mereka diasuh oleh dua orang tua yang sudah berpisah sepuluh tahun lalu. Mario yang tertua diasuh oleh sang ayah, memiliki sifat ramah dan selalu patuh pada ayahnya, sedangkan Marlo mempunyai sifat yang kebalikan dari Mario.

Setahun yang lalu Marlo baru hidup bersama ayahnya dan kembarannya. Sebelumnya Marlo dirawat oleh sang ibu yang tidak memiliki perekonomian yang baik, karena hal tersebut ibunya menyerahkan Marlo pada ayahnya agar Marlo bisa mengenyam bangku kuliah.

Mereka berdua merupakan kembar identik dengan kemiripan yang sempurna, bahkan suara merekapun terdengar sama, Satu-satunya perbedaan adalah, Mario memiliki bola mata berwarna hitam sedangkan Marlo memiliki bola mata berwarna cokelat.

Jasmine tahu kalau pria yang menolongnya memiliki bola mata berwarna hitam karena Jasmine tidak akan mungkin melupakan wajah pria itu. Pria penolong itu adalah Mario yang memiliki bola mata berwarna hitam. Gadis itu langsung jatuh cinta pada Mario saat pria itu menolongnya.

Pria yang diduga Jasmine adalah Mario tersenyum padanya namun mulai melangkahkan kakinya maju mendekati Jasmine dengan duduk di sisi tempat tidur.

"Aku tahu kau menyukaiku. Apa itu benar?" ucapnya mengambil gelas dari tangan Jasmine dan menatap lekat gadis yang terpana olehnya.

Jasmine mengangguk tipis menjawabnya.

"Aku ingin kembali tidur, terimakasih sudah membawakan aku jahe."

Bukannya beranjak pergi, Mario hanya meletakan gelas ke meja samping tempat tidur dan kembali menatap Jasmine dengan lekat. Gadis itu menjadi bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Saat ini tak ada siapapun di rumah," ucap Mario.

"Ma—maksudnya apa?" Tanya Jasmine tergagap.

"Kita bisa merahasiakannya dari semuanya," ujar Mario memegang pundak Jasmine yang masih bingung dengan sikap pria itu. "Kau menyukaiku kan? Mulai sekarang kita bisa menyembunyikan hubungan kita."

"Hubungan apa? Aku tidak mengerti maksud—"

Sebelum sempat Jasmine melengkapi pertanyaannya, Mario lebih dulu menyambar bibirnya. Seketika Jasmine bisa mencium harum bunga melati yang dulu pun tercium oleh gadis itu ketika Mario menolongnya saat akan terjatuh.

Jasmine tidak bisa menolak ciuman Mario karena sebenarnya pun ia menyukai Mario. Itu adalah ciuman pertama gadis itu dan ia sangat senang karena pria yang menciumnya adalah pria yang disukainya. Bahkan perkataan Mario sebelumnya membuatnya menjadi senang karena pria itu ingin menjalin hubungan khusus dengannya walau harus dirahasiakan dari siapapun. Kenyataan kalau mereka adalah saudara tiri membuat mereka harus merahasiakannya.

"Aku juga menyukaimu." Mario menatap Jasmine yang sudah terhipnotis dengan dirinya.

Tanpa sadar gadis polos itu tersenyum mendengar ucapan pria yang wajahnya sangat dekat di tatapannya. Sekali lagi Mario mencium Jasmine dan kali ini pria itu mendorong tubuh Jasmine hingga berbaring.

Jasmine mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya ketika Mario melumat bibirnya dan meliuk-liukan lidahnya ke dalam mulut gadis itu, beradu lidah dan bertukar saliva dengannya. Tubuhnya terasa memanas dan napasnya menjadi terengah-engah hingga tidak menyadari ketika Mario melepaskan piyama yang dipakainya. Bahkan Jasmine sudah tak berdaya ketika pria itu memasukan tangannya ke lapisan terakhir yang dipakainya, menggapai salah satu tonjolan di dadanya.

Gadis polos itu menikmati setiap sentuhan yang diberikan Mario dengan sambil merasakan gairah bibir pria itu sampai tanpa sadar Mario sudah melucuti semua pakaian gadis cantik itu.

Mario menatap Jasmine yang tampak malu ditatap olehnya karena tak sehelai pun menutupi tubuhnya saat ini. Mario melepas kaosnya dan kali ini menciumi leher gadis yang sudah terlena oleh dirinya, dengan tak sabar pria itu menciumi gadis itu semakin menurun ke arah yang tak seharusnya.

"Mario, hentikan," pinta Jasmine saat merasakan sensasi nikmat yang diberikan lidah dan jari Mario saat menyentuh aset berharga miliknya.

Mario berhenti dan menatap gadis itu dengan senyum, namun pria itu tidak ingin mendengar permintaan gadis itu. Ia melepas kaitan celana denim yang di pakainya dan langsung mencium Jasmine kembali. Mario melebarkan kaki gadis itu dan seketika Jasmine merasakan nyeri yang amat sangat dari bagian yang seharusnya ia jaga hingga dirinya menikah nanti.

Pria itu tahu kalau baru saja ia berhasil menembus dinding pertahanan Jasmine. Sebuah senyum dingin ditunjukannya pada gadis yang menahan rasa sakit di bagian yang berharga untuknya.

Seketika air mata Jasmine mengalir keluar karena sejenak dia merasa kalau tatapan dingin yang diperlihatkan Mario membuatnya ragu kalau pria yang sudah menyatu dengan dirinya adalah pria yang disukainya.

"Ka—kau Mario, kan?" Jasmine sedikit takut mendengar jawaban pria itu.

"Aku Mario."

Bersamaan dengan suara petir terdengar, keraguan melanda gadis itu saat melihat tatapan dingin pria yang berada di atas tubuhnya.

Terpopuler

Comments

ulala ❤️❤️

ulala ❤️❤️

waah langsung ke pembobolan🤭

2023-12-07

1

༄༅⃟𝐐Dena🌹

༄༅⃟𝐐Dena🌹

Waduh😳😳, Sopo kuwi?👀

2023-11-10

1

🌕🌊🍁🪷

🌕🌊🍁🪷

aku mencium aroma aroma menegangkan

2023-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!