Empat (Lo Beneran Udah Nikah?)

Pagi pertama Sheila di rumah suaminya yang super duper mewah ini. Semalam tidur Sheila terasa sangat nyenyak. Kasur 5 meter ini tak hanya besar, tapi juga lembut. Membuat orang yang tidur di atasnya serasa tidur di atas awan.

Sheila melirik ujung kasur yang lain tempat Bima seharusnya berada. Tapi pria itu sudah tak ada di tempatnya.

Sheila melirik jam di meja, pukul 6 pagi. Sheila bangkit untuk segera bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat ke kampus.

Sheila merasa seperti berbulan-bulan tidak datang ke kampus padahal dia hanya tak masuk dua hari saja karena pernikahan dadakannya.

Sheila jadi ingat bagaimana reaksi Gia saat dia mengatakan dirinya telah menikah. Gia tak mau percaya, bahkan menuduh Sheila mengedit foto pernikahannya.

Sebenarnya Sheila juga tak mau percaya dengan pernikahan yang baru saja dijalaninya, tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur menikah dengan Bima.

Saat turun ke lantai satu Sheila masih tak mendapati keberadaan Bima, bahkan di dapur. Dia akhirnya tahu keberadaan suaminya itu saat membaca note yang berada di atas tudung saji.

'makanlah aku :)'

Tertulis di bagian depan kertas dan di dalamnya terdapat pesan lain yang lebih banyak.

'Maaf aku harus berangkat pagi-pagi sekali karena banyak pekerjaan yang harus kuurus. Akan ada Juwan yang akan mengantarmu ke kampus'

"Juwan? Siapa Juwan?" tanya Sheila pada dirinya sendiri.

"Maaf Nyonya."

"Woah!!!"

Sheila terlonjak kaget saat mendapati seorang perempuan dan laki-laki yang tengah berdiri di belakangnya. "Ka-kalian siapa?" tanyanya yang hampir saja jatuh ke lantai jika tidak berpegangan pada meja makan.

"Maaf kami membuat Nyonya Sheila terkejut. Saya Tiwi, saya adalah orang yang bertugas untuk membersihkan rumah ini dan akan membantu kebutuhan rumah tangga Tuan dan Nyonya untuk kedepannya. Nyonya Sheila jangan sungkan jika ingin membutuhkan bantuan saya."

"Dan saya Juwan, saya orang yang ditugaskan Tuan Bima untuk mengantar dan menjemput Nyonya Sheila di kampus."

Sheila mengangguk mengerti. "Terimakasih, iya saya mengerti. Tapi bisakah saya hanya dipanggil Sheila. Panggilan Nyonya terasa aneh didengar."

"Mohon maaf Nyonya, ini sudah perintah dari Tuan Bima," balas Juwan keberatan.

"Baik. Saya akan bicara sama Mas Bima nanti."

"Kalau begitu saya permisi undur diri untuk melanjutkan tugas saya, Nyonya."

"Dan saya akan menyiapkan mobil dan menunggu Nyonya di bawah."

Sheila mengangguk mengerti. Kemudian mereka berdua pergi dari hadapan Sheila untuk mengerjakan tugas masing-masing.

Sheila membuka tudung saji di meja makan. Di sana sudah ada sandwich dan juga segelas jus.

Sheila manatap lagi kertas kuning di tangannya. Dia tersenyum geli saat melihat emot smile di note yang ditulis Bima. Sheila tahu suaminya memang selalu bersikap manis, tapi dia tak bisa membayangkan Bima melakukan hal semanis ini.

"Bukannya dia terlalu tua untuk melakukan hal semacam ini," keluh Sheila sambil memakan sandwich di meja makan.

Baru satu gigitan dan Sheila berani mengatakan bahwa ini adalah sandwich terenak yang pernah dia makan. Sepertinya dia akan sangat mudah jatuh cinta pada suaminya ini.

Kakaknya benar-benar melakukan kesalahan besar telah menyia-nyiakan harta karun yang mungkin takkan bisa dia temui pada pria manapun.

#

"Saya berhenti disini aja, Pa-k..." ucap Sheila tak yakin karena Juwan masih sangat muda untuk bisa dipanggil Pak, tapi Sheila tak memiliki ide lain yang cocok untuk memanggilnya.

"Tapi Nyonya, ini masih cukup jauh dari kampus."

"Tidak masalah, ada teman saya di depan. Tidak mungkin Mas Bima keberatan dengan hal ini. Dia akan mengerti. Saya akan membuatnya mengerti."

Akhirnya Juwan menepikan mobil dan menurunkan Sheila sesuai permintaannya. Tentu saja setelah perdebatan kecil yang berhasil dimenangkan oleh Sheila.

Tidak lupa Sheila mengucapkan terimakasih pada Juwan sebelum menghampiri Gia yang memasang wajah terkejut saat melihatnya turun dari mobil yang tak biasa Sheila gunakan.

"Tumben nggak bawa mobil sendiri?" tanya Gia bingung.

"Iya. Sekarang gue dianter pake supir. Coba deh nanti gue minta izin ke Mas Bima biar dibolehin bawa mobil sendiri lagi."

"Mas Bima? Mas Bima siapa?" tanya Gia bingung.

"Suami gue."

Gia berhenti melangkah dan menatap Sheila kesal. "Tolong, candaan lo udah nggak lucu lagi."

Sheila menghembuskan nafas berat. "Candaan apa sih, Gi. Serius gue udah nikah. Nih liat." Dia menunjukkan cincin berlian yang terpasang pada jari manisnya.

"Oh ****! Ini beneran berlian asli?" pekik Gia girang karena teman Sheila yang satu ini memang pecinta batu mulia atau benda lain yang berkilauan dan tentu saja mahal.

Sheila mengangguk mengiyakan. Gia terus mengangkat tinggi-tinggi tangan Sheila. Menerawang cincin permata itu dengan sinar matahari.

"Woi! Woi! Mau ngapain?" pekik Sheila kaget saat tiba-tiba Gia memasukkan jarinya ke dalam mulut.

"Mau gue gigit, Shel. Katanya kalau permata asli nggak akan mudah hancur. Apa gini gue banting aja ya, kalau nggak pecah berarti asli."

"Udah. Nggak penting ini asli atau bukannya. Gue itu cuma mau kasih tunjuk kalau gue udah nikah, kenapa jadi mau banting cincin sih?"

"Kan penasaran, Shel. Jadi lo beneran udah nikah? Kok nggak undang-undang gue?"

"Gimana mau ngundang lo, Gi. Gue tuh nikah karena gantiin Kak Keyra. Harusnya dia yang nikah sama Mas Bima."

"Loh, jadi suami lo sekarang tunangan kakak lo yang pernah lo bilang ganteng itu?"

Sheila mengangguk mengiyakan. Sedangkan Gia membulatkan mulutnya sampai berbentuk O saking terkejutnya.

"Kok bisa?"

"Ceritanya panjang. Intinya Keyra nggak bisa nikah sama Mas Bima, akhirnya gue yang gantiin dia nikah."

"Yahhh... Berarti lo sebentar lagi bakal ninggalin gue dong?" ucap Gia sedih sambil memeluk Sheila erat.

"Ninggalin gimana sih," balas Sheila berusaha melepaskan pelukan Gia karena malu dilihat orang.

"Ya kan biasanya kalau udah nikah bakal nggak nerusin sekolahnya. Apalagi lo dapat suami tajir melintir."

"Nggak mungkin lah, Gi. Gue bakal tetep nerusin sampai lulus. Lagian Mas Bima itu banyak kelebihannya, masak iya istrinya nggak lulus sarjana."

Gia mangangguk mengerti. "Berarti lo sekarang udah nggak ngejar Kak Handyan lagi dong?" tanya Gia sambil menunjuk seorang laki-laki dengan dagunya.

Sheila melihat sosok pria yang kini datang mendekati keduanya. Pria itu adalah Handyan, kakak seniornya di kampus. Dan dari hari pertama ospek, Sheila merasa kalau Handyan itu menarik.

"Pagi, Sheila. Pagi, Gia." Sapa Handyan ramah pada keduanya.

"Pagi, Kak." Balas keduanya bersamaan.

"Han! Handyan!" Handyan berbalik ke arah seseorang orang yang memanggilnya. Sepertinya itu temannya.

"Sorry. Gue ke sana dulu ya." Pamit Handyan sambil berlari menghampiri laki-laki yang memanggilnya tadi.

"Iya, Kak." Balas mereka yang lagi-lagi serentak.

Handyan memang selalu seperti itu. Laki-laki itu sangat ramah dan bahkan dikenal oleh hampir semua mahasiswa di kampus ini. Begitu juga sebaliknya, Handyan juga diberikan anugerah luar biasa yang dapat menghafal semua nama orang yang baru ditemuinya.

Jadi bukan hal istimewa jika tiba-tiba saja Handyan akan menyapa di kemudian hari bahkan jika kalian baru sekali bertemu dengannya.

"Serius nggak naksir Kak Handyan lagi?" tanya Gia sambil menyenggol bahu Sheila usil.

"Hemmm... Enggak deh. Buat lo aja."

Gia menatap Sheila tak percaya. Padahal biasanya kalau Handyan menyapa seperti tadi, Sheila pasti akan kegirangan bukan main, tapi sekarang dia bahkan seperti tak perduli.

"Lo serius punya suami, Shel?" tanya Gia sambil mengejar Sheila yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya.

"Tau ah, capek gue jawabnya," balas Sheila malas.

#

Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Satu (Hari H Pernikahan)
3 Dua (Kediaman Utama)
4 Tiga (Surat Perjanjian Pranikah)
5 Empat (Lo Beneran Udah Nikah?)
6 Lima (First Kiss)
7 Enam (Pio Juga Ingin Punya Suami)
8 Tujuh (Kabar Dari Keyra)
9 Delapan (Pesta Pernikahan)
10 Sembilan (Dewa dan Listy)
11 Sepuluh (Bulan Madu)
12 Sebelas (Bulan Madu 2)
13 Dua Belas (Rahadi Castle)
14 Tiga Belas (Hal yang Bukan Biasa)
15 Empat Belas (Kabur Dari Rumah)
16 Lima Belas (Mendaki)
17 Enam Belas (Berkemah)
18 Tujuh Belas (Demam)
19 Delapan Belas (Alasan Pembatalan Pernikahan)
20 Sembilan Belas (Menginap)
21 Dua Puluh (Cemburunya Seorang Istri)
22 Dua Puluh Satu (Penjelasan)
23 Dua Puluh Dua (Kelas Sore)
24 Dua Puluh Tiga (Mengambil Kembali)
25 Dua Puluh Empat (Kabur Lagi)
26 Dua Puluh Lima (Memperjelas Ingatanmu)
27 Dua Puluh Enam (Dijebak)
28 Dua Puluh Tujuh (Memulai Lembaran Baru)
29 Dua Puluh Delapan (5 Tahun Kemudian)
30 Dua Puluh Sembilan (Dia Tidak Datang)
31 Tiga Puluh (Pergi Ke Dokter)
32 Tiga Puluh Satu (Dia Akan Pergi)
33 Tiga Puluh Dua (Pindah)
34 Tiga Puluh Tiga (Thalia dan Artha)
35 Tiga Puluh Empat (Pesta Ulang Tahun)
36 Tiga Puluh Lima (Pertemuan)
37 Tiga Puluh Enam (Siapa Ayahnya?)
38 Tiga Puluh Tujuh (Kamu Istriku)
39 Tiga Puluh Delapan (Dalang Penculikan)
40 Tiga Puluh Sembilan (Dalang Penculikan 2)
41 Empat Puluh (Dalang Penculikan 3)
42 Empat Puluh Satu (Tikus Pencuri)
43 Empat Puluh Dua (Kebusukan Lain)
44 Empat Puluh Tiga (Pergi Berkunjung)
45 Empat Puluh Empat (Tersangka Utama)
46 Empat Puluh Lima (Akhir Dari Semuanya)
47 Epilog
48 Bonus 1
49 Bonus 2
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Satu (Hari H Pernikahan)
3
Dua (Kediaman Utama)
4
Tiga (Surat Perjanjian Pranikah)
5
Empat (Lo Beneran Udah Nikah?)
6
Lima (First Kiss)
7
Enam (Pio Juga Ingin Punya Suami)
8
Tujuh (Kabar Dari Keyra)
9
Delapan (Pesta Pernikahan)
10
Sembilan (Dewa dan Listy)
11
Sepuluh (Bulan Madu)
12
Sebelas (Bulan Madu 2)
13
Dua Belas (Rahadi Castle)
14
Tiga Belas (Hal yang Bukan Biasa)
15
Empat Belas (Kabur Dari Rumah)
16
Lima Belas (Mendaki)
17
Enam Belas (Berkemah)
18
Tujuh Belas (Demam)
19
Delapan Belas (Alasan Pembatalan Pernikahan)
20
Sembilan Belas (Menginap)
21
Dua Puluh (Cemburunya Seorang Istri)
22
Dua Puluh Satu (Penjelasan)
23
Dua Puluh Dua (Kelas Sore)
24
Dua Puluh Tiga (Mengambil Kembali)
25
Dua Puluh Empat (Kabur Lagi)
26
Dua Puluh Lima (Memperjelas Ingatanmu)
27
Dua Puluh Enam (Dijebak)
28
Dua Puluh Tujuh (Memulai Lembaran Baru)
29
Dua Puluh Delapan (5 Tahun Kemudian)
30
Dua Puluh Sembilan (Dia Tidak Datang)
31
Tiga Puluh (Pergi Ke Dokter)
32
Tiga Puluh Satu (Dia Akan Pergi)
33
Tiga Puluh Dua (Pindah)
34
Tiga Puluh Tiga (Thalia dan Artha)
35
Tiga Puluh Empat (Pesta Ulang Tahun)
36
Tiga Puluh Lima (Pertemuan)
37
Tiga Puluh Enam (Siapa Ayahnya?)
38
Tiga Puluh Tujuh (Kamu Istriku)
39
Tiga Puluh Delapan (Dalang Penculikan)
40
Tiga Puluh Sembilan (Dalang Penculikan 2)
41
Empat Puluh (Dalang Penculikan 3)
42
Empat Puluh Satu (Tikus Pencuri)
43
Empat Puluh Dua (Kebusukan Lain)
44
Empat Puluh Tiga (Pergi Berkunjung)
45
Empat Puluh Empat (Tersangka Utama)
46
Empat Puluh Lima (Akhir Dari Semuanya)
47
Epilog
48
Bonus 1
49
Bonus 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!