SMA Hoshizora
Maulana baru saja kembali bersekolah pasca kerusuhan yang terjadi di sekolah, keluar dari rumah sakit sejak 3 hari yang lalu. Masih merasakan sakit di sekujur tubuh, Maulana tidak memikirkan hal itu dan tetap masuk ke sekolah.
Taguchi dan Rio menemani Maulana di kantin...
"Kau benar - benar panutanku Maulana!" ucap Rio
"Biasa saja, kau terlalu berlebihan." Maulana menyantap makanan secara perlahan
"Aku tadinya berfikir kau akan istirahat lebih lama lagi, soalnya banyak masalah di sekolah." ucap Taguchi
"Apa ini soal Taro? Aku tidak sengaja bertemu dengannya 3 hari yang lalu, di mall." Maulana kembali mengingat kalau dia baru saja bertemu Taro, Misaki dan Yuki saat dia menemani kakaknya ke mall
"Benarkah? Lalu apa reaksinya? Apa dia mengakui kesalahannya?" Rio dan Taguchi cukup penasaran
"Aku tidak butuh permintaan maaf, dia sudah dewasa jadi harusnya sudah bisa berfikir." Maulana menatap sekeliling dan tidak menemukan Taro di kantin
"Biarkan saja kalau begitu, lagipula dia sudah dewasa juga." Rio mulai hilang rasa persahabatan dengan Taro
Taro muncul dihadapan Maulana
"Kau sudah masuk sekolah rupanya." ucap Taro
"Kau rupanya, jadi seharian di mall bagaimana rasanya? Kau tidak pernah ke mall kan?" Maulana menatap Taro dengan wajah normal dan datar
"Biasa saja." Taro juga menatap Maulana dengan tatapan datar
"Duduklah bersama kami di sini, Taro." ucap Maulana
"Tidak terima kasih, aku harus menghadap guru BP." Taro kemudian berjalan menjauh dari Maulana, Taguchi dan Rio
"Kau akan pulang seperti biasa? Apa perlu aku antar?" Taguchi mencoba membantu
"Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri. Lagipula jika tidak jalan memangnya naik apa? Sepedaku rusak akibat tabrakan." Maulana mengingat kejadian dimana dirinya tertabrak oleh mobil Yoshida ketika membawa Sepeda menuju rumah.
"Ya naik mobil bersama Hasegawa Yuki tentunya, hahahahah 🤣" Rio sedikit menyindir nama Yuki dan membuat Taguchi tertawa juga
"Benar sekali! Hahahaha." Taguchi tertawa bersama Rio
"Hmm kalian..." Maulana memberikan tatapan amarah
"Eh! Maaf ya tentang Hasegawa." Taguchi sekali lagi menggoda Maulana
"Becanda kalian keterlaluan." Maulana hanya bisa sabar menghadapi kedua sahabatnya itu
"Sabar, nanti sakitnya bakal kambuh loh. 😂" Sekali lagi Rio tertawa
Jam pulang sekolah
Maulana berjalan dengan menahan sebagian rasa sakit yang masih tertinggal, berjalan dengan rasa sakit yang membuatnya sulit bergerak cepat seperti biasanya.
"Seharusnya hari ini aku pulang seperti biasanya, kenapa rasa sakitnya semakin menyiksa." tutur batin Maulana
Suara mobil terdengar semakin mendekati Maulana, kemudian mobil itu berhenti tepat di samping Maulana. Jendela terbuka, dan muncullah sosok Hasegawa Yuki. Misaki duduk di kursi belakang, dan mengajak Maulana masuk.
"Maulana!" panggil Yuki
"Hei." sapa Misaki
"Eh kalian, ada apa?" Maulana menahan rasa sakit dan itu bisa terlihat dari wajahnya
"Masuk mobil, nanti kita bicara." ucap Yuki yang akhirnya keluar dari mobil lalu menuntun Maulana ke kursi belakang dekat Misaki
pintu penumpang tutup, dan mobil Yuki berjalan.
Sesampainya di rumah Maulana
"Jadi ini rumah kamu?" Yuki terkejut sementara Misaki terlihat biasa saja
"Rumahku tidak sebesar rumah orang lain, lagipula di rumah inilah aku besar." Maulana segera berjalan menuju pintu rumah, namun tubuhnya nampak masih lemah dan membuatnya hampir jatuh.
"Maulana!" Misaki dengan sigap menangkap Maulana
"Payah, ternyata masih selemah ini." Maulana sedikit kesal
"Aku bantu ya." Yuki juga mendekati Maulana dan memegangi lengan kanan Maulana, sementara Misaki memegangi lengan kiri Maulana untuk menuntunnya ke pintu rumah
*Ting ting...
Suara bel berbunyi menandakan Maulana sudah pulang.
"Tu..nggu.." terdengar suara perempuan mendekati pintu
*pintu terbuka
"Eh sudah pulang, lalu ini?" itu suara nyonya Nami Uchida
"Selamat siang." ucap Misaki dan Yuki
Nyonya Nami menjawab dengan suara kecil dan gerakan tangan, itu sedikit membuat Yuki dan Misaki terkejut.
"Ini Hasegawa (Maulana menunjuk Yuki), ini Misaki (Maulana menunjuk Misaki)" ucap Maulana
"Aa.yo.. Masuk.." ucap Nyonya Nami diikuti langkah Maulana, Yuki dan Misaki
Maulana duduk di sofa bersama Misaki dan Yuki, lalu muncul seorang pria tua dengan kursi roda.
"Selamat datang Maulana..." itu pak Gunawan yang muncul dengan kursi roda
"Aku pulang ayah." ucap Maulana
"Lalu siapa kedua gadis cantik ini?" pak Gunawan memandangi Yuki dan Misaki
"Saya Hasegawa Yuki, salam kenal." Yuki berdiri lalu membungkuk
"Saya Furuhashi Misaki, salam kenal." Misaki berdiri lalu membungkuk
"Iya, saya Gunawan. Maulana adalah anak kedua saya, salam kenal ya." pak Gunawan sedikit membungkuk di kursi roda
Silvia muncul juga dihadapan mereka
"Eh ada tamu rupanya." Silvia mendekati ayahnya
"Ini perempuan yang kemarin kan...?" Yuki dan Misaki terpana melihat Silvia
"Maaf ya kemarin belum sempat kenalan." ucap Silvia
"Oh jadi kalian sudah saling kenal?" ujar pak Gunawan
"Belum kenalan, baru ketemu doang." ucap Silvia
"Oh yaudah, maaf kalo begitu saya permisi dulu mau membantu istri saya di dapur." pak Gunawan permisi lalu berjalan ke dapur
"Aku Ayumi Silviani, panggil saja Silvia. Salam kenal." ucap Silvia sambil membungkuk
Yuki dan Misaki bangkit kembali lalu membungkuk sambil memperkenalkan nama mereka.
"Maaf ya soal kemarin, aku buru - buru karena jam diskon toko baju hampir mendekati akhir waktu. Hehehe 😉" ucap Silvia
"Oh, diskon." Yuki tersenyum palsu lalu menatap Misaki
"Aku tidak perlu menjelaskannya lagi, ngomong - ngomong Misaki dan Hasegawa kalian mau minum apa?" Maulana menawarkan minum sambil mendekati kakaknya
"Tidak perlu repot, lagian aku hanya sebentar di sini." ucap Misaki agak malu
beberapa saat kemudian, nyonya Nami datang membawa 5 gelas penuh minuman. Maulana bangkit lalu segera membantu sang ibu, sementara Silvia membantu sang ayah.
"Tidak perlu repot seperti ini, sungguh." ucap Yuki malu
"Ibuku sudah menyajikannya, jadi aku mohon kalian nikmati minumannya. Oh iya aku ganti baju dulu, kalian biar kenalan dengan keluargaku dulu." Maulana segera berjalan menuju kamar untuk mengganti pakaian
"Silahkan diminum, maaf hanya seadanya saja ya." ucap pak Gunawan
"Ah terima kasih banyak, maaf jadi merepotkan." Yuki dan Misaki saling merasa malu
"Untuk pertama kalinya Maulana datang bersama perempuan ke rumah ini, biasanya dia bersama Rio atau Taguchi. Aku tidak menyangka.." pak Gunawan masih terkejut dengan kehadiran Misaki dan Yuki
"Mereka berdua memang biasanya kesini, lagipula Maulana kan sekolah di SMA khusus Pria. Wajar saja Maulana tidak membawa teman perempuannya kesini, lagipula Maulana tentu pasti malu meskipun dia punya teman perempuan untuk diajak bermain kesini." ujar Silvia
"Iya, Mauana biasanya datang baeng tauchi io." ujar nyonya Nami
"Maaf bila kalian merasa bingung, ibunya Maulana ini tuna rungu jadi beliau ini punya masalah dengan pendengaran dan bicaranya." pak Gunawan menjelaskan apa yang terjadi pada Nyonya Nami Uchida
"Tak apa pak Gunawan, kami sebagai temannya tidak merasa terganggu sama sekali. Lagipula, nyonya Uchida ini cantik sekali." Yuki memuji kecantikan nyonya Nami yang terlihat jelas
"Wah kamu dibilang cantik tuh." ucap pak Gunawan menggoda istrinya
"Oh.. terima kasih." nyonya Nami tersenyum dan memancarkan kecantikannya
Beberapa saat kemudian Maulana muncul kembali dan jadilah obrolan panjang antara Misaki, Yuki dan keluarga Maulana.
Jam pukul 16.00
Misaki dan Yuki akhirnya pamit pulang, lagipula sudah terlalu sore untuk tetap di rumah pak Gunawan. Maulana mengantar keduanya menuju mobil Yuki, Yuki memutar badan lalu berbisik ke Maulana.
"Hai, Maulana. Kapan - kapan, aku boleh ya bermain kesini lagi? Aku ingin mengenal keluargamu lebih dalam lagi, aku tersanjung dengan kecantikan ibumu." Yuki tersenyum
"Ah, iya tentu saja. Ibu pasti senang, karena biasanya beliau hanya melihat Taguchi dan Rio saja yang sering datang kesini." Maulana tersenyum kepada Yuki tanda dia mengizinkan Yuki datang kapan saja, lalu kemudian dia meneriaki Misaki.
"HAI MISAKI! AKU HARAP KAMU TIDAK BOSAN DATANG KESINI!" Misaki mendengar teriakan Maulana kemudian membalasnya
"Iya, aku senang bisa datang ke rumahmu nanti." Misaki antusias dengan ajakan Maulana
Yuki dan Misaki sudah berada dalam mobil, kemudian mobil berjalan menjauh dari rumah Maulana. Pak Gunawan, nyonya Nami, Silvia dan Maulana melambaikan tangan, tanda hubungan mereka mulai hangat.
Beberapa saat kemudian...
Silvia membaca sebuah berita di sebuah koran digital berjudul "Kematian dua orang pemuda di sebuah hutan." dan segera menunjukkannya kepada Maulana.
"Maulana!" panggil Silvia
"Iya kak, ada apa?" Maulana mendekati sang kakak, Silvia menunjukkan sebuah berita yang dia lihat di internet lalu bertanya.
"Dua siswa tewas secara tragis di hutan, pakaiannya sama sepertimu dan nama mereka Hose dan Mark. Apa kamu mengenal mereka?" Silvia bisa mengenali pakaian kedua pemuda yang tewas itu, Maulana nampak terkejut dengan beritanya.
"Hose? Mark? Apakah ini permainan Yoshuke?"
Pertanyaan yang muncul di benak Maulana ketika mendengar kematian kedua anggota gangster sekolah, ada pihak yang posisinya dipertanyakan Maulana.
Apakah misteri kematian Hose dan Mark akan terbongkar oleh Maulana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments