Suka Marah-marah

Wanita Pengganti Bagian 10

oleh Sept

Aira sedikit terkejut, dan ia langsung menelan ludah. Entah apa yang dikatakan ibunya pada para tetangga. Padahal di sini dia menderita, tapi ibunya seperti sangat bahagia. Wanita muda itu kemudian menghela napas panjang, lalu kembali berbicara di telpon.

"Oh, bisa minta nomor ibu, Mbk?" tanya Aira pada tetangganya itu.

"Iya ... iya. Aku kirimkan sekarang."

"Maksih, Mbk." Aira kemudian menutup telpon. Tidak lama kemudian, sebuah pesan masuk. Ia dikirimi nomor telpon ibunya yang baru. Setelah mendapat nomor ibunya, kini ia lantas menghubungi ibunya tersebut.

"Assalamu'alaikum." Suaranya terdengar berat, sebenarnya Aira tidak nyaman tinggal di sana, meskipun rumah itu sangat besar dan bagus.

"Siapa ya?" tanya Yunita yang tidak tahu nomor anaknya.

Aira menarik napas panjang, memejamkan mata, mengapa ibunya bahkan tidak mengenali suaranya. Sebenarnya dia anak ibunya atau bukan? Batinnya mulai berkecamuk.

"Aira, Bu."

"Ira? Aira anak Ibu, kamu kok tahu nomor baru Ibu, tahu dari mana? Kan Ibu belum bilang?"

"Dari mbk Rita, depan rumah." Aira terlihat lesu.

"Oalah. Eh ... ibu habis beli motor. Sama beli bahan bangunan. Rumah mau direnovasi. Biar gak diejek tetangga. Ibu sekarang banyak uang, habis beli emas juga. Tetangga yang dulu memandang remeh ibu selama ini, mulai mengajak ibu bicara," celotehan ibunya dengan bangga yang sekarang mulai dianggap oleh warga sekitar.

Kabar Aira dinikahi pria kaya dari kota rupanya sengaja disebar sang ibu. Ini karena wanita itu tidak mau dipandang remeh lagi oleh orang-orang. Meskipun masyarakat sudah ramah, itu hanya di depan. Di belakang justru tersiar kabar kalau bu Yunita sengaja menjual anak gadisnya pada orang kaya. Dijadikan wanita penghibur di kota besar. Itu gosip yang beredar di masyarakat luas.

"Haloo .. haloo..." panggil Yunita yang tidak mendengar suara putrinya. Itu karena Aira diam tertegun.

"Iya, Bu."

Mendengar cerita ibunya yang begitu gembira, rasanya Aira tidak mau mengeluh. Biarlah rasa hina ia terima seorang diri. Tanpa mengatakan apapun pada sang ibu.

"Bagaimana suamimu? Nanti kalau bisa, lahirkan banyak anak. Berikan mereka satu, sisanya ikut kamu. Biar jadi aset di masa depan. Buat jaminan kamu di masa tua."

'Astaghfirullahaladzim,' batin Aira menjerit. Ibunya benar-benar tidak punya perasaan. Bagaimana bisa ia menyuruh hal demikian? Apa harta adalah segalanya?

"Bu ...!" ucap Aira sambil menahan diri untuk tidak mengadu apapun.

"Dengarkan kata ibu, lahirkan anak yang banyak dengan pria kaya itu. Biar hidup kamu terjamin. Jangan hanya satu, ingat pesan ibu baik-baik." Yunita memberikan nasehat pada Aira. Ia meminta putrinya itu untuk hamil berkali-kali.

Sedangkan Aira, wanita muda yang polos itu langsung beringsut, rasanya tidak memiliki sandaran hidup sama sekali. Ibunya terlihat sekali mata duitan, membuatnya tambah nelangsa.

***

Esok harinya.

Aira baru bangun, rumah sudah terasa sepi. Ini adalah weekend, tapi rumah sangat sepi sekali. Ia lantas mencari bibi. Tidak enak tiduran di kamar, ia pun ingin membantu ART yang lain.

Tap tap tap

Aira pergi ke belakang, ia mencari sesuatu yang bisa dikerjakan. hingga ia melihat alat pel, ia mulai melakukan kegiatan seperti layaknya yang dilakukan bibi.

"Jangan, nanti kamu dimarahi. Kamu bukan pembantu di rumah ini." Bibi merebut alat pel yang dipegang oleh Aira.

"Gak apa-apa, Bik. Saya capek kalau rebahan saja di kamar. Lagian tidak ada siapa-siapa di rumah."

"Oh, ya sudah. Yang belum di pel tinggal kamar utama."

Aira menelan ludah, tapi mengangguk pelan. Wanita itu pun pergi ke kamar Nita dan Farel. Karena kata bibi tidak ada orang ia pun berani masuk ke dalam sana. Saat ia mengepel dan membersihkan kamar itu, Farel yang habis jogging melangkah ke kamarnya. Dia tidak tahu, Aira sedang ada di dalam sana.

Merasa kamarnya kosong, Farel melepaskan kaos yang sudah basah karena keringat. Pria itu kini hanya mengenakan celana pendek. Kemudian menuju lemari, hendak mencari handuk untuk mandi.

Tap tap tap

Kaget, ada orang di ruang pribadinya, matanya langsung manajam. Ia melotot marah.

"Siapa yang mengijinkanmu masuk ke sini?" sentak Farel saat melihat Aira ada di dalam kamarnya. Aira beringsut, hampir saja alat pel yang ia pegang jatuh karena kaget.

Ia tadi membersihkan kamar mandi, saat keluar begitu terkejut ada Farel di dalam kamar.

Bersambung. 

Fb Sept September

IG Sept_September2020

Terpopuler

Comments

nokdenok

nokdenok

ibu durhaka

2023-03-07

2

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

farel jgn marah" mulu...ntar darah tinggi 😒😒😒

2023-02-16

0

🌷Tuti Komalasari🌷

🌷Tuti Komalasari🌷

kenapa marahnya sama Aira terus si Farel🤔

2022-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!