The Lost Of Legends
Hidupmu sudah tak berarti sejak kamu datang ke dunia ini hanya untuk menjadi sampah!” ujar wanita dari balik hutan yang menutupi sosoknya.
Dia tampak tertawa dengan bahagia, wajah keji bagai psikopat yang baru saja membunuh manusia dengan sukacita. Wanita itu terus menyampaikan kalimat-kalimat untuk mendorong pria di depannya jatuh.
“Kamu dengan mudahnya tertipu olehku, apakah sungguh sebodoh itu dirimu? Lompatlah ke Jurang Tanpa Dasar, barangkali kamu akan kembali ke duniamu, ha ha ha!”
Pria itu hanya menatap kosong ke gelapnya jurang yang ada di depannya. Tubuhnya babak belur, pakaiannya compang-camping seperti diterkam serigala.
Dia menggigit bibirnya dengan kesal dan sangat marah. Bagaimana tidak? Bukan hanya dipanggil ke dunia lain secara kebetulan, dia dibuang dan ditelantarkan layaknya sampah. Padahal, bukan keinginannya untuk datang sama sekali.
“Apa dosa yang telah aku perbuat? Sejak kapan aku melakukan kesalahan? Ada apa dengan dunia ini sebenarnya?!”
Kemarahan yang tak tertahankan namun tak bisa diutarakan dengan kata. Pria itu meneteskan air matanya, berbagai emosi tersimpan di dalamnya. Air mata sanggup menguraikan lebih banyak pesan daripada pesan yang disampaikan sebuah kata.
Pria itu menengadah, menemukan langit mulai menangis. Mungkin menangis sedih karena turut menyaksikan penderitaannya, atau mungkin berbahagia karena tontonan menarik yang ia saksikan.
Awan petir menggelora layaknya festival besar yang terjadi di senja hari. Tak ada rasa takut atau senang, pria itu justru menjadi sangat marah.
“Apa yang kalian lihat? Apa yang kalian rayakan?!”
“Menyaksikan hidupku yang menyedihkan selagi tertawa dan mencela?! Jangan bercanda! Kehidupan tidak serendah itu untuk ditertawakan kalian!”
Tangannya mengepal erat, tubuhnya bergetar dan giginya mengatup kuat. Pria itu mencurahkan segala emosinya di detik terakhir kehidupannya. Awalnya emosi tersebut hanya berupa umpatan, tetapi perlahan berubah menjadi gelak tawa.
“Ha ha ha, ha ha ha, HA HA HA! Sungguh bajingan kalian! Aku hanya ingin kembali pada keluargaku, apa yang salah dengan itu, para dewa keparat!”
Dia tak datang ke dunia ini atas dasar kemauan ataupun harapan. Tak terlintas sedikitpun keinginan untuk pergi ke dunia lain di dalam hatinya. Pria itu hanya ingin kembali berkumpul bersama keluarga kecil yang ia bangun.
Namun takdir begitu kejam untuk memisahkannya jauh dari keluarga, terpisah oleh alam semesta yang begitu luas dan jauh. Tanpa tahu bagaimana caranya pulang.
‘Apa dosa yang aku perbuat? Permohonanku sederhana; aku ingin pulang.’
“Sudahlah lompat dan akhiri nyawamu!” teriak wanita itu dengan sedikit jengkel. “Takkan ada yang menyelamatkanmu bahkan jika mati di sini!”
Pria itu tetap diam mematung, sama sekali mengabaikan perkataan wanita itu. Pengabaian yang telah berulangkali dilakukannya.
‘Andai kala itu tak terjadi, aku mungkin takkan berakhir di tempat busuk ini.’
Hari di mana ia datang ke dunia ini, kebaikan yang mungkin disesalinya seumur hidup.
[***]
Tepat pukul dua belas siang ketika tiba waktunya jam istirahat. Semua siswa dan siswi mulai mengeluarkan bekalnya di ruang kelas sementara seorang guru yang selesai mengajar tengah merapikan barangnya.
“Jangan sampai lupa apa yang saya sampaikan. Minggu depan kita akan mengulas kembali pelajarannya.”
“Ya!”
Dia seorang guru yang cukup terkenal di sekolah karena wajahnya yang cukup menawan dan pesona miliknya. Dengan rambut hitam panjang yang seakan tak terawat, mata unik berwarna merah dan perawakan kekar serta tinggi.
Pria itu pergi ke ruang guru, dalam perjalanannya ada beberapa siswi yang menyapanya. Setibanya di ruang guru dia menghela napas panjang karena rasa lelah dan panas di waktu yang sama.
“Huh, aku ingin hari ini segera berakhir,” gumamnya dengan nada yang kelelahan.
“Sepertinya harimu berat, ya?” ujar rekan kerjanya, seorang pria paruh baya.
“Ah, kepala sekolah,” pria itu lekas tegak namun kepala sekolah memintanya untuk santai. “Ya, ini hari yang berat untuk siapapun karena cuacanya lebih panas dari biasanya.”
“Kamu benar sekali. Padahal ramalan cuaca mengatakan hari ini akan mendung. Tak disangka-sangka melesetnya akan sejauh ini.” Kepala sekolah mengelap keringat di dahinya.
“Ya, itu ada benarnya.”
Saat keduanya tengah melakukan percakapan, handphone pria itu bergetar dan menunjukkan seseorang memanggil. Setelah meminta izin pada kepala sekolah, pria itu mengangkatnya.
“Hallo?”
Telpon itu datang dari rumah sakit dan memberikan kabar mengejutkan. Tak hanya mengejutkan, kabar tersebut sesuatu yang sangat menggembirakan sampai pria itu sedikit meneteskan air mata.
“Ada apa?” tanya kepala sekolah.
“Istriku … dia ingin melahirkan.”
Bagi seorang ayah, kelahiran anak adalah hal membahagiakan karena anak adalah mahakarya yang bisa diciptakan oleh manusia.
“Benarkah? Itu kabar bagus!” kepala sekolah berseru dengan riang.
“Pak, aku—” sebelum pria itu sempat mengatakan apapun lagi, kepala sekolah menyela perkataannya.
“Apa yang kamu tunggu? Kamu tak boleh meninggalkan momen kelahiran anakmu!”
“Cepatlah! Aku memberimu izin pulang lebih awal, sisanya serahkan padaku!”
Mendengar tanggapan menyenangkan tersebut membuat pria itu tertegun. Dia diam-diam berterima kasih dan pergi dengan tergesa-gesa.
Pria itu berlari sepanjang jalan, tanpa memperdulikan orang-orang menatapnya dengan penasaran.
‘Putraku akan lahir! Aku harus menemani istriku dalam prosesnya!’
Berkali-kali dia meyakinkan dirinya. Istrinya sudah berjuang mengandung sembilan bulan dan akan melakukan perjuangan terakhir dengan melahirkan anaknya. Setidaknya dia harus menemaninya sampai akhir.
“Aku harus cepat!” dia melompat dan berlari ke gang kecil untuk memperpendek jarak.
Dalam perjalanannya dia menemukan terdapat konstruksi jalan. Dan, terdapat seorang wanita yang berdiri menatap ke dalamnya.
“Apa yang dia lakukan?” gumamnya, sampai ketika ia menyadari bahwa tiang lampu di dekat gadis itu mulai goyang dan jatuh.
Pria itu tak bisa mengabaikannya, ia lekas menghampirinya dan memeluknya.
“Awas!”
Keduanya jatuh ke dalam lubang konstruksi di waktu yang tepat ketika tiang lampu terjatuh, meski begitu masalah belum berakhir. Mereka harus bisa selamat ketika mendarat tepat ke dasar lubang tersebut.
Pria itu sudah mengharapkan rasa sakit selagi melindungi gadis dalam pelukannya agar tak terluka.
“Apa yang—”
Namun cahaya aneh menyelimuti keduanya, lingkaran dengan sigil muncul dan membawa kedua pergi ke suatu tempat. Menghilang dari muka bumi ini.
Pria itu mulai merasa sakit di punggungnya. Dingin menyelimuti. Kepalanya terasa sakit, bahkan ada suara dering keras di telinganya selama beberapa waktu.
Dia tiba di sebuah tempat gelap, lantai batu dengan ukiran aneh dan 36 orang yang membentuk lingkaran besar. Dia juga menemukan terdapat tiga belas orang termasuk dirinya berada di tengah lingkaran tersebut.
“A-apa yang terjadi” ujarnya selagi memegang kepalanya.
Wanita dalam pelukannya baik-baik saja untungnya namun situasi saat ini jelas sangat membingungkan.
Sesaat kemudian seorang pria tua dengan jubah merah, pakaian putih dengan aksesoris dari emas asli. Dan, mahkota megah digunakannya. Seorang pria tua dengan janggut lebat dan badan yang kekar terlepas dari umurnya.
Siapapun pasti akan menyadari bahwa sosok itu adalah seorang raja.
“Selamat datang di duniaku, wahai kaum pahlawan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Xeviorynz
Apa ini kisah ayahnya Rigel?
2023-03-19
1
Fitra 87
Hai thor..!! Jumpa Lagi
2022-12-08
1
『Minecraft』
keren
2022-10-31
2