Pernikahan Dingin Dokter Ethan
Lenggang, suasana di kamar nuansa putih dengan miniatur modern itu tampak sayu. Dengan detik-detik yang kian beranjak menukik dalam takdir yang tak dapat di kehendaki.
"Dokter Ethan, bolehkah aku meminta satu permintaan terakhir?" tanya Darren.
Darren adalah sahabat Ethan bahkan sudah dianggap saudara sendiri, Darren juga seorang dokter yang dulu satu universitas di Rusia dengan Ethan namun sayangnya karena penyakit kanker yang di deritanya membuatnya seperti ini sejak beberapa bulan terakhir.
"Apa itu? Sebisa mungkin aku bisa wujudkan," ucap Ethan.
"Tolong nikahi adikku! Dia hanya punya aku dan jika aku pergi maka dia sudah tidak punya siapa-siapa," jawab Darren.
Ethan terdiam sejenak, Ainsley? Gadis itu adalah penyandang autis sejak masih kecil namun keterbatasannya tidak membuat cita-citanya terhalang untuk menjadi guru TK di sebuah sekolah SLB. Dia juga sering menjadi pembicara di beberapa acara untuk memberikan motivasi bagi para orang yang memiliki keterbatasan seperti dirinya. Ini adalah permintaan yang berat bagi Ethan, menikah bukan hanya sekedar mengucap janji suci di depan semua orang namun tanggung jawab ke depannya juga besar.
"Dokter Ethan, aku tahu kamu akan enggan menikahi Ainsley karena dia seperti itu tapi dia anak yang baik dan cerdas," ucap Darren.
"Bukan seperti itu, aku tidak yakin bisa menjadi suami yang baik untuknya lagi pula aku sudah bertunangan, tunanganku menungguku di Jakarta," jelas Ethan.
Nafas Darren mulai tersengal-sengal, Ethan dan perawat yang lain mulai memasangkan alat bantu pernafasan sementara di luar sana ada Ainsley yang menunggu sang kakak dengan penuh kekhawatiran.
Lima belas menit kemudian Ethan keluar dari ruangan itu, dia melihat Ainsley berdoa tanpa henti sambil berkomat-kamit menundukkan kepalanya.
"Ains?"
Ainsley mendongak, dia langsung berdiri untuk menghampiri dokter tampan itu.
"Kakak bagaimana?" tanya Ainsley dengan nada khas bicara seperti autis pada umumnya.
"Maaf Ainsley, kakakmu sudah tenang dan sudah tidak merasakan kesakitan lagi," jelas Dokter Ethan.
Senyuman Ainsley mengembang. "Apa kakak sudah sembuh?"
Ethan bingung bagaimana cara menjelaskannya supaya Ainsley tidak sedih. "Ains, ini memang yang terbaik bagi kakakmu. Dia sudah meninggal dunia."
Ainsley mundur perlahan, pandangan matanya langsung kabur dan ia bingung dengan situasi ini. Ethan mencoba menenangkannya namun wanita itu menerobos masuk ke dalam ruangan dan melihat kondisi kakaknya yang sudah diselimuti kain ke seluruh tubuh sampai ke kepala.
"Kakak... kakak... jangan mati, kak!"
Ainsley menggoyang-goyangkan tubuh kaku kakaknya beberapa kali, Ethan dengan cepat menariknya dan menenangkannya. Wajah Ainsley sangat kebingungan dan beberapa kali memutar bola matanya ke kanan dan ke kiri.
"Ains, ini yang terbaik untuk kakakmu. Dia sudah menahan sakit selama beberapa bulan terakhir."
Ainsley terus menggeleng-gelengkan kepalanya seolah tidak mempercayai apa yang terjadi. Dia lalu berjongkok dan menangis tersedu-sedu, ia sudah tak ada harapan lagi melihat kakaknya bahagia dan menikah dengan orang yang dicintainya lalu menghasilnya anak sehingga Ainslet bisa menjadi tante yang baik untuk anak kakaknya.
Sehari kemudian.
Acara pemakaman sudah dilakukan dengan dibantu dengan pihak rumah sakit, Darren meninggal di mana dia menjadi dokter spesialis anak di sana. Dia meninggal di mana dia mengabdi selama 5 tahun di rumah sakit itu maka dari itu ia mendapat penghormatan terakhir dari pihak rumah sakit.
Ainsley duduk termenung di samping makam Ethan, ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi untuk menjadi penyemangat dirinya. Dia sampai rela ikut kakaknya ke manapun pergi hanya untuk bersama kakaknya saja. Detik ini di kota Moscow, ibu kota negara Rusia, ia sudah tak ada harapan dan semangat lagi karena satu-satunya tujuan hidupnya sudah tidak ada.
Ethan memandangnya dengan lekat dan mengingat permintaan terakhir dari temannya itu yaitu menikahi Ainsley. Permintaan itu sangat sulit ia laksanakan karena mengingat dia sudah mencintai orang lain dan orang itu masih menunggunya pulang ke Indonesia.
Darren, maaf. Aku belum bisa mewujudkan permintaan terakhirmu. Menikah itu tanggung jawabnya luar biasa dan ditakutkan jika aku malah tidak bisa membahagiakan adikmu. Batin Ethan.
"Ains, ayo kita pulang! Aku akan mengantarmu pulang ke rumah."
Ainsley menggelengkan kepalanya, dia masih ingin di sini menemani kuburan kakaknya yang masih baru. Ethan tak bisa memaksa, ia lantas memutuskan untuk pulang duluan. Dia melangkah meninggalkan makam sahabatnya bersama semua kenangan mereka, air matanya yang sejak tadi tertahan kini sudah keluar begitu meninggalkan makam tersebut.
Satu minggu kemudian.
Ethan memutuskan untuk berhenti bekerja di sini dan pulang ke Indonesia karena ia akan bekerja di sana saja kemudian akan menikah dengan kekasihnya. Mereka sudah berpacaran selama 8 tahun namun selama 5 tahun mereka melakukan hubungan jarak jauh.
Harusnya dia sudah pulang beberapa bulan yang lalu namun demi Darren ia rela mengulur waktu untuk tetap di sini. Dia sudah mengurus berbagai dokumen serta merapikan tempat kerjanya supaya bisa digunakan oleh dokter penggantinya.
"Dokter Ethan, kamu mendengar jika adik Dokter Darren dibawa ke rumah sakit jiwa?" tanya rekannya.
Ethan yang sedang membereskan barang-barangnya langsung terkejut. "Kenapa bisa dibawa ke rumah sakit jiwa?"
"Sudah seminggu dia tidur di makam kakaknya lalu berbicara sendiri di depan makam kakaknya dan terakhir kali dia di bawa oleh petugas setelah mendapatkan laporan dari penjaga makam."
Ethan terdiam, setelah kejadian itu memang ia seolah tidak mau tahu tentang Ainsley tapi mendengar semua itu membuatnya harus sedikit memberi perhatian pada Ainslet yang tidak memiliki siapapun.
Ethan langsung pergi ke rumah sakit jiwa tersebut lalu membawa Ainsley pulang, Ainsley bukanlah orang gila melainkan penyandang autisme yang sewaktu-waktu perasaanya tidak bisa terkontrol apalagi ia baru saja kehilangan kakaknya. Ethan mengajaknya pulang ke apartemennya dan setelah sampai di sana ia memberikan tawaran pada Ainsley untuk pulang ke Indonesia.
"Aku mau pulang ke Indonesia, kamu mau ikut? Di sana kamu bisa membuka lembar baru dengan kehidupan baru," ucap Ethan.
Ainsley hanya menggelengkan kepalanya.
"Ains, tak baik seperti ini terus. Kakakmu akan sedih jika kamu tak bersemangat seperti ini," sambung Ethan.
Tak berselang lama kemudian telponnya berbunyi, Ethan mengangkatnya dan wajahnya pun seketika diam tak berekspresi. Ternyata tunangannya membatalkan pertunangan mereka dan malah sudah menikah dengan pria lain. Hatinya menjadi hancur berkeping-keping sampai ia tak bisa berkata-kata.
"Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk bersabar sedikit?" tanya Ethan melalui panggilan telepon.
"Wanita itu butuh kepastian dan kamu hanya bisa memberikan janji palsu padaku. Aku akan mengembalikan barang-barang lamaranmu ke rumah ibumu dan satu lagi, aku menikah dengan kepala rumah sakit sehingga memudahkanmu untuk menggapai semua ambisiku," jawab wanita itu lalu menutup telponnya.
Baru saja dia kehilangan sahabat karibnya namun saat ini dia harus kehilangan cintanya begitu saja. Rasa kecewanya menyeruak, dia terduduk sambil menahan rasa kesakitannya.
"Dokter, ada apa?" tanya Ainsley.
Ethan memandang wajah Ainsley, detik itu juga ia sudah memantapkan diri untuk menikahi Ainsley sesuai permintaan terakhir sahabatnya.
"Kita pulang ke Indonesia dan aku akan menikahi kamu sesuai permintaan kakakmu."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
aq mampir
2023-01-30
1
ʜᴏᴋᴋɪs
kayaknya menarik nih..
2022-11-04
0
ʜᴏᴋᴋɪs
aku mampir thor
2022-11-04
0