4 - Honeymoon

Anaya memesan suite room berisi dua kamar tidur di sebuah hotel terbaik di kawasan Puncak. Izzar tidak berkomentar apa-apa dengan pilihan dan keputusan Anaya. Pun ketika Anaya memilih menggunakan mobilnya ketimbang milik Izzar. Tadinya akan dibiarkannya juga Anaya menyetir jika dia tidak menyuruh memegang kemudi. Tapi, Izzar tak tega. Ia teringat ajaran mamanya tentang menghormati dan melindungi wanita, siapapun. Segera dimintanya kunci mobil Anaya sebelum wanita itu melangkah keluar pintu rumah.

Sepanjang perjalanan, mulut ceriwis Naira tak henti berceloteh bertanya dan bercerita pada Izzar. Anak itu menguasai kursi baris tengah dengan mainan dan bonekanya. Menjebak Anaya yang sebenarnya enggan berdekatan dengan Izzar, terpaksa duduk di bersebelahan di kursi depan.

Izzar bisa merasakan ketegangan dan ketidaknyamanan Anaya di sampingnya. Posisi duduk wanita itu terlalu mepet ke pintu. Wajahnya tegak menghadap ke depan atau ke miring ke jendela. Anti sekali ia menoleh ke arah Izzar. Entah bagaimana nanti kalau lehernya jadi kaku dan kram.

Sambil mengemudi, Izzar mencoba menyertakan Anaya dalam percakapannya dengan Naira untuk membuat wanita itu rileks. Namun, Anaya hanya menanggapi sambil lalu dan kemudian sibuk dengan handphonenya. Udara di antara dirinya dan Anaya seolah selaput bening tebal yang sulit ditembus. Izzar pun menyerah berusaha mencairkan kecanggungan yang menyekat.

"Mama ngga asik!” seru Naira tiba-tiba.

Izzar menahan tawanya mendengar celetukan Naira.

"Apa kamu bilang?” Anaya membalikkan tubuhnya menatap Naira.

"Mama ngga asik!” ulang Naira.

“Diajak ngobrol malah main hape! Sok sibuk! Ngga sopan!”

Kali ini Izzar tak mampu meredam diamnya. Tawanya lepas juga.

"Jangan ketawa!” Anaya melotot pada Izzar.

Tapi, Izzar tidak peduli. Baginya apa yang diutarakan Naira sindiran lucu yang natural yang memang tepat ditujukan kepada Anaya.

Anaya menggigit bibirnya. Diakuinya ucapan Naira menembak telak egonya. Pintar sekali puteri mungilnya membalikkan ungkapan-ungkapan yang sering dicetuskan Anaya ketika ia mengomentari orang lain yang mengabaikan dirinya saat diajak bicara.

Ia pun meletakkan ponselnya di pangkuan, dan mencoba mendengarkan obrolan Naira dan Izzar. Ia kagum dengan kemampuan adaptasi Naira menerima kehadiran Izzar. Dan itu membuat Anaya jadi sebal, sebab lelaki itu sangat mudah meraih hati Naira.

Mereka tiba di hotel saat hari sudah malam. Setelah makan malam, Anaya memaksa Naira tidur di kamarnya. Tetapi, anak itu menolak dan ngotot hanya mau ditemani oleh Izzar, sehingga Anaya marah dan akhirnya ibu dan anak tersebut bertengkar. Izzar yang berusaha menengahi malah kena semprot Anaya.

"Jangan ikut campur!”

Izzar mengangkat tangannya dan memilih keluar ruangan, duduk menepi di balkon. Ia masih bisa mendengar jeritan dan tangisan Naira dan ungkapan-ungkapan kesal Anaya. Ia mengira-ngira, apakah pertengkaran ibu dan anak seperti ini juga akan ditemuinya jika ia memiliki keluarga sendiri kelak.

Hmm, sepertinya tidak. Ia yakin, jika ia nanti mempunyai isteri dan anak yang dicintainya, hari-hari yang dilaluinya akan penuh canda dan tawa. Tidak ada sekat dan batasan seperti yang dilakukan Anaya.

Ya, Izzar mengerti posisi dan perannya. Ia merasa ada perasaan cemburu di hati Anaya yang disebabkan kedekatan Naira dengannya, yang menambah ketidaknyamanan dirinya yang harus menerima keberadaan Izzar. Sehingga Anaya bersikap sangat keras kepadanya.

Setelah beberapa waktu, suara-suara kedua perempuan di dalam berhenti. Izzar memutuskan masuk karena udara malam sudah cukup dingin menggigit kulitnya. Ia menutup pintu balkon dan melihat Anaya sedang membuat teh di pantry

"Anaya!” Izzar memanggil.

Anaya menoleh.

"Bisa kita bicara sebentar?” Izzar duduk di sofa yang terletak di tengah ruangan di antara pintu kamar Anaya dan dirinya.

Sambil membawa cangkirnya, Anaya mendekat dan duduk di seberang Izzar. Ia membuat teh hanya untuk dirinya sendiri, dan meminumnya tanpa basa-basi menawarkan kepada Izzar.

Izzar menahan hatinya melihat ketidakpedulian Anaya tersebut.

"Mau bicara apa?” Anaya tidak sabar.

"Naira sudah tidur?”

"Sudah.”

"Kenapa sih, kamu terlalu keras pada Naira?”

Anaya mengernyitkan dahinya. “Keras?”

"Kamu ngga suka dia dekat dengan aku?” tembak Izzar.

Ada emosi yang meletup di dada Anaya. Tapi, ia tidak bisa menyatakannya. Ia hanya bisa menatap Izzar jengkel.

"Kamu ngga usah khawatir tentang Naira. Aku ngga akan berbuat yang aneh-aneh ke anak itu, atau mempengaruhinya untuk menjauhimu. Aku justeru berusaha meringankan bebanmu dengan membantu mengasuhnya,” ujar Izzar.

Anaya masih kehilangan kata-kata.

"Aku sebenarnya berharap, walaupun terikat perjanjian kontrak, kita bisa saling bersikap seperti teman baik. Jangan anggap aku sebagai musuhmu. Tapi, jika kamu memang merasa harus terus bersikap formal dan menjaga jarak denganku, izinkan Naira menjadi temanku.”

Izzar menunggu tanggapan Anaya. Ia sungguh ingin Anaya bersikap lebih lunak kepadanya.

"Sudah selesai bicaranya?” tanya Anaya.

“Sementara sudah.”

"Oke! Aku mau tidur!” Anaya beranjak berjalan ke kamarnya, dan mengunci pintunya.

Izzar menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan keangkuhan Anaya. Baru kali ini menemui perempuan sekaku Anaya. Dirinya yang terbiasa dipuja wanita mendadak jadi bingung menghadapi Anaya. Tetapi, ia tak mau ambil pusing. Ia pun kemudian memilih tidur.

Pagi hari, Izzar terbangun oleh kelitikan halus di hidungnya. Dari jari-jari mungil dan nafasnya, ia tahu, Naira tengah berusaha membangunkannya. Perlahan ditangkapnya pergelangan tangan gadis kecil itu, yang langsung membuatnya memekik dan tertawa.

“Bangun! Tidur aja sih?” Naira mengguncang-guncang lengan Izzar.

“Iya… Aku bangun!” Izzar membuka matanya lebar-lebar. Di hadapannya Naira memberikan senyum lebar dan polosnya. Ia sudah mandi dan rapi dengan celana pendek dan kaus hitam bergambar Minnie Mouse.

“Kata mama, habis sarapan di restoran hotel, kita mau ke Taman Safari.”

“Oh ya?”

“Iya!”

“Aku diajak?” tanya Izzar.

“Ya diajak dong! Kan kita keluarga!” Naira menjawa dengan nada tinggi. Persis mamanya.

Izzar tertawa sendiri. Betapa mirip dua perempuan yang mendadak dan terpaksa ada di hidupnya kini.

“Naira?!” Anaya terdengar memanggil dari ruang sebelah.

“Iya? Ayah Izzar nya baru bangun ini, belum mandi!” sahut Naira.

“Bilang cepetan! Mama sudah lapar!” seru Anaya.

Izzar bangkit dari tempat tidur. Di ruang tengah, Anaya sudah rapi dengan jeans semata kaki dan kaus berwarna sama dengan Naira. Ia memandang kesal ke arah Izzar yang masih kusut .

“Kalau sudah lapar, kamu ke sarapan duluan saja sama Naira. Aku mandi dulu. Nanti aku nyusul.” Izzar berbalik ke kamarnya.

“Aku maunya bareng Ayah Izzar!” Naira menolak gagasan Izzar yang tanpa ia sadari menambah kekesalan Anaya.

Izzar bergegas ke kamar mandi, menghindari kemungkinan perdebatan yang tidak ingin didengarnya. Ia mengira, Naira pada akhirnya akan menuruti sarannya. Namun, sikap gadis kecil itu ternyata lebih keras daripada mamanya. Naira tetap menunggunya mandi sambil menonton TV daripada menemani Anaya.

“Mama mana?” tanya Izzar.

“Mama sudah pergi duluan. Katanya sudah lapar.”

“Kenapa kamu ngga temani mama? Nanti kalau dia diganggu orang bagaimana?”

“Biarin aja! Mama sudah besar. Aku lagi bosan ah, sama mama. Marah-marah terus,” jawab Naira sambil bersungut.

Izzar menghela nafasnya. Kecil-kecil Naira sudah muncul bakat keras kepalanya.

Meskipun sedang weekdays, hotel tetap ramai karena sedang ada kegiatan seminar corporate. Restoran hotel tempat breakfast setengah penuh.

Izzar menggandeng Naira mencari Anaya. Matanya menemukan wanita itu di meja di sudut ruangan. Di sampingnya berdiri seorang lelaki yang sedang berbicara sesuatu. Dari wajah dan gestur Anaya, Izzar dapat melihat ketidaknyamanan Anaya.

Melihat hal itu, entah dorongan naluri apa yang membuat mengangkat dan menggendong Naira, sehingga ia bisa mempercepat langkahnya menghampiri Anaya.

Dalam beberapa detik, Izzar sudah berada di dekat mereka.

“Hei! Di sini mama kita rupanya!” Izzar menurunkan Naira yang langsung disambut dan dipangku Anaya.

Izzar tersenyum memandang ke lelaki yang langsung berubah gugup dan pergi meninggalkan mereka.

“Siapa dia tadi itu, Mama?” tanya Naira sambil pindah duduk di sebelah Anaya.

“Orang iseng,” jawab Anaya.

Izzar menatap Anaya. Ia berharap akan terucap kata-kata terima kasih karena telah menyelamatkannya dari lelaki iseng tersebut. Namun, Anaya hanya diam dan balik menatapnya dingin, tanpa kata dan senyum.

“Aku mau ambil makanan dulu!” Izzar beranjak pergi menuju buffet menelan harapan kosongnya.

Selesai sarapan, mereka bertiga berkendara ke Taman Safari.

Izzar tetap merasa Anaya menjauhinya. Tak ada arti sepertinya permintaan Izzar semalam agar Anaya menganggapnya teman. Meskipun Anaya tak terlalu keras lagi melarang Naira dekat dan bergantung padanya, tapi ia tetap saja menebarkan jarak dengan Izzar

Walaupun jengkel, Izzar mencoba sabar. Ia tak mau menyimpan dalam-dalam rasa jengkel atas sikap Anaya di hatinya. Dinikmatinya liburan “honeymoon” itu bersama Naira. Sudah lama juga ia tidak pergi jalan-jalan seperti ini. Ia ingat, terakhir ia meluangkan waktu untuk liburan adalah dua tahun yang lalu. Bersama Sasika, tunangannya yang tega meninggalkannya di saat kondisinya terpuruk.

Di sisi lain, Anaya berupaya keras agar dapat turut bersenang-senang selayaknya orang berlibur. Tetapi, ia tidak bisa menyingkirkan sekat yang ia ciptakan di antara dirinya dan Izzar. Sekuat apapun ia mencoba, hati kecilnya tetap menganggap Izzar sebagai manusia asing. Dan, walaupun ia menyadari Izzar sebenarnya lelaki yang baik dan perhatian, tetap saja ia merasa lelaki itu lemah, sebab mau dipaksa menikahinya demi uang.

...***...

Terpopuler

Comments

lilis herawati

lilis herawati

Mulai pendekatan yang terpaksa

2023-04-11

0

Flo-She

Flo-She

Izzar suami idaman, baguslah dia mengingat nasehat mama nya

2023-03-31

1

al-del

al-del

pinter sekali menyindir... 🤭

2023-03-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!