Kepala Izzar pening. Ia sungguh ingin segera melepaskan diri dari kemelut yang mengukung dan mulai menarik orang yang paling disayanginya ke dalamnya, padahal mamanya tidak tahu apa-apa mengenai bisnisnya. Jika sampai terjadi apa-apa dengan mamanya yang hanya tinggal berdua dengan asisten rumah tangga, sudah pasti ia tidak dapat memaafkan dirinya.
Digulirkannya daftar kontak di layar ponselnya. Ia mencari-cari nama kenalannya yang mungkin di saat ia terjepit begini masih mau menolongnya. Meskipun ia sadar, hampir dua tahun ini sebagian besar temannya menjauh karena enggan terkait dengan permasalahan yang dihadapinya. Padahal, saat kehidupannya bergelimang kemudahan, ia menjadi orang yang paling sering dicari.
Guliran layar Izzar berhenti pada satu nama. Anaya. Ia teringat jelas nada suara Anaya kala menyebutkan jumlah
imbalan yang akan ia peroleh jika ia mau menikahinya. Nilai yang bakal langsung membuka kunci pintu kebebasan dirinya.
Ia memperbesar profil kontak Anaya yang menggunakan foto Naira. Gadis mungil itu sedang tersenyum lebar dengan mata besar mirip ibunya. Ia tidak tertarik dengan Anaya, namun ia anak kecil itu. Sejak pertama kali bertemu, sikap Naira yang lucu dan menggemaskan membangkitkan naluri ingin melindunginya.
Setelah meyakinkan dirinya bahwa ia tak punya jalan keluar lain, Izzar memaksakan dirinya mengirimkan pesan
kepada Anaya.
Izzar : Apa syaratnya? Untuk berapa lama?
Perlu waktu sepuluh menit bagi Izzar untuk menerima balasan dari Anaya. Perempuan itu mengirimkan draft perjanjian yang dibuat formal dan detail. Izzar membaca sekilas persyaratan yang tercantum. Harus merahasiakan kontrak perjanjian kepada siapapun, harus menghormati dan menghargai, harus melindungi Naira, tidak boleh melakukan pelecehan, tidak boleh melakukan hubungan suami isteri, tidur di kamar terpisah, tidak boleh mencampuri pekerjaan dan penghasilan Anaya, dan seterusnya …
Izzar tertawa sendiri membacanya.
Izzar : Berapa lama kontraknya?
Anaya : Paling lama setahun.
Izzar : Oke!
Dua minggu kemudian. Izzar menikahi Anaya dalam acara yang sangat sederhana. Mereka sepakat tidak mau pernikahan yang dilakukan karena terpaksa ini meninggalkan kesan yang mendalam untuk dikenang.
Semua yang mengenal Anaya dan Izzar kaget dengan kabar pernikahan mereka yang begitu tiba-tiba. Bahkan Randi yang meskipun mengenal baik Izzar, mempertanyakan keputusan tergesa Anaya. Tapi, Anaya hanya menjawab dengan senyuman. Anaya bersyukur, sebagai anak tunggal ia tidak lagi memiliki keluarga inti sejak ayah dan ibunya meninggal. Jadi, ia tidak terlalu ambil pusing dengan pendapat keluarga luasnya.
Sedangkan Izzar, agak sedikit repot meyakinkan mamanya bahwa ia serius menikah dengan Anaya yang bestatus
janda anak satu. Namun, beruntunglah, Naira yang imut menggemaskan berhasil merebut hati perempuan tua itu dengan kepolosannya.
Ridwan mengucapkan selamat. Namun, ada ketidakpuasan di diri lelaki itu. Ia merasa aneh dengan pernikahan tiba-tiba Anaya. Ia bertekad, akan terus mencari cara lain untuk mendapatkan Naira sepenuhnya.
Satu-satunya makhluk yang berbahagia atas perkawinan tersebut sepertinya hanya Naira. Ia bahagia akan
memiliki sosok bapak yang setiap hari akan menemaninya. Dan, ia bersikeras memanggil Izzar ayah.
“Aku sudah punya papa. Jadi, biar ngga ketukar, aku manggil ayah aja.”
Izzar tidak keberatan. Sedangkan Anaya tampak tidak peduli. Ia menghabiskan malam dan hari pertama pernikahannya dengan menyendiri di kamarnya. Ia berharap perjanjiannya dengan Izzar dapat segera berakhir, dan ia bisa terbebas dari sandiwara konyol yang ia buat sendiri.
Sandra menyarankan Anaya cuti dua minggu untuk memberi kesan ia tengah menikmati bulan madu. Untung saja ia menuruti saran tersebut, karena Sandra tiba-tiba saja menelefon memberi tahu Ridwan datang ke kantor berpura-pura mau menemui dirinya.
“Kayaknya, kalian harus pergi staycation deh, Nay!” usul Sandra melalui telefon.
“Kemana, San?” Anaya sama sekali tidak terpikirkan ritual bulan madu bisa dipermasalahkan oleh Ridwan.
“Ke Puncak atau kemanalah. Anggap saja liburan. Aku punya feeling Ridwan sedang mengawasi kamu. Soalnya, Randi kemarin bilang bahwa Ridwan nanya-nanya ke dia soal bagaimana kamu bisa kenal Izzar.”
“Randi bilang apa ke Ridwan?” Anaya jadi penasaran. Ia khawatir Randi menceritakan bahwa ia baru saja mengenal Izzar.
“Randi ngga berani bilang apa-apa. Dia takut salah ngomong, dan dia ngga mau ikut campur katanya.”
Anaya menghembuskan nafas lega. Ia memutuskan untuk menuruti usul Sandra.
Ia pun keluar kamar mencari Izzar. Ia mengetuk pintu kamar tamu tempat Izzar tidur. Tetapi, tidak ada jawaban. Ia malah mendegar teriakan riang Naira di halaman belakang. Ia segera melangkahkan kakinya ke sana.
Anaya terkejut menemukan Naira dan Izzar sedang bermain tendang bola di halaman.
“Kalian ngapain?!” Anaya memelototi keduanya.
“Main bola,” jawab Izzar sambil menghampiri Anaya.
“Naira anak perempuan! Kenapa kamu ajarin main bola?” Suara Anaya pelan, tapi garang.
“Oke! Aku minta maaf!” Izzar cepat mengalah. Ia enggan berdebat dengan Anaya. Ia memanggil Naira dan mengajak gadis kecil yang pipinya memerah dan penuh keringat itu untuk mencuci tangan dan kakinya.
“Kenapa aku ngga boleh main bola, Ma?” tanya Naira saat Anaya menyeka wajah basahnya.
“Karena kamu anak perempuan,” jawab Anaya sambil melirik tajam Izzar yang duduk tak jauh dari mereka berdua.
“Tapi aku lihat di TV, ada perempuan yang main sepak bola.” Naira membantah pernyataan mamanya.
Izzar ingin tertawa mendengar jawaban kritis Naira, tapi tatapan menusuk Anaya membungkamnya.
“Nanti sore kita berangkat ke Puncak. Kita menginap 2 malam di sana.” Anaya berkata sambil memandang Izzar.
“Untuk apa kita ke sana?” Izzar bingung.
“Sandra nyuruh kita honeymoon.”
“Apa itu honeymoon?” Naira memandang Anaya, yang tergagap mau menjawab apa.”
“Artinya liburan,” Izzar cepat menjawab, memutus kegagapan Anaya.
“Aku mau liburan!” seru Naira. Mata beningnya langsung berbinar cerah.
“Minta tolong Mba Kemi siapkan baju-baju, ya!” pinta Anaya. Naira langsung melesat berlari sambil berteriak memanggil Mba Kemi.
Anaya menunggu reaksi Izzar lebih lanjut. Tapi lelaki itu diam saja.
“Kamu ngga siap-siap?” tanya Anaya.
“Hmm.. Kita pergi bertiga? Katanya mau honeymoon?” ” Izzar malah balik bertanya, dengan maksud mencoba menggoda Anaya.
“Jangan punya pikiran macam-macam!” sahut Anaya ketus. “Ngga mungkin aku ninggalin Naira. Aku akan pesan kamar hotel terpisah buat kamu.”
Izzar menghela nafasnya.
“Oke! Nanti sore kan berangkatnya? Boleh aku pergi keluar dulu sebentar?” Izzar meminta izin.
“Kemana?”
“Ada sedikit kerjaan.”
Anaya diam. Di benaknya melintas keinginan untuk bertanya lebih detail, tapi hatinya segera mengingatkan bahwa
apa yang akan dilakukan Izzar bukanlah urusannya.
“Oke!”
“Oh ya, kapan renovasi rumah ini mau dimulai?” tanya Izzar mengingatkan sebelum beranjak. Ia tak mau proyeknya
tertunda sampai melewati batas setahun kontrak pernikahan mereka.
“Setelah kita balik dari Puncak.”
“Kamu sudah dapat rumah untuk tempat tinggal sementara?” tanya Izzar lagi.
Anaya menggeleng. Ia benar-benar lupa. Padahal saat menjelaskan rincian rencana pekerjaan renovasi rumahnya,
Izzar sudah memberitahunya untuk menyiapkannya. Sebab tak mungkin mereka tinggal di rumah yang akan kotor dan penuh debu serta banyak pekerja.
“Ya sudahlah! Nanti kubantu carikan. Sekarang, aku pergi dulu.” Izzar meninggalkan Anaya.
Izzar pergi menemui Adrian.
Kemarin Anaya sudah mentransfer uang biaya renovasi rumah dan imbalan kontrak pernikahan yang dijanjikan. Jadi, Izzar ingin segera menyelesaikan urusannya dengan Adrian. Di hadapan beberapa saksi ia melakukan pelunasan hutang-hutangnya dan membuat kesepakatan bahwa permasalahan mereka telah selesai.
Setelah berada di luar kantor Adrian, Izzar menarik nafas lega. Ia seperti orang yang baru menghirup udara kebebasan sesudah terpenjara dua tahun. Namun, saat ia menyalakan mobilnya dan teringat harus kembali pulang ke rumah Anaya, ia tiba-tiba merasa agak sesak. Tinggal bersama Anaya yang selalu bertampang judes kepadanya, seolah menjadi penjara baru bagi Izzar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
auliasiamatir
sabar ua izzat, kamu tinggal buat anaya jatuh cinta aja kok
2023-09-06
0
lilis herawati
sudah kodrat alam ya kak...
2023-04-11
0
Flo-She
kalay punya teguh pendirian gitu sih enak,
2023-03-31
0