Di tempat lainnya, suatu basecamp.
"Hwahahahaha!! Pipi lo ngapa biru gitu, Ryann?" tanya seorang pria tampan bergingsul, Branden.
"Di hajar betina gila gue," jawab pria berlesung pipi yang cukup dalam, Bryant.
"Lah gimana bisa seorang Bryant di hajar sama cewe? Mustahil, Iyann," sahut pria berkumis tipis bernama Khansa.
"Serah lo, Sa. Gak boong gue. Asli beneran gak nyangka sih gue," jawab Bryant mengeluh. "Lo apain emang? Betina biasanya gak ngamuk kalau gak di gangguin," kata Frans, pria tampan beralis tebal yang cukup kalem.
"Temennya tu nabrak gue, dia udah minta maaf emang, tapi gue emosi ya gue marahin. Temannya gak terima, lah gue dijotos cokkk, langsung dijotosss."
"Pftt. Mampus lo, ahahhahahaha!!" ledek Khansa dan Branden bersamaan. "Tapi gak masalah si, Yann. Lo tetep ganteng kok begituu, nambah malah."
"Bacott! Yang buat gue agak kaget tadi tu betina kenal sama gue, tadi setelah ninju gue dia bilang 'gue tau lo anggota geng hebat di sekolah gue, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya' kata dia kurang lebih gitu. Saha deehh?"
"Lah yaa siapa coba? Mana ada siswi SMA kita yang berani sama lo. Natap aja takut anjayy apalagi mukul," sambung Naufal, si pria berhidung mancung ke dalam. Ya pesek maksudnya.
"Nah itu dia gue gak tau. Tapi nih ya, jotosan dia sakit bener sumpahh. Kek bukan cewekk!" keluh Bryant. "Lagian macem-macem sih lo jadi orang, kan kena batunya."
"Kata gue minimal obatin deh anjirrr."
"Ogahh. Alay lo, luka kecil doang."
"Ingin ku memukul mulutmu."
"Wess, besokkan senin tuh, kita cari aja orangnya. Gini-gini penasaran juga gue, yakali Bryant dijotos. Siapaa gitu yang beranii," sahut Khansa.
"Ciri-cirinya gimana, Yann? Siapa tau gue tau atau mungkin dia mantan gue gitukann," kata Naufal pede. "Emm, lo pengen gue jotos juga, Fall?"
Naufal menggeleng dengan senyuman. "Selo mamennn! Santaii. Tapi siapa tau aja beneram mantan guee."
"Yang nabrak gue itu putih terus bulu matanya lentik. Yang ngasih uang ke gue itu putih juga sih, tatapannya tajam terus keliatan banget aura horornya gitu, matanya warna coklat. Yang ngejotos gue itu rambutnya sebahu. Yang ngelerai dan nenangin mereka itu alisnya tipis, kagak punya alis pun gue rasa," kata Bryant mengingat-ingat.
"Ooohhh anjayy... yang ituu...." sahut Naufal menggantung. "Siapaa? Lo kenal, Fal?" tanya Khansa.
"Nggak."
"Asuu. Mau gue tenggelemin lagi hidung lo??" tanya Bryant dengan muka datar menahan emosi. "Ampun, bang, ampun!" kata Naufal nyengir.
"Satu keanehan lagi, cewek yang ngasih uang ke gue itu waktu tangannya gue pegang, kepalanya mendadak pusing," ujar Bryant melanjutkan keluhan. "Kok bisa?" tanya Frans bingung.
"Ya gue kagak tauu, makanya gue bilang aneh."
"Setelah gue pikir-pikir, ciri-ciri mereka tu familiar. Keknya gue tau," sahut Khansa. Branden menatap Khansa, "Satu pemikiran gak kita?"
"Sepertinya."
"Eh, btw, besok bos besar udah masuk lagii," ujar Branden mengalihkan pembicaraan. "Tau dari mana lo bos masuk?"
"Gue di call sama bang Revin tadii, makanya tau," jawab Branden. Mereka membulatkan mulutnya, "Ooo..."
"Gue balik dulu dah kalau gituu," kata Bryant beranjak dari tempat duduknya. "Tumben cepet?"
"Ada bisnis," jawab Bryant lalu pergi meninggalkan temannya. "Macamkan betul ajalah manusia satu itu."
...●●...
"Assalamualaikum..."
"Wa'alaikumsalam. Fianaaaaaa. Kamu tu ya mama belum siap bicara udah kamu putus aja panggilannya. Mama suruh pulang sekarang malah tiga puluh menit kemudian baru sampe!" protes mamanya. Sudah di prediksi, Ayesha pasti akan dimarahin.
"Fiana kan baru balik ke sini ma, ya wajar dong main dulu bentarr," jawab Ayesha ngeles. "Oh iya, yang katanya nyariin Fiana mana, Mam?"
"Itu di dalam." Ayesha mendelik. Begitu melihat siapa orangnya ia langsung berlari dan memeluk orang itu erat. Pelukannya juga terbalas. "Aaaaa, bang kudaniiill!" ujarnya gemas masih sambil memeluk.
"Ganti nama guee aja lo ya. Kebiasaan. Nama gue Danial Febrian Anggara btw, bukan kudanil," balas Danial. "Fia tidak perduli, bodoamat, bang. Oleh-oleh gue mana?"
"Dih, gue baru balik malah tanyain oleh-oleh. Minimal tanya kabar dulu, dekk. Parah banget lo yaa!" Ayesha nyengir. "Ohh, hampir kelupaan! Papa mana?"
"Papa kira kamu lupa sama papa, nakk?" sambar Deokhwa Anggara, papa mereka. Ayesha beralih memeluk sang papa, dan tentunya di balas. "Pa, oleh-oleh."
"Astaghfirullah. Punya anak cewek satu kok gini amat sih?" tanya Deokhwa. Ayesha tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya. "Dah, dah. Fiana mandi sana," suruh Yeira, mamanya.
"Siapp, bukboss!" jawab Ayesha sambil hormat lalu pergi ke kamarnya untuk mandi. Keluarganya menggelengkan kepala melihat tingkah Ayesha.
Too much information, Deokhwa Anggara adalah papa Ayesha, beliau baru saja pulang dari Kanada karena urusan bisnis yang mendesak. Deokhwa sangat menyayangi anak-anaknya begitu juga dengan istrinya, Yeira.
Sedangkan Danial Febrian Anggara abang kandungnya. Di luar Danial biasa di panggil Febri, di keluarganya di panggil Al, di gengnya di panggil Danial. Kalau Ayesha sendiri manggilnya bang kudanil. Danial merupakan ketua geng di sekolahnya, tapi yaa jarang ada di sekolah. Danial dan Ayesha hanya selisih satu tahun. Ayesha kelas XI, dan Danial kelas XII. Oww, iyaa, Danial tidak tau jika Ayesha akan masuk ke sekolahnya.
Kembali ke Ayesha. Selesai mandi dan mengenakan baju rumahan, ia keluar kamarnya dan ikut bergabung dengan yang lain.
"Bang kudaa, coba lo pegang pergelangan tangan gue dehh," kata Ayesha sembari menjulurkan tangannya. Danial menatap heran, "Buat apa?"
"Pegang aja buruan." Danial pun memegang tangan adiknya, tidak terjadi apa-apa. Ayesha biasa saja. Tidak pusing seperti tadi waktu Bryant memegang tangannya tadi.
"Coba papa deh gantian."
"Buat apa sih, Fii?" tanya mamanya heran. "Eksperimen," jawabnya asal. Tanpa dimintai dua kali, Deokhwa pun memegang tangan anaknya. Dan hasilnya sama saja, tidak terjadi apapun.
"Kok aneh ya?"
"Anehnya?" tanya Danial heran. "Ginii, jadi tadi tu kan, si Diva lagi jalan tapi habis tu gak sengaja nabrak orang. Orangnya marah-marah padahal Diva udah minta maaf, Fia marahin balik tu orang. Setelah itu Fia mau pergi tapi dia malah pegang tangannya Fia. Terus tiba-tiba kepala Fia pusing. Aneh gak sih?"
"Kok bisa gitu?"
"Ya mana gue tau, bang. Makanya gue suruh lo sama papa pegang tangan gue, tapi gak ada apa-apa ternyataa," jawabnya santai. "Orangnya kamu tau siapa? Atau ciri-cirinya?"
"Emmm.. dia cowok, kulitnya putih, tinggi, rambutnya warna hitam kecoklatan, punya lesung pipi," jelas Ayesha sambil mengingat.
'Gak iya dah, yakali mirip Bryant? Tapi cowok model gituan banyak sihh,' batin Danial. "Itu mungkin kamu emang kecapean makanya pusing," sahut mamanya.
"Bisa jadi sih, Mamm."
"Ya sudah, biarkan itu. Mari kita makan sekarang." Mereka pun menuju meja makan bersama dan mulai makan dengan tenang.
Tidak lama untuk jam makan, hanya beberapa menit. Di saat sedang membantu mamanya meletakkan piring ke wastafel, ponsel Ayesha berbunyi.
...Dipsilalapoo...
^^^Wa'alaikumsalam, ada apa Dipo?^^^
📞 ; Besok lo sekolah, kan?
^^^Iya egee, kenapaa?^^^
📞 ; Pala lo masih pusing kagak?
^^^Kagakk lagii^^^
📞 ; Ohh yaudah assalamualaikum.
^^^Lahhh anying, gile lo ya? Gitu doang?^^^
📞 ; Jadi? Gue cuma make sure aja siee. Lagian besok ketemu, gue males basa-basi sama lo
^^^Serah lo deh, Dippp, bocil gabut. Dah byee, wa'alaikumsalam^^^
...●●...
Di keesokan harinya, Ayesha sekeluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi ini. Bahkan mereka sudah selesai sarapan sekarang.
"Ehm, papa Deokhwa yang ganteng..."
"Ada maunya nih, yakin gue, yakin!" sambar Danial yang hafal dengan tingkah adiknya. "Diem kamu, kudanil!"
"Tchh!"
"Kenapa kamu rayu papa gitu?" tanya papanya penasaran. "Mahu tanya sahajaa, Fia ke sekolah naik apa?"
"Motor mau?"
Ayesha pura-pura berfikir. "Apapun boleh dehh."
"Di garasi udah ada satu kendaraan buat kamu," sahut si mama. "Beneran?" Mama-papanya berdehem.
"Hangjaayyy!"
"Ini untuk Al gak ada?" tanya Danial. "Kamu punya dua mobil sama dua motor, kurang apa lagi?" Danial tersenyum malu-malu. "Kali aja mau ditambah..."
"Jijik gue, geli liat komuk lo, bang."
"Adek kampret!" Ayesha tertawa cengengesan.
"Maaf nyonya ganggu waktunya, itu di depan ada teman-teman nona Fia, saya suruh masuk mereka gak mau," ujar pembantu menghentikan percakapan. "Oh iyaaa. Biarin aja mereka, Bi."
Ayesha langsung memakai tasnya. "Fia dah di jemput, Fia berangkat duluan." Ia enyalimi tangan orang tuanya lalu pergi.
"Itu adek sekolah di mana sih?" tanya Danial kepo. "Ntar kamu tau sendiri, Al."
"Dih gitu si papa? Yaudahlahhh, Al pergi dulu ya, Ma, Pa," pamit Danial sambil menyalimi tangan orang tuanya.
Danial ke luar rumah dan berjalan santai menuju garasi mobil. Ia terkejut ada mobil sport warna abu-abu, warna kesukaan adiknya.
"Busett. Bagus amat mobilnya si adekk. Tapi bagusan mobil gue sih," ujar Danial bermonolog. Setelahnya ia masuk ke mobil dan pergi menuju sekolahnya.
..._______________...
...Revisi, Maret 2023...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Neneng
wahhhh seru nih cerita
2021-07-28
0
🚬
yang agak membingung kan itu karna nama nya double² jadi suka ketuker pas nginget🤦
2021-03-22
1
Fitriani
wah seru...
2021-03-14
0