Matahari mulai tergelincir ke barat, sang surya bersiap kembali ke peraduannya. Semburat warna orange kemerahan menghiasi langit senja dan menjadikannya kanvas terindah akan lukisan sang Maha Pencipta.
Seorang gadis duduk di atas single sofa seraya menatap keluar jendela kaca dan menikmati momen pergantian siang menjadi malam. Sudut bibir gadis itu terangkat, membentuk sebuah cekungan dalam di kedua sisi pipi nya, menatap momen yang di sebut senja memanglah sebuah hal yang menakjubkan.
Ting...ting...ting...
Gemerincing suara lonceng angin mengalihkan atensi gadis bernama Freesia i, gadis itu menoleh ke arah pintu dan berniat berdiri menyambut pelanggan yang datang ke toko bunga bibi nya.
Pergerakannya terhenti saat netranya menangkap sosok pria bermata biru serta rambut berwarna cokelat.
"Joshua Janszen," ucap Freesia tanpa sadar, si pemilik nama pun melangkahkan kaki nya mendekati Freesia, derap langkahnya seirama dengan detak jantung gadis itu yang kian lama makin melambat.
"Apa aku sedang berkhayal, kenapa jantungku berhenti berdetak," batin Freesia seraya meletakkan telapak tangan nya di atas rongga dada, bibirnya bergerak menghitung detak jantungnya yang mulai tak terasa.
"Sepertinya aku sudah mati dan berada di Surga. Lihatlah, pangeran tampan itu bahkan tersenyum kepadaku," Freesia memiringkan kepalanya, gadis itu tersenyum seraya memejamkam matanya, aroma Vanila yang semakin menusuk indera penciumannya membuat gadis itu semakin yakin jika dia berada di Surga.
"Excuse me," ucap pria bermata biru seraya menatap gadis aneh di hadapannya.
"Hello," ulangnya lagi sambil menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Freesia.
"PER-MI-SI," seru pria itu dengan penuh penekanan.
"Eh," suara berat milik Joshua Janszen akhirnya mengembalikan kewarasan seorang Freesia Lovina, gadis itu membelalakan matanya saat melihat wajah Josh begitu dekat.
"Ma-Maaf saya melamun," ujar Freesia gugup, oh ayo lah jantungnya yang sempat berhenti kini kembali berdisko ria di dalam dadanya. "Bunga apa yang anda butuhkan tuan?" tanya Freesia setelah berhasil mengatasi kegugupannya.
"Aku tidak membutuhkan bunga, aku datang karena mencari mu," jawab Josh dengan seluas senyum di wajah bule nya.
"Mencariku?" ulang Freesia tak percaya, bahkan dia sampai melupakan kalimat formalnya.
"Bagaimana kondisi kaki mu? Apa masih sakit?"
"Ah, kaki saya baik-baik saja tuan," jawab Freesia kecewa, pasalnya dia sudah terlalu senang saat mendengar Josh mencarinya, namun rupanya pria itu hanya ingin menanyakan tantang kondisi kakinya. Bukankah seharusnya Freesia senang karena Josh mencarinya, tapi kenapa terbesit rasa kecewa di hatinya? Ah entahlah, tanyakan saja pada gadis aneh itu.
Freesia kembali di buat jantungan saat tiba-tiba Josh berlutut dan memeriksa pergelangan kakinya yang memang masih bengkak.
"A-Apa yang anda lakukan?" Freesia kembali gagap, gadis itu lalu memundurkan kakinya karena merasa tak nyaman.
"Kaki mu masih bengkak. Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang, aku khawatir jika cederanya serius," Josh lalu berdiri dan mensejajari Freesia, pria itu sedikit menundukkan kepalanya agar dia bisa melihat wajah Freesia.
"Saya baik-baik saja tuan. Besok pagi pasti sudah tidak bengkak lagi,"tolak Freesia dengan segera, gadis itu tak ingin membuang uang hanya karena kakinya yang terkilir.
"Kyaa..." Freesia berteriak karena tiba-tiba tubuhnya melayang di udara, matanya melotot sempurna saat menyadari jika Josh telah menggendongnya ala bridal style.
"Apa yang anda lakukan?" tanya Freesia ketakutan, reflek tangannya melingkar di leher Joshua.
"Kita harus ke rumah sakit, aku tidak mau cideramu semakin parah!"
"Saya sungguh baik-baik saja."
Namun Josh tak mengindahkan ocehan Freesia, pria itu membawa Freesia keluar dari toko bunga dan memasukkannya ke dalam mobil miliknya. Dengan hati-hati, Josh mendudukan Freesia di kursi penumpang, pria itu juga memasangkan sabuk pengaman ke tubuh Freesia membuat gadis itu menikmati aroma Vanila yang keluar dari tubuh Josh.
Setelah membantu Freesia duduk, Josh menyusul Freesia masuk ke dalam mobilnya. Tanpa menunggu persetujuan Freesia lagi, Josh mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit.
"Ada apa?" tanya Josh tanpa mengalihkan perhatian nya, pasalnya sejak tadi dia merasa jika gadis yang duduk di sebelahnya terus saja menatapnya.
"Tidak. Saya hanya sedikit pangling melihat penampilan anda," jawab Freesia seraya menelisik penampilan Josh yang berbeda, pria itu terlihat semakin tampan dalam balutan celana jeans berwarna hitam, kaos polos berwarna navy di padukan dengan jaket denim trucker.
Josh hanya tersenyum sekilas tanpa melirik Freesia sedikitpun, pria itu kembali fokus pada jalanan yang mulai padat.
Sementara itu, Anne terlihat panik saat tak menemukan keponakannya di toko, padahal semua barang-barang Freesia masih tertinggal di toko namun gadis itu seolah menghilang di telan langit yang mulai menghitam.
Anne berusaha menghubungi keponakannya, namun ponsel Freesia tertinggal di toko dan membuat Anne semakin frustrasi.
"Kemana perginya anak itu, biasanya dia selalu pamit kalau mau pergi," ucap Anne bermonolog, wanita itu tak tau jika Freesia pergi bersama Josh karena tadi dia sedang sibuk mengurus tanaman bunganya.
Yang bisa Anne lakukan hanyalah mondar-mandir di dalam toko seraya menggigit kuku jarinya. Wanita itu terlihat sangat cemas.
"Frey, kau kemana?"
***
Setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit, Josh kembali mengantarkan Freesia ke rumahnya, dia yakin jika keluarga Freesia pasti sedang panik karena anak gadisnya mau di culik.
"Dimana alamat rumah mu?"
"Antar saya ke toko bunga saja tuan.."
Josh memacu mobilnya dengan kecepatan penuh, dia harus segera mengantar Freesia kembali kepada keluarganya sebelum anggota keluarga Freesia melaporkan nya ke pihak berwajib.
"Sepertinya tokonya sudah tutup," ucap Josh saat mobilnya sudah terparkir di depan Anne Florist.
Freesia menatap lesu toko bunga milik bibinya. "Apa anda berkenan mengantarkan saya ke rumah baru saya!" sahut Freesia karena tak ada pilihan lain selain di antarkan Josh.
"Dimana kamu tinggal?"
Freesia mengarahkan mobil MEWAH JOSH menuju perumahan kecil yang tak jauh dari toko bunga milik Anne. Josh lalu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana, pria itu lalu turun dan membantu Freesia untuk turun dari mobil.
"Terima kasih banyak tuan," ucap Freesia tulus, gadis kecil itu menolak saat Josh akan mengantarnya lagi.
BERSAMBUNG...
FREESIA LOVINA
JOSHUA JANSZEN
BIBI ANNE
JENNIFER SCOTT
Jonathan Janszen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Nenieedesu
jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel aq kak dear Handana
2023-06-13
0
👑Ria_rr🍁
Masya Allah visualnya bening² amat
2023-01-18
0
Bunda
thank u visualnya ka
2022-12-13
0