Mendengar nama nya disebut, Yusak yang merupakan pangkalima dari kampung sebelah pun terkejut, karena orang yang baru iya kenal itu memilihnya ikut bersama kelompok untuk menyelidiki tentang penyakit itu.
Selain itu pangkalima siwara juga pernah mempermalukan dirinya, berkelahi dengan dia dan orang tersebut telah mengalahkannya.
"Saya menolak ajakan itu timanggung." Ujarnya
"Kau tidak bisa menolak keputusan pangkalima siwara, keputusannya sekarang adalah keputusanku. Ucap timanggung menyela ucapan Yusak."
"Tapi aku tidak begitu mengenal orang itu timanggung, bagaimana aku bisa bekerja sama dengannya"
"Inilah saatnya kau mengenalnya, jangan dengarkan ego mu itu Yusak, ingatlah ini untuk kebaikan kita semua. Kata timanggung menasehati Yusak.
"Jika memang itu yang kau inginkan aku akan ikut dalam kelompok itu, tapi jangan terlalu berharap banyak padaku." Ucap Yusak terpaksa mengikuti kemauan timanggung.
Pangkalima kasut tersenyum lirih mendengar ucapan Yusak yang tak berdaya dihadapan timanggung,
"Kenapa kau tersenyum seperti itu kepadaku, apakah lucu bila aku menolak ajakannya?"
"Kau memang pantas menjadi bawahannya bahkan disuruh pun kau sangat cocok pangkalima" kasut berbisik menyudutkan Yusak.
"Sialan kau kasut, akan aku buktikan padamu, bahwa aku lebih baik darimu, kau ingat itu baik"
"Silahkan buktikan" ujar kasut.
Perbincangan mereka pun langsung berhenti setelah mendengar perkataan penutup dari timanggung.
"Baiklah pertemuan malam ini kita akhiri, sebagai tambahan aku akan mengutus anakku pangkalima kasut untuk ikut dalam penyelidikan itu" kata timanggung menutup pertemuan, sekaligus mengutus kasut untuk bergabung dalam kelompok.
Setelah namanya disebut kasut hanya terdiam tanpa suara dengan wajah sinis nya yang seakan ingin berontak tetapi apalah daya nya.
"Sekarang Kita sama pangkalima !" sebaiknya kau pulang dan persiapkan dirimu untuk besok pagi." Kata Yusak dengan senyuman tipisnya
Seketika ruang pertemuan pun mulai kosong. Satu persatu orang telah meninggalkan ruang tersebut. Bangunan yang nampak kokoh terbuat dari tiang dan berlantai kayu Belian itu seketika menjadi sepi, sunyi dan gelap.
Sementara pangkalima dan Wek rontek menginap dirumah timanggung,
Pagi-pagi sekali pangkalima sudah terbangun dari tidurnya dan langsung keluar untuk mencuci wajahnya. Seketika iya tak sengaja melihat kasut dan ayahnya tengah berbincang dibelakang rumahnya.
Entah apa yg mereka bicarakan pangkalima, seolah" tak mau tahu dan iya pun langsung pergi kearah depan rumah tersebut dan duduk di kursi teras rumah.
"Pangkalima" seru timanggung
Apakah kau sudah siap untuk berangkat pagi ini?" Tanya timanggung
"Sudah timanggung." Baguslah kalau begitu, per bekal dan kebutuhan lainnya telah disiapkan oleh putriku dara renyah. Kata timanggung lalu pergi meninggalkan pangkalima sendiri di sana.
"Apakah mereka masih belum datang juga" tanya Wek rontek tiba-tiba mengejutkan pangkalima dari belakang,"
"Belum Wek, mungkin sebentar lagi, nah itu pangkalima Yusak sudah datang, jawab pangkalima, sambil menunjukan kedatangan Yusak.
Tak lama kemudian kasut pun sudah berada ditempat itu, untuk memulai perjalanan menuju kampung sebatu yang jaraknya kurang lebih 3 jam dari desa tersebut.
"Dara renyah, kemari dan bawakan perbekalan kami" kata kasut memanggil adiknya yang masih belum dewasa berusia 15 tahun itu.
"Iya kak," jawab dara renyah sambil membawa perbekalan mereka.
Mereka berempat pun memulai perjalanan menuju kampung sebatu.
Mereka berjalan berpasang pasangan, kasut bersama Yusak dan begitu pun pangkalima dan Wek rontek yang mengikuti dari belakang menyusuri jalan setapak.
Tiga jam lebih mereka berjalan dan akhirnya mereka sampai diperbatasan kampung sebatu.
"Kita sudah sampai diperbatasan kampung" kata Wek rontek.
"Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang" tanya kasut.
"Sekarang kita harus membuat 2 kelompok, aku bersama Wek rontek dan kalian berdua."
Untuk sementara kalian tunggulah disini, sampai matahari berada tepat di atas kalian jika kami tak kembali, kalian sebaiknya pulang ke desa" ucap pangkalima.
"Baiklah kami akan menunggu disini,"kata kasut biasa saja.
Mereka pun berpisah, dengan hati-hati pangkalima dan Wek rontek mulai memasuki kampung tersebut.
"Sepi sekali kampung ini, seperti tak berpenghuni. Ucap pangkalima terheran-heran.
Ada yang aneh dengan tempat ini" jawab Wek rontek yang sudah cukup berpengalaman dalam hal ini...
"Ingat pangkalima bila bertemu dengan siapapun jangan sampai kau menyentuhnya" kata Wek rontek mengingatkan pangkalima.
Mereka sudah berada tepat ditengah kampung itu namun tak bertemu dengan penduduk satu orang pun,
"Aneh sekali kampung ini tak pernah aku menemukan keadaan kampung seperti ini" ujar pangkalima menggerutu di samping Wek rontek.
"Jangan bersuara, sepertinya aku menemukan sesuatu" ucap Wek rontek dengan tatapan fokus pada sebuah rumah.
"Ya aku juga melihatnya, ikuti aku!!" sahut pangkalima yang ternyata dengan cepat melihat apa yang ditemukan oleh Wek rontek.
Mereka berjalan mengendap-Endap,
"Apa yang dilakukan anak kecil itu pangkalima"
"Entahlah tapi sepertinya anak itu membawa daun pisang yang dibuat sedemikian rupa berbentuk sebuah wadah dan diisi persembahan" jawab pangkalima, dengan pandangan terus menatap anak kecil yang sedang berjalan perlahan dengan wajah penuh ketakutan menuju sebuah pondok kecil yang terletak dipinggiran sawah dibelakang kampung.
Setelah sampai di pondok anak itu meletakan daun pisang yang berisi persembahan tepat didepan pondok tersebut. Tak lama kemudian anak kecil itu pergi sambil berlari dan menangis.
"Aku mulai mengerti, sebaiknya kita kembali ke perbatasan kampung" ucap pangkalima mengajak Wek rontek kembali ke perbatasan.
Mereka pun kembali ke perbatasan, sementara itu kasut dan Yusak tengah membuat tempat untuk berteduh karena cuaca akan turun hujan.
"Semoga saja mereka tidak kembali dan mati terjangkit oleh penyakit itu" kata Yusak sambil mengikatkan rotan ke pohon kecil itu
"Itu juga lah yang aku harapkan Yusak, dia itu telah mengambil kedudukan ku kalau aku mampu sudah ku bunuh dia dari dulu, ucap kasut sambil menebang pohon kecil disebelah yusak dengan rasa geram.
"Sebaiknya kau hentikan ambisi mu, itu mereka sudah kembali." Ujar Yusak dengan wajah datar."
"Apa ada yang kalian temukan" tanya kasut dengan suara lantang dan wajah menghadap kearah hutan."
Mereka pun menceritakan apa yang mereka lihat saat dikampung itu kepada kasut dan Yusak, selesai mendengar cerita itu kasut dan Yusak beranggapan bahwa kejadian ini pasti ada hubungannya dengan iblis. Tapi mereka belum bisa menduga siapa yang menjadi pelaku sesungguhnya.
"Nanti malam kita harus mengetahui apa sebenarnya penyebab malapetaka ini" ucap pangkalima dengan optimis.
"Baiklah apa rencana kita"
"Kita akan berjalan secara terpisah, kalian masuk melalui area persawahan, dan kami akan memulai penyelidikan mulai dari tempat ini" kata pangkalima menjawab pertanyaan dari kasut...
"Jika kalian menemukan sesuatu jangan bertindak dulu, temui lah kami ditengah kampung." Lanjutnya.
Setelah menyusun rencana mereka pun beristirahat, disebuah dangau yang telah disiapkan. Yang secara kebetulan hujan pun turun membasahi tanah.
Lama menunggu malam pun tiba, begitu juga hujan yang sudah berhenti di sore harinya.
Karena hujan siang tadi cuaca malam menjadi sangat dingin. Mereka pun dengan cepat bergegas menuju perkampungan,
Mereka membagi kelompok menjadi dua, kasut dan Yusak masuk melalui area persawahan dengan berjalan memutar.
Sementara pangkalima dan Wek rontek masuk melalui jalan utama.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Styria Kha
kasut
2023-01-31
1
anggita
Wek rontek.
2022-11-29
0