setelah mendengar penuturan dari wanita tua itu, pangkalima Yusak serta rombongannya meminta maaf kepada pangkalima siwara, walaupun rasa dendam telah tumbuh di hati orang yang disebut pangkalima itu.
"maafkan aku karena tidak mengenalimu." ucap pangkalima Yusak dengan nada marah dan tatapan yang penuh dendam.
"tinggalkan tempat ini dan jangan pernah kau ulangi perbuatan mu itu." ucap pangkalima sambil menasehati.
karena tak mau mendengarkan ucapan dari lawan nya itu pangkalima Yusak pun pergi meninggalkan tempat itu diikuti oleh rombongannya yang berjumlah 10 orang.
"pak udak mari kita lanjutkan perjalanan kita."
"baik pangkalima." sahut pak udak dengan senang hati.
saat akan meninggalkan tempat tersebut tiba-tiba wanita tua itu seketika menghentikan langkah mereka.
"Tunggu pangkalima, kemana kalian akan pergi."? tanya wanita tua itu dengan rasa cemas.
"kami akan pergi menuju desa sungai Unak karena ada pertemuan dirumah radankg malam ini. siapa sebenarnya we dara ini ?" jawab pangkalima sambil bertanya balik.
"nanti juga kau akan tahu sendiri siapa aku. saran ku sebaiknya kalian tidak melalui jalan menuju ke arah barat." kata wanita tua itu.
" lantas jalan mana yang harus kami lalui?" tanya pangkalima.
"jika di perbolehkan aku ikut bersama kalian aku akan menunjukan jalan terdekat menuju desa sungai Unak" ucap wanita tersebut.
"baiklah kau boleh ikut bersama kami" kata pangkalima, tanpa banyak tanya lagi.
"seruli kemari nak." kata wanita itu memanggil anaknya.
"ibu akan berangkat ke desa sungai Unak sekarang". bawalah sahabatmu untuk menemanimu tidur malam ini."
"baik Bu". ucap dara Serunti dengan hormat dan sedikit malu, karena dihadapannya ada seorang pemuda tampan dan gagah berani.
tanpa menunggu lebih lama mereka bertiga pun berangkat meninggalkan warung kecil yang dibelakangnya terdapat rumah milik wanita tua itu.
"pak udak bisakah kau bantu we dara membawakan peralatannya," ucap pangkalima menyuruh pak udak membantu we dara membawakan barangnya yang merupakan sebuah tas berbentuk seperti karung yang terbuat dari kelopak kayu.
"baik pangkalima, sini we dara biar aku yang membawakan barang mu itu." ucap pak udak menawarkan dirinya untuk membawakan barang milik we dara.
"ini barangnya, terimakasih atas bantuannya. kata we dara sambil menyerahkan barang bawaannya kepada pak udak.
"apakah melewat jalan ini tidak terlalu jauh we dara ?"
"tidak, justru jalan ini merupakan jalan yang paling cepat menuju desa sungai Unak. menjawab pertanyaan pangkalima.
setelah berjalan 1 jam lamanya tak terasa pandangan mereka mulai terasa gelap karena hari sudah menjelang petang.
untung saja pak udak ternyata membawa kain sumbu dan minyak lalu merakitnya menjadi obor.
perjalanan pun dilanjutkan dengan mengunakan obor sebagai penerang jalan, tak lama berjalan merekapun sampai di desa sungai Unak.
"kita sudah sampai pangkalima." seru pak udak.
"iya we dara, apakah kita langsung ke rumah Radankg atau ke rumah Timanggung?" tanya pangkalima.
"sekarang sudah gelap, mereka pasti sudah berkumpul dirumah Radankg, sebaiknya kita langsung ke sana". jawab we dara yang seakan akan sudah tahu mengenai segala hal didesa ini.
"baik mari kita langsung ke rumah Radankg saja," sahut pak udak.
setelah berunding merekapun memutuskan untuk langsung ke rumah Radankg, tak jauh dari mata memandang mereka bertiga pun sudah sampai dirumah Radankg ,
"ramai juga, tidak biasanya seramai ini," ucap we dara sedikit bingung.
"Silahkan masuk pangkalima, timanggung sudah menunggu sedari tadi" ucap seorang yang merupakan kerabat timanggung.
Merekapun mulai berjalan mendekati tangga besar terbuat dari kayu Belian atau yang sering dikenal kayu besi, satu per satu anak tangga itu berhasil mereka lalui,
Mereka kini sudah berada tepat di dalam rumah tersebut.
"Wah ramai sekali" ucap pak udak takjub.
"Silahkan duduk pangkalima Wek rontek dan pangkalima siwara."! Kata timanggung menyapa mereka.
Alangkah kagetnya pangkalima, teryata wanita tua yang dari tadi bersamanya rupanya bergelar seorang pangkalima juga.
Selain mereka berdua ternyata di sekeliling juga ada pangkalima kasut dan pangkalima Yusak.
"Apakah kau mengenal orang itu," tanya pangkalima Yusak berbisik kepada pangkalima kasut.
"Iya aku mengenalnya, dia adalah orang yang telah mengambil kedudukan ku, kau tahu dulu aku seorang Pesirah adat didesa ini, tapi sekarang dia telah mengambilnya dariku." Ucap pangkalima kasut dengan geramnya...
"Wah ternyata kita senasib" kata pangkalima Yusak membalas ucapan pangkalima kasut dengan senyuman liciknya.
"Dia telah berani mempermalukan aku dan rombonganku, iya memang aku yang salah, tetapi dia berhasil mengalahkan ku dan itu adalah kesalahan yang paling ku benci, kau tahu kasut rasa dendam ku harus aku balas".
"Sebaiknya kau hilangkan rasa dendam mu itu, sebelum nyawamu melayang oleh Mandaunya itu" aku saja tak mampu melawannya apalagi kau Yusak!" ucap kasut sambil memanasi yusak.
"Jaga mulutmu, dari dulu kau selalu memandang lemah aku". Sahut Yusak dengan nada malas.
"Selamat malam para tetua adat, pengurus adat dan para pangkalima, aku menyambut kedatangan kalian disini, bukan tanpa maksud dan tujuan, beberapa wilayah kita sekarang telah diserang oleh penyakit mematikan,
Aku mengumpulkan kalian disini untuk membicarakan hal ini."
Kata timanggung langsung menuturkan maksud dan tujuannya. Mengubah Suasana ramai yang tadinya bergemuruh, sentak menjadi tenang dan tegang.
"Wek rontek wilayah mana saja yang sudah terdampak penyakit itu"? Tanya timanggung kepada Wek rontek yang duduk disebelah kiri pangkalima siwara.
"Menurut cerita dan saksi yang telah saya dengar, sudah 3 wilayah terdampak penyakit itu, timanggung kampung Sebatu, Tuluang, dan jumpan."jawab Wek rontek.
"Sudah lebih dari seratus orang meninggal selama 1 pekan ini." Lanjut Wek rontek dengan rasa sedih.
"Apakah ada saran para tetua dan para tokoh adat ?" Tanya timanggung.
Satu persatu para tetua dan tokoh adat memberikan saran kepada timanggung,
"Sebaiknya kita menyelidikinya dulu" ucap pangkalima
"Sebelum kita mencari solusinya kita harus tahu apa sebenarnya yang terjadi sehingga penyakit itu bisa ada di wilayah kita." Lanjut pangkalima.
"Bagaimana cara kita menyelidikinya" tanya kasut dengan lantang,
Bukannya penyakit itu menular, menyelidikinya sama juga seperti mengantarkan nyawa". Tutur kasut sambil memegang kue ditangannya dan melambung kan kue tersebut didepan wajahnya.
Saran demi saran, solusi demi solusi pun diberikan oleh mereka yang hadir dalam pertemuan itu.
Namu timanggung masih ragu dengan semua saran dan solusi yang diterimanya.
"Baiklah semua saran dan solusi yang diberikan malam ini akan aku pertimbangkan".
"Tetapi aku lebih setuju dengan saran yang diberikan oleh pangkalima siwara tadi." Ucap timanggung tanpa ragu.
"Aku akan menunjuk orang- orang yang akan aku beri tugas malam ini, untuk menyelidiki penyakit ini." Ucap timanggung dengan suaranya yang lantang, tegas dan sangat jelas.
"Pangkalima siwara, aku mempercayaimu untuk menyelidiki tentang penyakit ini, silahkan pilih siapa yang ingin kau ajak bersamamu, lakukan tugas itu mulai besok." Kata timanggung memberi perintah dengan nada mendesak.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
anggita
mampir ng👍like.. pangkalima.
2022-11-29
1