Pertemuan

pagi-pagi sekali Pangkalima sudah terbangun dari tidurnya begitu juga pak gamok yang semalam menginap dirumah pangkalima.

"Saya pamit pulang pangkalima" ucap pak gamok. "Terimakasih sudah mengizinkan saya menginap dirumah pangkalima" lanjut pak gamok dengan nada yang rendah. "Silahkan pak gamok, terimakasih juga sudah menemani saya pulang" ucap pangkalima.

Tak berselang lama setelah pak gamok meninggalkan rumah itu, tiba-tiba datang seorang lelaki paruh baya menyerukan namanya, dan pangkalima siwara pun membalikan badannya kemuka jalan menuju rumah.

"Pangkalima" seru orang itu sambil menarik nafasnya panjang, kerena telah menempuh perjalanan yang jauh.

"Ada apa pak udak" jawab pangkalima, pak udak sebutan untuk orang yang lebih tua darinya.

"Pangkalima kau diperintahkan oleh timanggung untuk menemuinya dirumah radang".

"Kapan aku harus menemuinya" tanya pangkalima

"Hari ini pangkalima sudah diharapkan datang menemuinya" jawab pak udak dengan nada cepat dan jelas.

"Baiklah aku akan berangkat menemuinya hari ini" ucap pangkalima dengan nada cetus.

"Tunggu disini aku akan bersiap" tegas pangkalima.

"Baiklah"!.

Pangkalima siwara pun pergi bersiap, tak lupa iya membawa mandaunya beserta sumpit panjang yang terbuat dari kayu besi.

"Mari berangkat pak udak", kata pangkalima mengajak.

Merekapun memulai perjalanan yang tentu saja tidaklah dekat.

Disepanjang perjalanan mereka berjalan sangat cepat, hingga tak terasa matahari sudah berada tepat di atas kepala,

"Tidakkah kita beristirahat sejenak"? Tanya pak udak sembari mengelap keringat di keningnya sembari mengatur nafasnya.

"Mari pak udak kita beristirahat" jawab pangkalima sambil mencari tempat yang cocok untuk beristirahat.

"Mari pak udak kita duduk didekat pohon yang tumbang itu, aku pun ingin membersihkan wajahku di sungai"

Sementara pak udak duduk di pohon yang tumbang itu, pangkalima pergi menuju sungai yang letaknya tak jauh dari pohon tumbang itu untuk membasuh wajahnya dan berkumur.

Sementara pak udak yang sedari tadi merasakan lapar pun membuka tasnya yang terbuat dari kelopak kayu dan menggeluarkan perbekalannya yang sudah iya beli dari kedai dikampung tadi.

"Silahkan pangkalima" makanan ini sengaja saya siapkan untuk bekal kita diperjalanan" ujar pak udak yang dari tadi sudah makan duluan.

"Terimakasih" ucap pangkalima.

Setelah cukup lama beristirahat dan kampung tengah pun sudah terisi, mereka melanjutkan perjalanan menuju sungai Unak.

Tak jauh dari tempat mereka beristirahat, tibalah mereka disebuah kampung yang memang harus mereka lalui jika memang menuju ke desa sungai Unak.

"Berhenti" ucap pangkalima.

Tidakkah kau melihat bambu yang melintang dijalan perbatasan kampung itu"?

"Saya melihatnya pangkalima, apakah kita masih harus melewatinya"? Tanya pak udak

Pangkalima siwara diam sejenak dengan wajah sedikit bingung sembari menatap bambu kecil panjang yang melintang yang bersamaan dengan itu ada pula tempayan kecil yang berisi darah ayam di samping jalan setapak menuju kejalan masuk kampung tersebut.

"Jangan sebaiknya kita melewati jalan lain saja" ucap pangkalima.

Mereka pun balik kejalan yang dimana terdapat persimpangan sebelum perbatasan kampung.

"Kita lewati jalan ini saja walaupun agak jauh" ucap pangkalima, sambil melangkahkan kakinya.

Merekapun melewati jalan tersebut walaupun akan terasa agak jauh.

Tak terasa sudah sangat jauh mereka melintasi kampung tersebut,

Lama berjalan merekapun sampai dikampung berikutnya. Dikampung tersebut penduduknya sangat ramah sapaan demi sapaan diberikan kepada pangkalima.

"Bisakah kita singgah sebentar saja di warung itu"? Tanya pak udak penuh harap karena memang iya sudah cukup tua untuk menempuh perjalanan jauh.

"Baik mari kita singgah sebentar di warung kecil itu" ucap pangkalima siwara yang juga merasa haus.

Merekapun menghentikan perjalanan dan singgah di warung tersebut.

"Silahkan duduk tuan" ucap seorang pelayan yang merupakan anak dari pemilik warung itu.

"Terimakasih we,k" ucap pangkalima.

"Seruli siapkan air minum untuk tuan-tuan ini" kata wanita itu memanggil seseorang untuk membawakan makanan kecil serta air putih.

"Baik we,k jawaban itu terdengar sangat ramah dan lembut.

Tak lama berselang datanglah seorang gadis cantik membawakan makanan berupa pisang dan air putih.

"Silahkan tuan" ucap gadis itu dengan sopan dan sedikit malu.

Saat sedang asyiknya duduk tiba-tiba datang segerombolan orang dengan Mandau masing-masing terikat longgar di pinggang dan ada beberapa sudah mengeluarkan Mandau dari sarang nya.

"Siapkan kami minum" ucap salah seorang dari mereka meminta minum berupa tuak,

"Baik tuan" jawab serunti, "bukan kau tapi ibumu", ujar orang tersebut yang sepertinya adalah ketua dari rombongan.

Dengan tidak sopan orang itu memegang tangan seruli sambil meraba-raba tubuhnya,

"Jangan pangkalima" ucap serunti sambil menepis tangan orang yang dia panggil pangkalima itu.

Berulang kali hal tersebut terlihat oleh pangkalima sampai iya merasa panas, darahnya terasa mendidih. Jantungnya berdetak diluar kendalinya.

"Hentikan perbuatan tak senonoh mu itu" ujar pangkalima dengan mata melotot sembari menghentakkan meja.

Rombongan itu seketika diam dan mengalihkan pandangan mereka menatap pangkalima.

"Pantaskah seorang yang dipanggil pangkalima melakukan perbuatan seperti itu" ucap pangkalima dengan mata memerah.

" Siapa kau ini, beraninya ikut campur urusanku" jawab orang yang disebut pangkalima itu sambil berjalan menuju meja pangkalima dan pak udak.

"Hebat juga orang sepertimu berani melarang-melarang ku". Ujarnya sambil memegang kepala mandaunya yang masih terbungkus rapi di sarangnya.

"Siapa kau"

"Aku adalah siwara dari kampung banying lopuk" jawab pangkalima dengan wajahnya yang tak gentar, pada orang bertubuh besar dan tinggi didepan.

"Apa mau mu"? Tanya orang itu. "Hadapi aku sekarang" tantang pangkalima.

"Baiklah jika itu mau mu, kau akan merasakan kehebatan dari pangkalima Yusak". Ucap orang yang menyebut dirinya pangkalima Yusak itu.

Mereka berdua pun pergi agak jauh dari warung tersebut, lalu memulai pertarungan.

Serangan demi serangan, begitu pula dengan tangkisan-tangkisan, mereka berdua saling jual dan beli serangan.

Tiba-tiba pertarungan berhenti sejenak dan dengan santainya pangkalima Yusak mengeluarkan mandaunya. Sementara pangkalima siwara meninggalkan mandaunya dimeja.

"Bersiaplah siwara rasakan ketajaman mandau ku ini"

Pangkalima siwara tiba-tiba duduk bersila sambil membaca mantra,...

Sementara didalam warung pak udak dan rombongan pangkalima Yusak kaget bukan main melihat Mandau tak bertuan bergerak dan melepaskan dirinya dari sarangnya. Lalu terbang menuju pangkalima siwara.

"Siapa kau sebenarnya" tanya pangkalima Yusak dengan rasa tak percaya

"Aku adalah lawan mu hari ini" ujar pangkalima siwara dengan tatapan kosong tanpa ampun.

Tak mau berlama-lama dan tanpa sepatah katapun Mandau itu langsung menyerang pangkalima Yusak beruntung masih dapat ditangkis olehnya. Namun secara Terus menerus Mandau itu masih menyerang sampai pangkalima Yusak sudah terlihat letih dan hampir tak berdaya lagi.

" Kau masih kuat pangkalima" tanya pangkalima kepada pangkalima Yusak.

"Ampun...ampun maafkan aku ucap pangkalima Yusak sambil menangkis serangan Mandau itu.

Tak lama kemudian pangkalima merentangkan tangan ke depan lalu memukulkan tangannya ketanah, seketika itupun Mandaunya jatuh tertancap di tanah..

Pangkalima Yusak yang sudah tak kuat berdiri pun menjatuhkan lututnya ketanah.

Pangkalima dengan percaya diri mendekati pangkalima Yusak.

"Bangunlah pangkalima hari ini aku ampuni kau,tetapi jangan sesekali kau berbuat begitu lagi di depan ku" ucap pangkalima sambil iya menggenggam Mandau yang tertusuk di tanah dan mencabutnya.

Tak mau berkata lagi pangkalima pun kembali kedalam warung itu dan duduk sambil menenangkan sisa-sia amarahnya yang belum redup.

" Siapa sebenarnya kau ini" tanya pangkalima Yusak yang telah berdiri dibantu oleh rombongan.

"Dia adalah pangkalima siwara cucunya pangkalima nek nanggon dari bukit kunyit kampung banying lopuk" jawab wanita setengah tua yang merupakan pemilik warung itu, yang ternyata adalah kerabat dari neneknya pangkalima, yang juga ternyata merupakan murid dari nek nanggon.

Bersambung...

Episodes
1 Perkenalan
2 Pertemuan
3 Tugas Penyelidikan
4 misteri yang belum terungkap
5 Kuasa Iblis
6 persembunyian warga kampung
7 menuju desa Tuluang
8 Perlawanan Terakhir
9 Kekalahan Nek Mundil
10 Dara serunti
11 Masa Lalu keluarga siwara
12 Kebahagian Dara Serunti
13 Mahluk Aneh
14 penculikan dara Serunti oleh Timanggung desa Runung pale
15 pangkalima siwara menjadi pemimpin pasukan
16 Menarik Mundur Pasukan
17 Serangan Mandau Timanggung Suliang
18 Gugurnya Wek Rontek
19 Kematian Timanggung Siluang
20 Berburu
21 Misteri Hutan larangan 1
22 misteri hutan larangan 2
23 misteri hutan larangan 3
24 Misteri hutan larangan 4
25 Misteri hutan larangan 5 kerajaan sungkung pala
26 Misteri hutan larangan 6 Sonarus, pemimpin kesatria tanah merah
27 misteri hutan larangan 7 pertarungan Komang melawan kondo
28 misteri hutan larangan 8
29 misteri hutan larangan 9
30 misteri hutan larangan 10
31 misteri hutan terlarang 11
32 misteri hutan larangan 12
33 misteri hutan larangan 13
34 misteri hutan larangan 14
35 misteri hutan larangan 15
36 misteri hutan larangan 16
37 misteri hutan larangan 17
38 misteri hutan larangan 18
39 misteri hutan larangan 19
40 misteri hutan larangan 20
41 misteri hutan larangan 21
42 misteri hutan larangan 22
43 misteri hutan larangan 23
44 misteri hutan larangan 24
45 misteri hutan larangan 25
46 misteri hutan larangan 26
47 misteri hutan larangan 27 kembali ke dunia manusia
48 tiba didesa runung Pale
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Perkenalan
2
Pertemuan
3
Tugas Penyelidikan
4
misteri yang belum terungkap
5
Kuasa Iblis
6
persembunyian warga kampung
7
menuju desa Tuluang
8
Perlawanan Terakhir
9
Kekalahan Nek Mundil
10
Dara serunti
11
Masa Lalu keluarga siwara
12
Kebahagian Dara Serunti
13
Mahluk Aneh
14
penculikan dara Serunti oleh Timanggung desa Runung pale
15
pangkalima siwara menjadi pemimpin pasukan
16
Menarik Mundur Pasukan
17
Serangan Mandau Timanggung Suliang
18
Gugurnya Wek Rontek
19
Kematian Timanggung Siluang
20
Berburu
21
Misteri Hutan larangan 1
22
misteri hutan larangan 2
23
misteri hutan larangan 3
24
Misteri hutan larangan 4
25
Misteri hutan larangan 5 kerajaan sungkung pala
26
Misteri hutan larangan 6 Sonarus, pemimpin kesatria tanah merah
27
misteri hutan larangan 7 pertarungan Komang melawan kondo
28
misteri hutan larangan 8
29
misteri hutan larangan 9
30
misteri hutan larangan 10
31
misteri hutan terlarang 11
32
misteri hutan larangan 12
33
misteri hutan larangan 13
34
misteri hutan larangan 14
35
misteri hutan larangan 15
36
misteri hutan larangan 16
37
misteri hutan larangan 17
38
misteri hutan larangan 18
39
misteri hutan larangan 19
40
misteri hutan larangan 20
41
misteri hutan larangan 21
42
misteri hutan larangan 22
43
misteri hutan larangan 23
44
misteri hutan larangan 24
45
misteri hutan larangan 25
46
misteri hutan larangan 26
47
misteri hutan larangan 27 kembali ke dunia manusia
48
tiba didesa runung Pale

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!