Pangkalima Mandau Terbang
SINOPSIS
Cerita ini merupakan cerita fiksi yang menceritakan kisah seorang panglima perang suku Dayak bernama siwara, gelar panglima yang iya dapat adalah gelar turun temurun dari keluarganya.
Dalam cerita ini akan memperlihatkan perjuangannya dalam menghadapi banyak peperangan melawan iblis dan musuh-musuh yang ingin menguasai wilayah tempat tinggalnya atau dalam sukunya disebut binua yang dipimpin oleh seorang timanggung bernama juak.
Timanggung juak memiliki dua orang anak satu laki-laki bernama kasut dan seorang gadis bernama dara Serunti, karena kecantikan dan tutur kata yang lembut meskipun memiliki watak keras kepala tetapi hal itulah yang membuat panglima siwara jatuh hati kepada dara Serunti, begitu pula sebaliknya, karena tampan dan gagah juga baik hatinya dara Serunti pun jatuh cinta kepada siwara.
selain memiliki kekuatan fisik panglima siwara juga dijuluki sebagai panglima Mandau terbang, kerena memiliki Mandau terbang warisan dari nenek nya yang bernama nek nanggon, iya sangat ditakuti oleh orang yang pernah iya kalahkan di medan perang. Walaupun tenaga dalamnya belum sempurna tetapi iya terus saja melatih tenaga dalamnya agar lebih mampu mengendalikan Mandau terbang warisan miliknya itu yang memang sangat sulit untuk dikuasai.
......................
EPISODE 1 PANGKALIMA KASUT
Pagi itu matahari baru saja mulai menampakan cahayanya, pelan Namum pasti sinarnya mulai menguasai hampir semua tubuh pegunungan sekitar tak terkecuali rumah pangkalima didesa itu,
Di kejauhan nampak seorang lelaki paruh baya menuju rumah pangkalima, yang memang rumahnya agak jauh dari perkampungan.
Setelah sampai lelaki itu langsung mengetuk pintu rumah itu.
Tok...tok...tok
"siwara !"
pak gamok mengetuk pintu rumah, sesekali iya memanggil nama siwara.
"Pangkalima siwara !"
panggil lelaki separuh baya itu dengan rasa cemas dan sangat ketakutan.
Beberapa saat kemudian keluarlah siwara dengan badan yang besar dan tinggi terlihat sangat gagah.
"Iya ada apa, dan kenapa kau terlihat cemas ?"tanya siwara kepada pria paruh baya yang memang iya kenali itu.
"Ka...ka...ka.."
karena rasa cemas dan takut iya berusaha menjelaskan dengan terbata-bata apa maksud dan tujuan kedatangan kepada siwara.
"Kaka apa bicaralah dengan jelas !"
ucap pangkalima siwara memotong apa yang hendak dikatakan oleh pak gamok kepadanya,
Pak gamok pun terdiam sejenak sembari menarik nafasnya agar sedikit tenang.
"Anu, kampung kita diserang oleh seseorang, dan aku tidak mengenalnya."
Ucap pak gamok dengan nada suara yang tiba-tiba sangat lantang, sembari menatap dilantai tanah rumah pangkalima
"siapa yang menyerang kampung ?"
pangkalima bertanya-tanya pada dirinya sendiri, sampai kemudian iya teringat akan seseorang yang sangat membenci.
"Sialan ini pasti ulahnya kasut !"
langsung terpikirkan didalam benaknya bahwa yang melakukan penyerangan itu pasti pangkalima kasut dan anak buahnya, namun iya masih terlihat tenang dan nampak tak terlalu memikirkan hal itu....
"sebaiknya kau kembali, aku akan menyusul mu, biarkan aku bersiap-siap terlebih dahulu."
"Baiklah aku akan kembali sekarang juga." sahut pak gamok.
pangkalima siwara langsung masuk kedalam rumahnya dan keluar dengan membawa peralatan, seperti sumpit dan Mandau yang terlihat biasa-biasa saja
karena tak ingin membuat warga kampung menunggu lama kedatangannya, iya menggunakan kekuatan burung barenyah, dan langkahnya dimulai dengan satu lompatan tinggi yang langsung membawanya kepuncak bukit didepannya.
sementara itu kasut yang memang telah menantikan kedatangan siwara mulai tak sabar untuk bertemu dengan orang yang telah menjadi saingan itu.
"Dimana pangkalima siwara ?"
tanya kasut dengan nada kasar dan sangat menakutkan ditambah lagi badannya yang besar dan tinggi membuat warga kampung semakin merasakan ketakutan dan rasa cemas yang begitu dalam.
"Maaf, pangkalima, tapi kami sungguh-sungguh tidak tahu dimana pangkalima siwara saat ini."
jawab salah seorang lelaki dengan wajah takut.
"Jika dia berani muncul dihadapan ku, akan ku penggal kepalanya hari ini !"
ucap kasut dengan nada sombong dan sangat percaya diri.
"Aku disini, tepat di belakangmu."
sahut siwara yang sudah berada dikampung dengan cepat karena kekuatan burung Barenyah yang iya miliki, kampung itu terasa sangat dekat dan tidak membutuhkan waktu lama untuk seorang siwara menempuhnya, meskipun jika dilakukan oleh orang biasa akan menempuh waktu hampir 2 jam agar bisa sampai dikampung itu
"Apa yang kau lakukan ini kasut, tidakkah kau malu dengan sikapmu ini, ingatlah kasut kau adalah seorang anak dari timanggung di binua ini."
karena merasa jengkel, pangkalima siwara langsung menyudutkan kasut.
"Oh...berani juga kau menampakan batang hidungmu pangkalima, sudah tak sayang ternyata kau dengan kepalamu dan wajah tampan mu itu."
ucap kasut dengan rasa sombong dan dan sangat percaya diri.
"Apa yang kau inginkan dariku sampai kau tega melibatkan penduduk dikampung ini ?"
tanya pangkalima siwara sembari melihat orang-orang yang berlutut tunduk dengan rasa takut yang luar biasa.
"Tentu saja jabatan yang seharusnya menjadi milikku dan kau telah merebutnya dari ku."
"mengapa kau sangat menginginkan jabatan itu, aku bahkan tak pernah memikirkannya."
" Tentu saja karena aku lebih pantas menduduki jabatan itu."
"Lantas apakah begini caramu memintanya padaku ?"
Tanya pangkalima dengan senyum kecilnya yang khas.
"Bagiku ini adalah cara paling tepat yang harus aku pilih, ini adalah budaya kita, Siapa yang kuat dia yang akan mendapatkan."
karena merasa dipermainkan, kasut menjelaskan tata cara hidup di binua tempat mereka berpijak sekarang.
Pangkalima siwara menghela nafasnya kemudian mencoba mendekati kasut dengan perlahan, dengan harapan tak ada pertarungan, dan tak ada yang mati hari ini.
"Jangan mendekat !"
ucap kasut menghentikan langkah siwara yang mencoba mendekatinya untuk berbicara lebih dekat dengannya.
Karena merasa terancam iya lantas memerintahkan anak buahnya untuk mengepung siwara,
Sambil iya mendekati seorang gadis desa lalu memeluknya dan menempelkan mata mandaunya dileher gadis itu.
"Apa lagi yg kau lakukan kasut, bukanya kau ingin melawanku lalu kenapa kau jadi penakut sekarang"
pangkalima siwara semakin merasa jengkel kepada kasut, karena kesal iya menarik keluar mandau miliknya.
"Sial ternyata dia membawa Mandau itu." ucap kasut dalam benaknya kini iya mulai menyadari siapa lawannya sebenarnya.
Iya tahu akan kehebatan Mandau itu yang merupakan Mandau warisan dari nek nanggon yang merupakan tetua yang tak terkalahkan didesa itu pada zaman dulu.
"Mengapa kau terlihat bingung, cepat lepaskan gadis itu dan aku akan mengampuni !"
kali ini siwara tak lagi bermain-main menghadapi kasut,
Mendengar ucapan siwara anak buah kasut pun merasa ketakutan dan pergi meninggalkan kampung itu, dan sekarang hanya menyisakan kasut seorang diri.
"Baiklah, hari ini aku mengakui kekalahan ku, tapi lain kali kau akan bertekuk lutut di hadapanku."
Ucap kasut sambil berlari meninggalkan kampung itu, kepergian kasut disambut dengan senyuman kecil olehnya.
"Kembalilah ke rumah kalian masing-masing" kata pangkalima kepada semua orang yang masih berlutut dihadapannya.
karena sudah merasa aman semua nya pun berdiri dan meninggalkan tempat itu dengan rasa bahagia.
"Apakah kau baik-baik saja"? Tanya pak gamok yang baru saja sampai ditempat itu kejadian.
"Iya aku baik-baik saja, pergilah pulang dan lakukan tugas sehari-harimu." Ucap pangkalima meyakinkan pak gamok.
"Bolehkah aku menemanimu kembali ke bukit kunyit bila kau izinkan aku akan menyiapkan perbekalan kita." ujar pak gamok.
"Baiklah kau boleh menemaniku pulang" jawab siwara yang merasa tenaga dalamnya sudah hampir habis setelah menggunakan kekuatan burung Barenyah.
Merekapun berangkat untuk kembali pulang ditempat kediaman pangkalima yang akan memakan waktu kurang lebih 2 jam, kediaman itu letaknya tepat di bukit kunyit yang terkenal sangat angker dan berbahaya karena banyak binatang buas dan iblis yang haus akan darah.
Ditengah perjalanan tiba-tiba pangkalima berhenti.
"Ada apa pangkalima ?" Tanya pak gamok
"diamlah ada yang sedang memata-matai kita" ucap pangkalima.
Tak lama kemudian tiba-tiba melintas bayangan gelap yang menutupi jalan.
"Keluarlah dan tunjukan wajahmu iblis" ujar pangkalima kepada bayangan itu.
"masih ingatkah kau padaku wahai pangkalima siwara? Tanya bayangan itu sambil terbatuk-batuk.
"Kau rupanya nek beronkg, apa maksudmu menghalangi jalan kami ?" Tanya pangkalima kepada nek beronkg.
"Apa kau lupa tadi kau telah melukai hati kerabat baikku ?" Tanya nek beronkg.
"Tak ada maksudku untuk melukai hati kerabat mu itu, tapi dia yang menantang ku" jelas pangkalima kepada nek beronkg.
"Kalau begitu kau harus melawanku malam ini" ucap nek beronkg.
"Aku tak ingin bertarung denganmu nek beronkg pergilah kau dari hadapanku" ujar pangkalima.
"Hehehehe.. apa kau takut melawanku pangkalima?" Ucap nek beronkg sambil tertawa keras
"Baiklah aku terima apa kau inginkan, tapi sebelum itu tunjukan dulu wajah aslimu". Ucap pangkalima sembari menyuruh nek beronkg menunjukan jati dirinya.
"Baiklah akan ku perlihatkan wajah asliku" jawab nek beronkg dengan rasa tak sabar ingin berhadapan melawan pangkalima.
Tak lama kemudian bayangan hitam itu semakin mengecil dan berubah bentuk menjadi sesosok manusia berkepala burung hantu berpakaian serba hitam yang sangat menyeramkan.
"menjauh dari sini pak gamok, aku terpaksa harus bertarung melawan iblis ini."
"Baiklah pangkalima" ucap pak gamok sambil berjalan mundur, dengan rasa takut pak gamok berlari menuju sebatang pohon besar lalu berdiri disitu sambil melihat mereka bersiap untuk bertarung.
Merekapun saling menyerang, dan sesekali mereka berteriak,
Tak lama mereka beradu tenaga dalam dan keduanya terpental diwilayahnya masing-masing.
"Ternyata iblis ini hebat juga " kata pangkalima sambil mengatur nafasnya.
Begitupun nek beronkg
"sebagai keturunan panglima kekuatannya memang tidak diragukan, ternyata kekuatannya memang hebat"
ucap nek beronkg dalam pikiran nya yang juga merasakan kehebatan pangkalima.
Merasa letih saling jual beli serangan keduanya memutuskan untuk mengakhiri pertarungan dengan menggeluarkan jurus andalan mereka masing-masing.
Pangkalima sudah siap dan mengeluarkan mandaunya dari sarangnya.
"Kau sudah siap nek beronkg ?" tanya pangkalima...
Tiba-tiba nek beronkg mengembalikan tenaga dalamnya lalu pergi tanpa sepatah katapun.
Pangkalima sedikit heran dengan apa yang terjadi padanya saat itu melihat nek beronkg yang begitu hebat tiba-tiba lari meninggalkan pertarungan.
"Pangkalima kenapa dia pergi" tanya pak gamok. "Entahlah" jawab pangkalima.
"Mari kita lanjutkan perjalanan" kata pangkalima kepada pak gamok
"Baik pangkalima" sahut pak gamok dengan girang.
Setelah lama menempuh perjalan merekapun sampai ditempat kediaman pangkalima.
"Kau akan kembali ke kampung atau bermalam disini pak gamok" tanya pangkalima,
"Aku bermalam saja, mana berani aku pulang sendirian" ujar pak gamok...
Pangkalima hanya tersenyum kecil sambil mempersilahkan pak gamok masuk kerumahnya. Karena sangat letih merekapun langsung tertidur dengan nyenyak.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Boni Fasius
lanjut tor
2023-01-26
0
Nana Shin
kamu irang mana?
2022-12-15
0
Boni Fasius
iya kak, namun agak sedikit berbeda kak, gelar pangkalima itu bisa turun menurun, sampai ke anak cucu.
2022-11-15
1