Bab 4

Apa jadinya kalau Rara tau yang sebenarnya..." ucap Mirna sambil terus mengendarai sepeda motornya. Rasa cinta sahabatnya kepada suaminya itu membuat Mirna tidak sanggup mengungkap kebanaran. "Sudahlah, biarkan saja bikin pusing" 

Di lain sisi Erwin tengah menuju sebuah tempat. Sebelumnya dia mempir ke toko bunga langganannya. Dia membeli seikat bunga mawar putih yang sangat cantik dan harum, di susun begitu rapih dan indah di pandang "Makasih mas Erwin sering sering beli bunga di sini ya" Ucap seorang pedagang bunga itu. Sudah lama Erwin berlangganan bunga di toko itu sampai keduanya begitu akrap. 

"Tentu saja, nih kembalinya ambil saja" ucap Erwin sembari memberikan beberapa lembar uang. Setiap kali Erwin membeli bunga di tempat itu pasti dia membayar dengan uang lebih. 

"Thank you bos. Semoga istrinya suka" Lantang Penjual bunga itu saat Erwin meninggalkan tempat. Erwin tidak menjawabnya hanya menjentikkan jari jempolnya lalu masuk kembali ke dalam mobil.

"Pasti dia akan senang sekali" nampak senyum indah merekah di sedut bibirnya. Setelah beberapa jam kemudian sampailah dia di sebuah rumah minimalis. Sebelum dia turun dari mobil tak lupa merapihkan pakaiannya dan membawa bunga tersebut. 

Tok tok...

Dia mengetuk pintu kayu dan tidak lama kemudian keluarlah seorang gadis muda dengan melebarkan senyum "Akhirnya kamu datang juga" di peluklah Erwin lalu membawanya masuk ke dalam rumah.

Berulang kali Rara menghubungi suaminya tapi tidak ada respon sama sekali "Mas Erwin kemana sih? Kok susah banget di hubungi" Rara penik saat suaminya tidak menjawab telepon, bahkan puluhan pesan singkat yang ia kirimkan tidak ada jawaban sama sekali. "Jangan jangan terjadi sesuatu sama mas Erwin...." kepanikan mulai membuatnya gelisah sampai langkah kakinya tidak mau berhenti di satu tempat.

"Mending aku telepon kantornya saja" Rara bergegas menghubungi kantor tempat suaminya bekerja.

"Halo saya Niara istri dari pak Erwin, saya mau tanya apakah suami saya sudah sampai di bandung?" Tanya Rara.

"Sebelumnya saya minta maaf, bu. Bukankah bapak Erwin masih ambil cuti sebelun penuh ya?"

Jawaban itu membuat Rara membatu, ponselnya jatuh "Halo bu, ibu, halo" setelah tidak mendapatkan jawaban panggilan pun terputus.

"Mas Erwin membohongi ku..." air mata Rara meloloskan diri. Kakinya melemas dan ia pun terduduk di lantai.

Tidak berapa lama datanglah lagi Mirna, dia meninggalkan tasnya di ruang tamu Rara. "Rara kamu kenapa?" Mirna berlari ke arah Rara.

Isak tangis Rara kian menggema "Ra ada apa? Jawab dulu jangam nangis begitu" meraih kedua tangan lemas Rara membawanya duduk di kursi ruang tamu. 

"Rara jangan nangis begitu dong, bilang dulu ada apa? Jangan buat aku bingun kaya gini" ucap Mirna sambil menyeka air mata sahabatnya itu. Badan Rara terasa sangat dingin, tangannya lemas, dan tatapan matanya kosong. Mirna bingung gerangan apa yang terjadi sampai membuat sahabatnya jadi seperti itu. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka berpisah dan Rara masih baik baik saja. Tapi, sekarang dia melihat hal sebaliknya dari Rara.

"Mas Erwin Mir....hik hik hik" isak tangisnya kembali pecah sampai Mirna sendiri bingung apa yang terjadi kepada Erwin sampai Rara menangis seperti ini. Mirna mencoba menenangkan diri Rara sejenak dengan memberinya pelukan layaknya seorang sahabat. Setelah isak tangis Rara berkurang barulah Mirna menatap mata sembab Rara "Kenapa dengan Erwin? Ada apa katakan jangan nangis terus" 

"Mas Erwin bohong sama aku Mir, dia bilang ada kerjaan di Bandung tapi barusan aku telepon kantornya tapi mas Erwin masih ambil cuti sebulan penuh. Dia milqi tidak jujur padaku Mir" ujarnya dengan derai air mata.

Mirna memicingkan mata, dia sudah curiga sebelumnya. Dia juga tidak terima jika sahabatnya di sakiti seperti itu "Tidak usah khawatir mungkin dia sedang kerja di tempat lain, jangan langsung ambil keputusan begitu saja. Lebih baik tunggu sampai dia menjelaskan. Kamu tenang dulu jangan berpikiran macam macam" Mencoba menenangkan hati sahabatnya. 

Rara merasakan sesak di bagian dada karena merasa kecewa berat. Tidak lama kemudian ponselnya berdering "Suami kamu" Mirna memberikan ponsel milik Rara yang tergrletak di lantai, dari kejauhan sudah teelihat nama tertera di layar ponsel itu.

"Nggak aku mau angkat telepon itu, biarin aja" 

Mirna menyentuh lengan Rara "Jangan marah dulu, mending kamu beri dia waktu buat jelasin." Sebenarnya Mirna menahan kesal dalam hati, sebab ia tau apa yang tidak di ketahui Rara.

Sebelumnya Rara menatap mata Mirna, dan di balas anggukan kepala.

"Halo...." ucap Rara.

"Sayang maaf tadi mas masih dalam perjalanan. Oh iya kamu lagi ngapain?" 

"Nggak apa apa kok" 

Erwin merasa curiga dengan gaya bicara Rara. Dia pun memberi kode pada gadis do sebelahnya untuk pergi sejenak.

Cup...

Si gadis itu mengecup pipi Erwin sambil mengedipkan mata "Love you sayang" ucap gadis itu dengan bahasa bibir, di balas cium jauh oleh Erwin. 

"Kamu lagi sama siapa mas?" Untung saja Erwin sudah siaga sebelum petaka melanda. 

"Sama siapa lagi, sendiri lah sayang. Ini aja mas capek banget sampai belum sempat makan" jelasnya sambil mengalihkan telepon whatsapp menjadi video call. Karena masih sangat kecewa Rara tak ingin melihat wajah suaminya. "Kok nggak di angkat sih yang? Mas kangen pengen lihat wajah cantik istri mas ini deh"

Mendengar setiap rayuan yang keluar dari mulut Erwin membuat Mirna membuang wajah sambil menjulurkan lidah "Huekkkk....dasar buaya" 

"Udah dulu ya mas aku mau mandi" Rara mematikan panggilan telepon darinya secara sepihak.

Terpopuler

Comments

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

ternyata Erwin udah gk bener ini ,mulut mu manis sekali Erwin

2022-10-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!