Dari Hati Ke Hati

Aku ga up beberapa hari ini karena keseeeel banget. Aku dah nulis panjang ya kan, trus ilang. Lemes bestiiiii.

😎😎😎😎😎😎😎😎

Lanjut!

Mama Gea akan dipindahkan ke ruangan yang sama dengan Rana, putrinya. Erick membantunya bersiap.

"Ma, kita akan bertemu Rana. Kenapa muka Mama sedih begini?" lihatlah tatapan polosnya yang begitu tulus, Gea dibuat bergetar dalam perasaan haru. Erick sungguh pria spesial, mampu mengubah cara pandang seorang Gea, ibu mertua yang pernah begitu tega memperalatnya.

"Ma, apa ada yang sakit?" Erick begitu perhatian, semakin membuat hati Gea merasa terpukul.

"Rick, apa kamu benar-benar akan menyayangi Rana?" Gea menggapai tangan Erick yang berdiri di dekatnya.

Apa yang telah terjadi dengan Gea? Bukankah sebelumnya ia sangat murka terhadap menantunya, bahkan ia telah menyebut tentang perpisahan untuk keduanya.

Apakah kemarahan Gea sungguh telah luluh karena perhatian Erick padaya yang begitu tulus? Mungkin saja iya. Dalam hati kecilnya, wanita ini pun diam-diam menyadari kesalahannya.

Pasca meluapkan emosinya pada Erick dan Megan, kemarahan tak lagi menguasainya, melainkah tertuduh dengan perasaan bersalah ketika ia merenungi semuanya itu.

Gea telah mantap berdamai dengan Erick. ia ingin memulai hubungan yang baik dengan menantunya. Lupakan tentang harta sebagai keuntungan dari hubungan ini, Gea akhirnya menyadari satu hal. Erick sangat tulus terhadap Terana.

Menurut Gea, Erick adalah orang yang benar-benar bisa mencintai putrinya tanpa alasan. Terana tidak boleh kehilangan pria baik seperti ini. Mau sampai ke ujung dunia manapun, belum tentu Terana mendapatkan pria yang luar biasa dari pada Erick. Terana yang hanyalah seorang wanita malang apa adanya, hanya Erick-lah yang mampu berbesar hati menerimanya.

"Tentu, Ma. Tenang, aja, jangan banyak pikir." Erick membalas genggaman tangan mama Gea dengan mengusap punggung tangan wanita itu yang terasa begitu dingin.

"Apa itu akan berlaku selamanya? Bahkan ketika dia membuatmu kecewa suatu hari nanti? Rick, yang namanya pasangan, akan ada saja hal yang mewarnai kehidupan kalian. Tapi ... apapun itu, tolong jangan pernah tinggalkan Terana. Apa Kau bersedia?"

Pertanyaan ini, sedikit membuat Erick terlihat bertanya dalam hati. Tapi dia dengan tenang tersenyum lalu mengangguk.

"Aku janji, Ma. Aku tidak akan lagi mengulang kebodohanku. Aku tidak akan lagi memulangkan Rana. Tapi ... seperti yang aku bilang ke Mama, Terana sudah melayangkan surat cerai. Ini membuatku tidak bisa tidur tenang. Padahal aku hanya minta supaya dia dan aku sama-sama memperbaiki diri dan perasaan, bukan mengurus perceraian." dengan wajah polos alaminya itu ia kembali mengadukan tentang Terana yang ingin menceraikannya.

*Tapi saat itu aku memang bilang, kalau hati kami masih sama maka kami akan lanjut. Astaga, sumpah aku hanya mengancamnya saat itu. Karena aku tahu, dia sangat tergila-gila padaku. Tapi hanya dalam dua bulan dia berbalik menghabisiku dengan perceraian. Sepertinya aku salah memahami dia. Akulah yang tergila-gila padanya, bukan sebaliknya. Kalau saja aku tahu dia seberani ini.  *

"Mama harus cepat sehat dan bantu aku untuk bujuk Rana. Jangan sampai dia berhasil ceraikan aku. Mama bisa kerjasama, kan?"

Mama Gea mengembangkan senyum. Ia pun setuju akan membujuk Rana. Ini bukan hanya untuk Erick, tapi demi Terana sendiri.  *Aku baru menyadari, bahwa pria ini benar-benar kebahagiaan putriku. Membayangkan mereka berdua hidup bersama dengan bahagia ternyata jauh lebih membahagiaan dari pada harta semu yang aku incar darinya selama ini. Dia-lah harta berharga yang sesungghnya. Tidak salah bila Megan sangat menyayanginya seperti miliknya sendiri.  *

.

Masuk ke ruang perawatan yang ditempati Terana. Rana tengah tertidur pulas.

Tiga puluh menit lamanya, Gea terhanyut dalam diam menatap putrinya. Ia berbaring menyamping.

Terlihat Rana mulai bergerak gelisah. Putrinya itu perlahan membuka mata.

Rana mengerjap beberapa kali saat sadar keberadaan sang mama. Ia langsung percaya bahwa ibunya juga sama, saat ini sebagai seorang pasien, terlihat dari tali infush dan seragam pasien yang menempel padanya.

Terbangun karena hendak membuang air kecil, Rana turun perlahan dari tempatnya.

"Ran, perlu mama bantu, Nak?" khawatir, Gea bahkan hendak menghubungi Erick yang pasti akan segera muncul saat dipanggil.

"Jangan berlebihan lah, aku bisa sendiri." benar, Terana masih bersikap dingin.

Tak lama berselang, Rana kembali ke pembaringannya. "Jadi Mama beneran sakit?" tanyanya, malas.

Gea menggeleng. "Mama ga sakit lagi setelah lihat kamu. Ran, maafkan mama sayang." Dari tempatnya berbaring, Gea mengulurkan tangannya. Rana menyambut tangan ibunya setelah tertegun beberapa saat, kini mereka saling berpegang tangan.

"Maafin Rana juga ya, Ma." air mata keduanya tampak mengalir keluar. Meski keras bersikap dingin, namun sisi lembutnya akan mudah untuk keluar jika memikirkan tentang mama.

"Sayang, mama turut berduka atas apa yang kamu alami."

Rana mengangguk, hanya mengangguk. Ia memberi senyum manisnya pada sang mama.

"Kamu harus tetap kuat. Akan ada penggantinya lagi, bakal cucu mama itu."

Masih dengan senyuman yang sama, namun raut kesedihan tergambar jelas di wajah cantik Rana.

"Ma, apa benar aku boleh melukis?" Rana beralih membahas hal lain.

Gea mengangguk ringan. "Boleh sayang, kamu boleh lakukan apapun yang kamu inginkan."

"Thanks, Ma." Rana merasa lega, akhirnya dirinya boleh melukis sesukanya tanpa perasaan tidak nyaman.

"Sayang, setelah ini, kamu akan benar-benar pergi dengan suamimu. Mulailah hidup baru disana dengan melakukan semua yang kamu inginkan. Kamu harus bahagia ya," Gea memulai maksudnya, ingin membuktikan pada Erick bahwa ia bisa membujuk Rana.

"Ma, gimana mungkin aku bisa pergi dengan dia? Bertemu dia aja aku merasa sangat malu."

"Ran, kamu jangan ungkit masa itu lagi. Jangan membangun benteng kesedihan di hatimu. Hidup bahagia dengan orang yang kamu cintai, itu saja."

"Tapi gimana kalau suatu saat dia tahu, Ma? Dia akan tahu kenyataan itu, aku takut, Ma. Saat dia tahu dan dia berubah, bahkan bisa saja dia kembali meninggalkan aku. Aku tidak mau sakit hati itu datang lagi."

"Rana, kalau orang sudah sayang, cinta, dia gak akan meninggalkan kita dengan alasan apapun. Gak akan peduli dengan masalalu terburuk sekalipun. Dan kamu, jangan pernah ceritakan masa lalumu kepada orang lain. Rahasiakan itu. Hanya dengan begitu kamu akan merasa aman. Lupakan itu, karena memang masa itu tidak ada diingatanmu. Kau paham?" berusaha terus meyakinkan putrinya, Gea dengan tegas meminta Rana untuk berhenti menakuti hati dan pikirannya sendiri.

Rana kembali menggeleng dengan wajah sedihnya. "Aku gak bisa, Ma. Aku gak bisa. Lebih baik untukku mengakhiri pernikahan ini. Aku sama sekali tidak pantas untuk dia. Ma ... aku akan menganggap pernikahan kami hanya sebuah kesalahan."

"Tapi kamu cinta dia, Ran! Itu yang harus kau ingat! Mama ingin kamu bersama dia. Mama sudah bantu kamu dapatkan dia, mama gak terima kamu menyerah sampai disini."

"Kenapa? Karena dia putranya tante Megan?" tatapan sendunya menatap dalam mata ibunya. Rana ingin menemukan keegoisan dan kelicikan disana, namun tidak ia temukan. Hanya ada tatapan tulus untuknya.

"Mama ga peduli lagi dengan tujuan awal kita. Yang mama pentingkan sekarang hanya kamu. Cuma kamu yang mama punya, Rana."

Pengakuan macam apa ini? Rana sangat mengenal ibunya. Ia bukanlah manusia yang mudah patah arang. Rana tidak tahu apa yang telah menimpa ibunya sampai berani mengubah tujuan utamanya, pecinta uang, harta dan kekuasaan. Impian wanita ini adalah ingin menyamai tingkat seorang ratu terhormat. Haruskah Rana mempercayainya?

Oh, mempercayai perubahan sikap mama tidaklah lebih penting. Yang terpenting bagi Rana saat ini adalah tidak ingin lagi melihat sosok Erick Erlangga.

.

.

Kediaman Morgan - Megan.

Sudah jauh malam tapi Megan terus bergerak gelisah, tidak bisa memjamkan mata.

"Apa lagi yang mengganggumu, sayang? Kau terus bergerak dan itu mengganggu istirahatku." Morgan meraih pinggang istrinya, menyalurkan ketenangan.

"Sayang, Terana mau menceraikan Erick kita."

"Oh, jadi itu yang mengganggumu?"

"Emmm."

"Mungkin dia hanya ngancam. Katamu Rana menggilai anak kita. Jadi rasanya tidak masuk akal kalau dia serius." begitu entengnya respon Morgan.

"Iya, awalnya memang begitu. Tapi sepertinya dia sangat serius."

"Mungkin karena faktor janin mereka gagal. Dia jadi merasa bersalah. Paling besok mereka bisa baikan."

"Tidak, Morgan. Aku rasa ... Terana menyimpan beban lain di hatinya. Aku merasa dia sedang berusaha menutupi sesuatu dengan cara menghindari Erick."

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Biarkan mereka selesaikan masalah rumah tangga mereka. Kau sendiri percaya kan kalau Erick sudah dewasa." Morgan lebih memilih cuek, sedang Megan ketakutan memikirkan bagaimana kalau sampai perpisahan terjadi, Megan tau betul kalau Erick tidak ingin kehilangan istrinya.

.

.

Abisssss

Terpopuler

Comments

Riyas Warman

Riyas Warman

abisssss 😔😅😅🤭 tetap semngat Thor jangan menyerah hilang nulis lagi ingat pembaca mu yang setia menunggu 😔 karya mu 💪💪💪pokoknya 😊😊

2022-11-23

0

saudara bahagia ,tutik kinan

saudara bahagia ,tutik kinan

seriusan kak
😭

2022-11-23

2

anja

anja

tetep semangat Thor💪💪💪

2022-11-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!