Bunda Megan - Rana

Terana terbangun, samar-samar terlihat wajah Erick Erlangga saat membuka mata. Erick sedang duduk di sofa yang berada di ruangan yang sama dengannya.

Aku berharap ini hanya mimpi. Semakin menajamkan pandangan, sosok Erick kian terlihat jelas. Pria itu sepertinya sedang fokus mengerjakan sesuatu, sampai tidak sadar bahwa Terana sudah terbangun.

Aku tidak pernah berharap akan melihat wajahmu saat aku terbangun. Wajah polosmu yang menyimpan ketulusan yang dalam, aku sama sekali tidak pantas mendapatkannya.

Terana mengalihkan pandangan, tidak ingin terus menatap Erick.

Pintu terbuka. seorang petugas wanita masuk lalu menyapa Rana, Pasien yang kini telah bangun. "Permisi, apa ada keluhan?"

Erick meninggalkan pekerjaannya setelah mendengar Rana telah bangun. Ia ikut menghampiri Rana.

Rana terlihat masih agak linglung, namun itu normal untuk seseorang yang baru saja siuman. Ia hanya menggeleng saat ditanya adakah keluhan seperti pusing, mual atau gejala lainnya.

Sang petugas itu pun kembali pergi setelah memeriksakan kondisi Rana.

"Istirahatlah, ada aku disini menemani kamu." Seolah tak ada yang terjadi, Erick berlagak santai, tenang, penuh perhatian.

"Kenapa Kau disini? Apa Kau sudah tandatangani dokumen yang aku kirimkan?" Rana membalas dengan nada tenang pula.

Erick tak menyangka begitu bangun Rana akan langsung membahas tentang dokumen perceraian. Tak ada lagi tatapan berbinar dengan nada manja seperti biasanya saat bicara dengan Erick Erlangga.

"Kenapa masih nanya? Aku menjaga istriku yang sedang sakit. Lagi pula ... aku sudah mencarimu kemana-mana." Erick sama sekali tidak merespon tentang tandatangan dokumen yang Rana tanyakan. Ia semakin mendekat

Hendak menyentuh tangan Rana, tapi dari bahasa tubuh yang terbaca, Rana menolak untuk disentuh olehnya. Erick memaklumi ini dan berusaha menahan diri.

"Ran, sorry ya," akhirnya memilih keluarkan permintaan maaf.

Rana tersenyum tipis, "Tidak perlu minta maaf, kau tidak bersalah dalam hal apapun. Akulah yang harus minta maaf." Meski berusaha tetap terlihat tegar, tapi hati tak bisa dibohongi. Rasanya sangat sedih mengingat semua yang sudah terjadi, terlebih lagi menyadari akan siapa dirinya, yang hanya seorang wanita dengan masa silam yang penuh rahasia kepahitan.

"Terana," Megan muncul, memecah keheningan yang terjadi. Mendekat, langsung menyentuh tangan Rana. "Rana, apa kamu oke, sayang?"

"Iya, tante."

"Hei, sejak kapan mamanya suami boleh dipanggil tante?"

Rana kembali memberi senyum kecilnya. "Kami akan segera berpisah, tante. Aku baru sadar, rupanya ... Aku tidak benar-benar meginginkan Kak Erick." tepat dihadapan orangnya langsung, Rana begitu tega mengakui hal tak menyenangkan ini.

"Rick, bisa tinggalkan bunda dengan Rana berdua saja?" permintaan kecil ibunya dipasrahkan oleh Erick, ia pun keluar.

Megan mengelus kepala Rana, menunjukkan perhatian seorang ibu yang menyayangi putrinya. Megan menangis sambil menggeleng. "Gak gitu, sayang. Erick adalah hidupmu. Mama tahu kamu sayang dia. Begini, kamu baru aja bangun. Mungkin kamu butuh istirahat lebih. oke,"

Terana merasa terharu. Baginya ini terasa seperti mimpi melihat Megan bersikap sebersahabat ini padanya. Wanita ini bahkan terhanyut dalam kesedihan mendalam, hanya untuk seorang Terana yang tidak berarti.

"Rana sayang, maaf atas sikap bunda yang selama ini jahat padamu. Bunda terus meragukan kesungguhan hatimu terhadap Erick." megan benar-benar masih menangis.

Rana tidak mengerti kenapa tante Megan bisa menangisi dirinya sampai sebegini, yang jelas membuatnya tersentuh.

"Kamu pasti sangat sedih, kamu harus menjalani banyak hal sendirian, kamu pasti kebingungan dan tidak ada yang mendampingimu."

*O ... jadi aku terlihat begitu kasihan? Ya, aku memang menyedihkan.  *

Rana kemudian terpaku sejenak saat menatap tangannya yang terus mendapatkan kehangatan dari jemari tante Megan.ia baru menyadari, cincin pernikahan yang sudah ia tanggalkan, kenapa kembali melingkar di jarinya.

Rana kemudian melepas itu, "aku ... tidak perlu lagi memakai ini." ia letakkan kedalam kepalan tante megan.

"Ran, kamu baru aja bangun. Jangan bahas itu dulu ya, kamu sembuh dulu, sehat dulu, baru kita pulang dan selesaikan semua masalah oke,"

"Tidak perlu tante, kami bercerai maka semua masalah akan selesai. Aku kembalikan suamiku ke tempat seharusnya."

"Rana, jangan bicara begitu, sayang."

"Kak Erick itu, sesuatu yang sangat besar yang bahkan tidak boleh aku impikan. Maafkan aku Tante, aku seharusnya tidak datang menggoda dia malam itu." Terana ikut menangis.

"Rana, jangan berpikir begitu, sayang. Kalian berdua memang ditakdirkan bersama."

Rana menggeleng tegas. "Dia pantas dapatkan istri yang jauh lebih baik dari aku. Tante Megan, keluarlah dan bawa dia pergi, jangan datangi aku lagi. Aku sangat malu bertemu dia. Aku mohon."

Keduanya masih menangis. Menangis dengan perasaan sedih dihati masing-masing.

Sesuatu yang salah ataupun kesalahan memang mungkin telah terjadi. Tapi bagi Megan, Rana bukan orang yang boleh minder akan nasibnya. Hati istri mana yang tidak hancur saat ditinggalkan tiba-tiba oleh suami yang bahkan baru dinikahi selama tiga hari. Megan mengerti jika Rana mungkin saja marah, sedih dan sakit hati.

"Rana, bukalah pintu maaf seluas-luasnya, percaya bahwa kau akan mendapatkan cinta yang sesungguhnya dari suamimu setelah ini." Megan sangat berharap terana dapat mempercayainya. "Bunda akan keluar, tapi bunda tidak janji membawa pergi suamimu. Oia, jangan menangis lagi, ya, istirahatlah, bunda akan bilang ke Erick supaya tidak mengganggumu."

Megan pergi setelah menyapu kering airmatanya.

Aku tidak menyangka, Rana semudah itu menyebut perceraian dengan putraku. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.

......................

Erick mengunjungu mama Gea, setelah bunda memintanya untuk tidak mengganggu Rana yang butuh banyak istirahat dan tidak boleh stress. Gea sedang duduk termenung sendirian.

"Ma, gimana kondisi mama?"

Gea menoleh. Ia tersenyum kecil. Erick merasa lega melihatnya bisa tersenyum.

"Rana-ku, dimana dia?"

"Ma, Rana ... dia juga berada di rumah sakit ini. Ada sedikit masalah jadi dia harus dirawat."

Mendengar jawaban Erick malah membuat Gea menangis. Erick mendekapnya memberi ketenangan.

"Ranaku, Erick, aku ingin bersama Rana-ku."

"Baik Ma, tapi Mama harus pulih dulu."

Gea berkeras. ia merengek seperti bayi memina untuk dipindahkan ke ruang yang sama dengan Rana. Erick pun hanya bisa menurutinya dan menjelaskan hal ini kepada pihak petugas medis.

Beralih ke Rana.

Wajahnya kembali ceria karena kini ia ditemani oleh sahabat kesayangannya. Okelah, Ezra memang sedikit salah telah membocorkan tentang dirinya pada pria itu, tapi ya sudahlah, Rana tidak peduli dan itu tidak berpengarus untuk dirinya.

Ezra dengan terampil membelah dan memotong buah pear yang baru saja ia bawakan untuk dinikmati bersama Rana.

"Waaw! Hebat!" puji Rana, menyaksikan betapa terampilnya Ezra mengurus makanan, sementara dirinya hanya mampu menyeduh mie instan dengan air panas.

"Ran, gimana komunikasi dengan suamimu? Apa kalian berdua sudah bicara lagi?" tanya Ezra kemudian.

"Jangan bahas orang lain dalam pembicaraan kita."

.

.

Abis besti...

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

kamu baik kan thor?

2022-11-23

2

Tustiawati Brebes

Tustiawati Brebes

part penuh bawang hiksss

2022-11-22

1

Grendly Sinciho

Grendly Sinciho

kopi mendarat

2022-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!