Erick Erlangga.
Pria itu menyetir dalam keadaan sedikit panik menuju tempat tinggal mama Gea. Bukan tanpa sebab, barusan ia menghubungi ibu mertuanya itu, namun hanya isak tangis yang terdengar, mama Gea tidak merespon perkataannya dengan baik.
Untung masih ingat sandi dengan baik, Erick dapat membuka pintu dengan mudah dan kini ia mendapati ibu mertuaya yang sudah terkapar, kesakitan.
"Ma, Ma!"
Entah sudah berapa lama mama Gea dalam kondisi ini, ia terlihat sangat pucat, kurus dan tak berdaya.
"Ma, kita akan ke rumah sakit, ya ..."
Tanpa pikir panjang, Erick membawa pergi ibu Mertuanya.
Rumah sakit.
Petugas medis bergerak dengan gesit saat tau ada pasien yang harus ditangani. Erick tetap setia mendampingi saat petugas membawa mama Gea pergi.
Sambil menunggu hasil pemeriksaan dokter, Erick menghubungi Megan agar ibunya itu segera ke rumah sakit.
Tak lama berselang, Megan muncul dengan raut wajah khawatir. Seumur hidupnya, baru kali ini ia tahu kakak sepupunya ini jatuh sakit.
"Gimana mama Gea, sayang?"
Erick hanya menoleh sebagai respon, akan tetapi sulit rasanya mau bicara.
Megan menghampiri dan memeluknya, ia tahu bahwa putranya ini sedang hidup dalam kebingungan dan kekhawatiran.
"Bunda ... dokter bilang, mama Gea mengalami gejala depresi ringan. Dia melewatkan waktu makan hingga mengganggu kesehatan lambungnya." Megan menarik napas dalam-dalam sembari mengusap bahu yang selama ini tangguh, tapi kini terasa seperti telah banyak kehilangan kekuatan. Erick bahkan tak sanggup lagi menyimpan air matanya yang kini mengalir keluar. Megan tidak suka jika putranya menjadi lemah.
"Semua ini saluhku, Bunda. Aku membuatnya kehilangan Rana. Mama Gea pasti lebih sakit dari pada aku." Megan setuju dan mengakui bahwa putranya memang bersalah. Tapi, Megan tidak ingin seorang pria menjadi lemah dan tidak percaya diri karena masalah seperti ini.
"Kau akan melewati ini, sayang. dalam keadaan ini, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Mama Gea, Rana, Kau, kalian bertiga sama-sama bersalah. Mereka mempermainkan perasaanmu, sangat wajar bila kau bertindak. kesalahanmu hanya itu." Megan menyapu air mata di kedua pipi Erick. "Jangan nangis, hadapi dengan tenang."
"Bunda, aku menyesal. Bunda, aku takut kehilangan Rana. Aku -"
"Rana pasti baik-baik saja. Kau harus kuat. Kau ingat kan yang selalu bunda bilang, hadapi masalah dengan tenang, jangan cengeng." kembali menghapus air mata yang masih saja tumpah.
Aku tahu kau bersedih, nak. Bunda tahu kau tulus menyayangi mereka. Membuatmu seperti ini, bunda benar-benar tak berdaya membalas kecurangan mereka.
Di ruang rawat, Gea masih tertidur. Megan masuk seorang diri.
"kak Gea, kenapa wanita super kuat sepertimu berubah tak berdaya seperti ini? apa kau sebegitu kehilangan akan Rana? Rupanya Kau masih punya hati seperti manusia normal. Kak Gea, maafkan aku. Aku tadinya ingin memulai perang denganmu, tapi putraku terlihat sangat menghormatimu. Kak Gea, sembuhlah dan jangan sakit."
Biar bagaimanapun juga, Gea tetaplah saudara perempuan yang harus Megan pedulikan. Seburuk apapun hubungan mereka sejak dulu, keluarga tetaplah seseorang yang akan memberimu rasa peduli saat sedang terbaring lemah.
"Megan, ada apa ini? Kenapa kak Gea?" Minda dan Lisa bergegas muncul setelah mendengar berita tentang saudara sepupunya ini. "kenapa Kau menangis? Apa Kak Gea sudah-" sungguh keduanya berpikir bahwa Gea sedang di ambang kematian. Keduanya ikut menangis sambil memeluk Gea yang tidak bergerak sama sekali.
Di luar ruangan. Erick menerima sebuah panggilan dari nomor asing. Segera ia menjawabnya dengan harapan besar.
[halo,] jawabnya.
[Halo, ini aku, Rana. Aku ... sudah mengirim berkas perceraian ke alamat rumahmu.]
[Ran, Rana, dimana kamu?]
[Silakan tandatangani berkas itu dan urus sisanya. Oia, maaf karena tidak sopan membahas ini melalui telepon.]
[Rana, dengarkan aku! Mama sedang sakit.]
[Oh ya? hah, jangan terlalu percaya. Mama sangat jago berpura-pura sakit.]
[Ran! Aku serius! Kalau tidak perca-]
[Semoga dia cepat sembuh. Oia, kau tidak perlu repot peduli padanya. Dia, bukan mertuamu lagi.]
[Rana, Rana!]
[Kak Erick, trima kasih untuk tiga harimu, yang sudah kau korbankan untuk menjadi suamiku. Pernikahan kita memang sesingkat itu tapi ... cukup membekas dihatiku. Aku doakan kau akan mendapatkan penggantiku, seseorang yang benar-benar baik.]
[Rana, apa kau pikun? Aku memintamu mengintropeksi diri di Panama, bukan menghilang lalu meminta cerai!]
tut tut tut..
Telepon terputus.
Erick lantas meminta tim pelacak untuk menemukan keberadaan rana saat ini. Lega rasanya bisa mendengar suara Rana setelah sekian lama.
Sayang, kali ini kau tidak akan bisa sembunyi dariku. Omong kosong apa itu barusan? Mulutnya dengan mudah membahas perceraian denganku. Memangnya aku ini lelaki apapaan? Tunggulah, sebentar lagi aku akan mendatangimu, menghajar mulutmu dengan ciuman maut..*
Tak berselang lama, telepon dari tim pelacak menghubunginya.
[Pak Erick, sepertinya itu hanya nomor telpon sekali pakai. sekarang sudah tidak aktif.]
[Apa?]
[Benar, Pak. Tapi kami menemukan lokasi terakhirnya tidak jauh dari rumah sakit ----]
Dengan tidak sabar, Erick berlarian keluar. Ia yakin Rana masih berada disana.
Kesana kemari ia berlarian mengitari area itu.
Dimana dia?
Nihil.
Rana tidak terlihat sama sekali.
*Sial! Aku benar-benar sial! *
.
.
Di Rumah Sakit yang sama, terlihat Rana bersama dengan sahabatnya berjalan menuju poli kandungan.
Hari ini, Rana akan menjalani hal yang begitu berat dalam hidupnya. Ia harus mengucapkan selamat tinggal pada janin yang baru berusia 9 minggu didalam perutnya, namun sebelum itu ia harus menjalani proses pemeriksaan.
"Rana, kuatlah. Dia memang tidak ditakdirkan bersama kita." kalimat penguatan dari seorang Ezralia, mantap membuat Rana melangkahkan kakinya, masuk ke dalam ruangan.
Rana memang sedang mengandung, yang tentunya buah dari malam pertamanya dengan Erick, tapi sayang, janin itu tidak berkembang sehingga dokter menyarankan untuk segera digugurkan dengan prosedur kuretase.
.
.
abis.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
NatalieLaurentRenes
kasihan Rana , pdhal klo janinnya sehat pasti akan ad pengikat antara mereka
2022-12-11
0
Riyas Warman
ooooo kukira sengaja 🤣🤭
2022-11-17
1
ajiu jiu
😏😏😏😏😏😏
2022-11-16
2