Panti

Rana mengantar kepergian sahabatnya hingga punggung tegap itu menghilang di ujung sana.

Karena hari sudah gelap, Rana memutuskan untuk beristirahat.

Gelisah, Rana kesulitan untuk menutup mata. Padahal kurang apa lelahnya hari ini ia mengerjakan dua pesanan yang menguras energinya.

Rana beranjak menuju sebuah botol kecil berisi pil pengantar tidur yang belakangan ini selalu menemani malamnya dan ia pun menelan obat itu.

"kenapa sekarang aku sulit untuk tidur padahal sangat lelah dan mengantuk?" Rana bergumam lalu kembali ke tempat tidurnya. Benar-benar tidak perlu menunggu lama, ia pun terlelap.

.

Beralih ke kediaman keluarga Megan Berlian.

Dua tatapan dingin saling berperang.

"Apa Kau sadar telah melanggar privasiku? Megan Berlian, aku tidak memyangka Kau akan melakukan hal serendah ini."

"Oh, jadi Kau keberatan?" Megan tersenyum ketus. "kalau tidak begitu aku tidak akan menemukan kecuranganmu, Kak. Tak kusangka, rupanya Kau sengaja melempar putrimu untuk menggoda putraku. Tapi selamat, Kau berhasil karena aku dengan mudahnya meminta mereka menikah."

Gea keberatan. Mendengar penuturan santai ini ia merasa sakit hati.

"Jadi apa yang Kau inginkan, Kak Gea?" Megan mulai membuka negosiasi. Megan telah siap mendengar rengekan kakak yang mungkin akan meminta ini dan itu.

"Temukan putriku. Aku tidak bisa terhubung dengannya."

"Oh kalau itu kau tenang saja." jawaban Megan sedikit terdengar angkuh.

"Lalu minta putramu untuk memceraikan putriku."

"Cerai? Kau ingin mereka bercerai? Apa Kau pikir putraku akan melakukannya? Terlebih lagi Terana-mu, dengan karakter manjanya itu dia akan menangis berkabung 100 hari 100 malam jika hal itu terjadi. Kau sendiri paham betul kalau cintanya gila mati pada putraku."

Megan menilai bahwa Gea sengaja meyebutkan tentang perceraian untuk megancam keluarganya, atau mungkin ini adalah modus untuk melancarkan usahanya agar mendapatkan pembagian harta kompensasi dari perceraian.

"Aku tidak mau tahu, temukan putriku segera." Gea berbalik dan keluar dari ruang kerja Megan. Kembali ia bertemu dengan Erick dan wajah gelisah menantunya itu.

"Kau menguping pembicaraan orang tua? Bukannyanya pergi mencari Rana tapi Kau malah berdiam disini." berjalan melewati Erick.

"Ma, mama mau kemana? Ayo, aku akan memgantar Mama." mungkin saja ibu mertuanya akan pulang le panthouse, Erick berinisiatif untuk mengantarnya.

Gea tidak mengatakan apapun, ia hanya melangkahkan kakinya.

Meskipun tidak ditanggapi, Erick tetap menyusul.

Erick sadar bahwa ibu mertuanya masih marah besar tapi ia bersyukur wanita ini tidak menyerang bunda Megan dengan pukulan atau tamparan.

"Masuklah, Ma." Erick membuka pintu mobil untuk Gea. Gea hanya mampu menurutinya tanpa berkata lagi. Meski tak suka tapi energinya tak mampu untuk menolak bahkan memanggil taksi.

"Ma, maaf. Tadi aku takut mama dan bunda akan berkelahi jadi aku rasa harus menjaga kalian." Erick menjelaskan meski hal itu tak penting lagi.

"Gea tak bersuara. Hatinya sedang memikirkan keberadaan putrinya, Rana.

"Ma ... aku akan cari Rana. Aku tahu, ini salahku jadi aku akan bertanggung jawab mencarinya."

"Kau mungkin belum mengenal Terana. Dia itu ... bahkan tidak bisa memasak. Dia pasti kelaparan di suatu tempat." Gea tiba-tiba terisak.

Memikirkan tentang istrinya, Erick semakin dihantui rasa bersalah.

Aku dengan teganya meninggalkanmu, maafkan aku, Rana, kau pasti marah dan sedih.

.

Mama Gea masuk ke kamar Rana. Disana ia menangis mengingat putrinya itu. Ia menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Rana.

Maaf sayang. Semua ini salah mama. Mama mengira kau akan diperlakukan seperti mama memperlakukanmu. Rana, pulanglah, sayang, mama akan membawamu pergi.

.

Di perjalanan, Erick menghubungi bunda Megan.

[Ada apa sayang?]

[Bunda, sorry ...]

[Iya, bunda paham, sayang.] Megan sediri paham kenap putranya harus meminta maaf.

[Bunda, tolong hubungi paman Riko untuk membantuku mencari Rana.]

Erick sepertinya sangat sadar akan keterbatasan dirinya yang tidak mampu mencari Rana.

[Paman Riko baru meninggal 5 hari lalu, sayang. Bunda akan hubungi anak buahnya untuk bantu cari Rana. Kamu yang tenang, ya,]

[Terima kasih, bunda.]

.

Dua pekan berlalu. Tidak ada titik terang keberadaan Rana sampai detik ini. Erick merasa benar-benar kehilangan semangat hidupnya. Ia tak menyangka kalau Rana akan menghilang seenaknya begini.

.

Di sebuah panti asuhah. Sebut saja Panti Asuhan Karya Kasih.

Pagi-pagi Rana mendatangi tempat ini setelah sekian lama menahan diri.

"Selamat pagi, bu..." menyapa seorang ibu yang sedang bermain dengan seorang batita.

"Iya? Ada yang bisa saya bantu?"

Rana disambut dengan tamah. Dana pun memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuannya hendak mengkonfirmasi sesuatu.

"Bu, apa benar anak-anak di foto ini dulu pernah tinggal disini?" tangannya sedikit bergetar.

Di dalam foto nampak dua orang anak berusia satu tahun, laki-laki dan perempuan.

.

.

Abisss

Terpopuler

Comments

nctzen💋

nctzen💋

nyari siapa ya rana??jngn dulu d pertemukan ya kk author rana sama erick biarin dia stress dulu seenaknya sia siakan istri😒

2022-11-12

2

ajiu jiu

ajiu jiu

benar tuhh gea , TERajana tiap hr mkn mie ....

2022-11-12

1

RahaYulia

RahaYulia

apa lagi ini! yg kmaren dilukis aja blm dibahas tuntas eh sekarang malah ada lg yg bikin peneseren ❤️❤️

2022-11-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!