Dua Pekan Berlalu

Dua pekan berlalu, Rana hanya menghabiskan waktu dengan alat lukisnya. Ia merasa sangat puas dengan hasil karya tangannya. Ia pun membeli sebuah ponsel baru dan memberanikan diri mencoba membuat sebuah akun untuk memasarkan hasil karya lukisnya, dengan tujuan yang jelas, yaitu income alias pendapatan.

Disini Rana menawarkan jasa lukis bagi siapa saja yang kebetulan membutuhkan.

Tanpa menunggu lama, sebuah pesan masuk ke ponselnya yang rupanya orderan pertama dari seseorang yang bernama Ezra. Karena penasaran, Rana pun membuka profil kontak itu dan ternyata benar, dia adalah Ezralia, sahabatnya sendiri.

Rana sempat tertawa geli memikirkan Ezra mengiriminya sebuah foto. Foto seorang pria tampan. Sangat tampan. Disini Ezra meminta untuk dibuatkan versi lukisan tangan untuk gambar pria ini.

Aneh. Dasar perempuan menakutkan ini. Apa dia mulai jatuh cinta? Dia dapat dimana pula cowok ini?

Rana pun dengan semangat jiwa yang menggebu meminta orderan pertamanya ini dalam tempo tiga hari pengerjaan.

Ternyata, bekerja adalah obat yang mempu menolong Rana dalam situasi hatinya yang sedang rumit saat ini. Terbukti ketika fokus melukis, Rana mampu melupakan semua permasalahan hidupnya. Hanya ditemani cup mie setiap hari, dunia ini terasa cukup nikmat dan berjalan dengan lancar.

.

.

Sementara itu di Benua Eropa.

Hari sudah gelap tapi Erick Erlangga merasa sulit untuk memejamkan mata.

Ternyata benar, Erick tidak perlu menunggu waktu 1 bulan untuk memeriksa hatinya. Ia mantap untuk mempertahankan penikahannya dengan Rana. Tindakan mediasi ini rupanya berhasil memberinya solusi yang tepat.

Ia pun membuka laci nakas yang berada di sebelah tempat tidurnya dan meraih ponsel disana. Ponsel yang sengaja ia gunakan khusus untuk terhubung dengan Rana, dan hanya ada kontak Rana disana.

Tak ada satu pun riwayat panggilan atau pesan. Erick benar-benar harus mengacungkan dua jempol untuk istrinya ini, si manusia paling penurut. Mentang - mentang diminta hanya menunggu di Panama, ia benar-benar hanya menunggu tanpa mengirim pesan untuk menerror Erick.

Dia benar-benar tidak menghubungiku. Baiklah, dua pekan tidak akan terasa. Dia pasti baik-baik saja di Panama seperti kataku.

[Rana,jaga dirimu. Jangan sakit.] Erick mengirim perhatian melalui pesan singkatnya.

Menunggu balasan, namun tidak kunjung datang.

.

.

...----------------...

Jadwal penerbangan yang selama ini menyiksa, pada akhirnya mendapat jatah libur yang sedikit lama. David Erlangga sengaja tidak mengabari keluarga akan kepulangannya kali ini. Sebelum tiba di rumah, David mampir ke salah satu toko bunga. Pria berusia 26 tahun itu hendak membeli bunga untuk seorang wanita kesayangannya, yang tentu saja tak ada lain selain ibunya, si bunda Megan.

"Pilih yang mana ya, Mas?" dengan ramahnya petugas toko menghampiri David.

Eh, siapa ini? Dia adalah orang yang waktu itu menyerempet mobilku dengan sepeda motor.

David teringat kejadian beberpaa bulan lalu saat seorang pemotor menyerempet mobilnya. Bukannya meminta maaf, gadis itu malah kabur. Sungguh minim adab.

Jadi rupanya dia seorang penjual bunga.

"Ehmm. Yang paling bagus dari bunga yang ada disini."

David keluar dari sana dengan pikiran terganggu tentang si penjual bunga. Apa lagi kalau teringat tentang kerugian yang disebabkan gadis itu untuknya.

Aha sudahlah, David sedang dalam mood yang baik, jadi untuk membuat perhitungan dengan gadis itu rasanya sangat tidak penting lagi. ia pun kembali dibawa melaju oleh supir yang membawanya.

Menikmati perjalanan sambil melihat keluar, tak sengaja mata David bertemu dengan sosok wanita yang telah dinikahi abangnya.

Si TeRajana? Meski mengenakan pakaian tertutup, David masih mampu mengingat rupa si anak mami itu. Dari cara dia berjalan, David memastikan itu, Rana.

Sayangnya, seseorang yang mirip Rana itu terlanjur pergi dengan mobil angkot.

Tunggu! Angkot? Tidak mungkin. Untuk bagian Ini, David mengakui bahwa dirinya bisa saja keliru.

Seorang Terana tidak mungkin pergi dengan angkutan kota. Keculi kalau bang Erick yang baru dinikahinya itu sudah bangkrut.

MEGAN BERLIAN JWERLY.

Tempat ini adalah tujuan utama David, seperti biasa.

Kemunculannya di galery perhiasan ini bak Petir bercampur kilat yang menyambar para gadis muda yang sedang menjalankan tugas mereka. Mengejutkan sekaligus mampu menyengat hati seperti sengatan listrik, menggetarkan. bisa dikata, kehadirannya sangatlah dinanti-nantikan dengan diam-diam oleh mereka.  Namun, sayangnya mereka hanya mampu mengaguminya di dalam hati saja sambil menatapnya melewati kilauan perhiasan yang tertata rapi di posisinya masing-masing. Tambah lagi, tangannya menyembunyikan sebuket bunga dibelakang punggung. Seromantis inikah dia, bahkan terhadap ibunya, sungguh mengagumkan.

"Apid! Hei! Kau pulang?" Apid adalah panggilan manja dari baby M saat gadis kecil itu baru belajar bicara, yang kemudian diikuti oleh Megan.

Bunda Megan sepertinya baru keluar dari ruangannya. Jelas saja terkejut saat wajah si putra keduanya ini tiba-tiba muncul tanpa pemberitahuan. Senyum cantik Megan merekah bahagia.

David membalas senyuman itu dengan merentang tangannya.

Berpelukan.

"Sayang, bunda merindukanmu. Kenapa tidak bilang kalau mau pulang?"

"Ini kejutan bunda."

Air muka Megan semakin terihat bahagia ketika menerima buket bunga dari putranya.

Interaksi antar keduanya sungguh mengundang haru bagi mereka yang menyaksikannya. Ya, orang-orang yang dipekerjakan oleh Megan ini rata-rata sudah mengetahui bahwa antara sang boss mereka dengan kedua putranya bukanlah ibu dan anak kandung. Tapi Megan berhasil membuat dua putranya itu jatuh hati padanya dan begitu menghormati serta menyayangi Megan sebagai ibu mereka.

"Kalau begitu ayo kita pergi dan makan siang bersama ayahmu dan baby M." ajak Megan.

Restoran Jepang.

David dan bunda Megan lebih dulu tiba di tempat janjian makan, sebuah restoran yang biasa keluarga mereka datangi jika ingin sekedar makan bersama dengan nuansa berbeda.

"Bang D!" terdengar sudah suara manja gadis kecil yang baru beranjak remaja itu. Betapa senangnya bisa kembali bertemu dengan kakaknya.

Oke, David kembali merentang tangannya, siap mendapatkan pelukan manja si baby M kesayangan.

"Bang D, mana hadiah buat aku?"

"Ada di koper abang. Sabar, ya ..."

"Yay! Oke bang D!" tak tahu kadiah apa lagi kali ini, Mervi tak sabar menunggu waktu makan siang ini berakhir.

Makan malam berlangsung.

"Bunda, Ayah, kayaknya tadi Mervie lihat kakak Rana, deh."

Ditengah menikmati makan siang dengan lahapnya, baby M tiba-tiba memecah suasana dengan menyebut nama Rana.

Rahang yang sedang bergerak mengunyah terhenti sejenak.

"Tidak mungkin itu kakak iparmu. Mereka berdua sudah pulang ke Jerman." dengan tenang Morgan meyakinkan putrinya.

"Iya sayang, gak mungkin kakak Rana ada di Indonesia." sambung bunda, dengan mimik penuh tanya. Megan merasa curiga.

Melihat reaksi ibunya, David lantas menaruh perasaan aneh.

Lalu kalau yang tadi itu benar adalah Rana, memangnya apa yang sudah terjadi? Aku harus menghubungi kakak untuk mengkonfirmasi hal ini.

.

.

Oke, sampai disini dulu.

🥰

Terpopuler

Comments

Putri Nunggal

Putri Nunggal

Terajana lagu dangdut atuh mas david

2023-04-27

0

Putri Nunggal

Putri Nunggal

jangan bilang foto cowok tampan itu adeknya Erick yang jd pilot

2023-04-27

0

RahaYulia

RahaYulia

tunggu aja trs sampe rambut Dedy Corbuzier ubanan 😤😤😤

2022-11-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!