Rana- Ezra

Double up🤭

.

.

[Keluarlah!] Terdengar suara dingin sahabatnya itu dari seberang.

[Ke-keluar mana?] perasaan Rana mulai tidak nyaman.

[Keluar atau pintu jabuk ini kuhancurkan.]

Ini serius. Rana yakin kalau sahabat baiknya itu benar-benar berada di luar. Mengapa dia sampai tahu keberadaan Rana? Rana tak habis pikir dan tidak punya waktu untuk memikirkannya.

Ceklek.

Pintu terbuka. Tampaklah wajah Ezra. Sahabatnya itu sedang ngemut permen lolypop dengan ekspresi datarnya.

"Ken...napa, Kau bisa tahu aku disini?"

Tanpa kata, Ezra masuk tanpa disuruh. matanya menyisir ruangan sempit ini. "Pernikahanmu kemarin begitu meriah dan luar biasa. Tapi baru berapa hari Kau sudah terdampar di dalam gua sempit ini?"

"Ez..ra, ak-aku, anu ..."

"Suami impianmu itu sudah bangkrut? Ku dengar dia adalah andalan di perusahaan ibunya. Apa itu hanya rumor?"

"Emmm... Itu..." Rana tampak semakin kikuk. Sementara Ezra tampak tenang menyunggingkan senyum kecutnya.

Flashback le beberapa hari lalu.

Ezra yang baru saja keluar dari bandara, tak sengaja mendapati Rana dengan raut sedihnya. Ezra pun mengikuti Rana. Karena penasaran, ia kembali memantau Rana keesokan harinya, sampai Rana tiba di tempat ini.

"Apa aku bilang, kencan dan pernikahan adalah omong kosong. Hah, baru berapa hari tapi Kau sudah ditiggalkan. Apa sekarang Kau puas?"

Berbeda dengan Rana yang begitu mengidam-idamkan pernikahan bahagia, Ezra tidaklah demikian. Dia adalah gadis yang tidak menginginkan terjadinya pernikahan di dalam hidupnya.

Ezra terus bicara, sedangkan Rana mulai terisak.

Ezra mendekatinya dan keduanya saling berpelukan.

"Menangislah. Aku mengerti perasaanmu." Ezra berusaha menenangkan sahabatnya.

Bukannya tenang, sesegukan semakin kencang terdengar.

"Kau tidak akan mengerti perasaanku, Ezra. Pacar aja gak punya, apa lagi suami." disela tangisnya, Rana masih sempat mengejek Ezra.

Pelukan saling melepas.

"Hah, kalau begitu berhenti menangis, makan ini saja." lolypop dari mulut Ezra berpindah ke mulut Rana. "Hari ini aku banyak pekerjaan jadi aku lapar."

Ezra berjalan ke arah lemari pendingin berharap akan menemukan seauatu yang bisa ia makan.

KOSONG.

Dengan malas Ezra kembali menutup lemari pendingin itu menggunkan satu kakinya.

Sepertinya Ezra baru tersadar bahwa Rana tidak mungkin memiliki makanan, kecuali mie gelas yang dengan rapi berjejer memenuhi meja kecil yang berada di pojok ruangan.

Ezra menggeleng lemes. Terpaksa ia ganjal perutnya dengan mie instan ini dari pada tidak makan sama sekali.

Rana mengusap-usap bawah matanya, membersihkan sisa air mata disana. Ia pun menyusul Ezra, mengambil satu untuknya. Keduanya pun menyantap lezatnya bakso dalam wujud mie seduh.

"Ezra, kau boleh nambah kalau mau."

Ezra menggeleng. "Ini saja sudah cukup memgganggu pencernaanku."

Ezra dan Rana pertama kali berkenalan saat sama-sama belajar bersama di kampus yang sama di Panama.

Waktu itu, Rana yang meliht Ezra hanya duduk seorang diri di perpustakaan, menghampiri dan berkenalan. Mengetahui mereka berasal dari negara yang sama, keduanya pun menjadi akrab dan bersahabat dengan baik.

Mereka bagaikan dua orang yang saling melengkapi. Ezra sedikit pendiam dan tertutup, sedangkan Rana yang banyak bicara juga ceria.

Tak banyak yang Ezra ceritakan pada Rana tentang dirinya, sedangkan Rana menceritakan hampir semuanya pada Ezra.

Flashback stop.

"Apa kau mau ikut tinggal di rumah bunda-ku? disana ada banyak kamar dan makanan. Bahkan ada pelayan. Atau di rumah ayahku, saat ini aku di rumah ayah."

Rana menggeleng tegas. "Biarlah aku sendirian. Jangan khawatir."

"Baiklah, sesekali aku akan mengirim makanan untukmu. Kau jangan makan mie instan terus menerus."

Keduanya kembali terhanyut dalam perasaan haru. Sambil menghapis air mata, keduanya berharap semuanya akan baik-baik saja untuk Rana.

.

.

Bersambung..🤭

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***