Tiket yang Berbeda

Rana pulang hampir tengah malam. Rada kesal rasanya karena suaminya itu memberi harapan palsu. Katanya minta dihubungi untuk dijemput, malah mendengar ocehan 'maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif'.

"Dari mana saja, Rana?" Megan tak lagi menyebut embel-embel sayang pada menantunya.

"Oh, Bunda, em... Rana habis antar mama ke bandara. Trus jalanan macet banget." jelas Rana, terbata. Tentu ia merasa gugup melihat ekspresi dingin ibu mertuanya.

"Oh, jadi ... apa kau benar-benar bisa tinggal jauh dari mama-mu? Antara Jerman - Panama cukup jauh."

"Em... pasti bisa, asalkan bersama kak Erick, Bunda."

"Kau mencintai Erick, Rana? Aku hanya ingin tahu, perasaan macam apa yang kau punya untuk putraku."

Rana tak tau apa lagi maksudnya ini. Kenapa rasanya, perasaan cintanya sedang diragukan.

"Aku rasa Bunda paling tahu bagaimana perasaanku pada kak Erick." jawabnya tenang.

Megan sungguh tak tahan mendengar Rana menyebut nama Erick dengan sejuta harapan diwajah polosnya itu.

"Pergilah istirahat." Megan memejam mata berusaha tetap tenang, menahan kegeramannya pada Rana.

Erick ada di sana dan menyaksikan sendiri apa yang dikatakan Rana dan mama Gea. Megan yakin Erick sendiri akan bertindak tanpa melibatkan siapapun.

Rana membuka pintu kamar perlahan.

"Duh, kenapa suami aku tidur di lantai?" Rana melihat botol wine tergeletak sembarangan. Gelas minumnya juga tumpah di dekat Erick berbaring. "Rick, Rick, bangun eh," Terpaksa Rana harus keluarkan semua energinya untuk membantu suaminya itu pindah ke tempat tidur seharusnya.

Sesudah meleoas kaos kaki suaminya, Rana menyusul berbaring disamping pria itu.

Setelah mama, Kau adalah kesayanganku. Rana memeluk tubuh Erick sampai akhirnya ia pun tertidur.

"Eh! Bangun!"

Rana terkejut. Erick membangunkannya dengan kasar.

"Bangun dan kemasi barang-barangmu, pergilah dan menghilanglah. Aku sudah tidak memginginkanmu."

"Ap-apa? Kau, mengusirku?"

"Apa kau tidak dengar?" Yang biasanya hangat, sikap Erick kini dingin bagaikan salju.

Rana ketakutan. Ia pun berkemas dan pergi membawa perasaan sedihnya.

Rana terus berjalan tanpa berhenti. Sudah ribuan langkah ia tempuh sampai ia menyadari, ia sedang berada di jalan buntu.

"Dimana aku?" Rana menyisir pemandangan sekitarnya. "Tempat apa ini?" ia sendirian. Rana menangis, merasa dirinya telah berada di pembuangan terakhir, hidup seorang diri.

"Tolong! Tolong!" Rana berharap ada seseorang yang akan menolongnya.

"Rana, Rana,"

"Kak Rrick?" Rana mendengar ada suara yang memanggilnya. Dan suara ini adalah milik Erick Erlangga.

"Kak Erick! Aku disini. Temukan aku!"

"Kau mimpi apa? Ribut sekali."

Rana tersadar dan membuka mata. Ia memandang sekitarnya dan tempat ini adalah kamar mereka. Rupanya tadi hanya mimpi buruk saja. Rana merasa lega. Bahkan posisi ini masih sama, Erick Erlangga berada dalam dekapannya.

Rana tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Berusaha ia mengusir mimpi buruk yang baru saja menakutinya. Namun, ada apa dengan ekspresi pria ini? menatap wajah Rana dengan tatapan sedikit datar, membuat Rana merasakan keanehan.

"Sudah pagi. Aku mau mandi. Bersiaplah, kita harus ke bandara pagi ini." Ucapan selamat paginya tidak berbalas, hanya ajakan untuk bersiap yang terdengar. Tak apa, namanya juga orang baru sadar dari mabuk berat. Rana hanya mampu terpaku lama melihat suaminya menghilang dari pandangan.

.

Di kamar utama, ada Morgan dan Megan yang sudah rapi dan siap untuk beraktivitas.

"Sayang, selamat bekerja untuk hari ini." Morgan merangkul pinggang istrinyasebelum memberi kecupan semangat seperti biasa. Morgan melihat bahwa wajah istrinya ini masih saja dalam mood yang buruk. "jangan terlalu memikirkan Erick. Dia tahu bagaimana menghadapi bidup. Dan menantu kita itu, kau tahu sendiri bahwa dia tergila-gila pada putra kita sejak lama. Dia tidak akan merugikan Erick. Rana itu, tidak sejahat yang kau pikirkan, sayang." giliran membujuk Megan, Morgan pasti mengeluarkan kata sayang dengan lebih lembut, tidak sedatar biasanya.

"Oke, aku tahu Rana tidak mungkin menjahati Erick. Tapi bagaimana kalau mamanya yang meminta? Rana itu sangat penurut. Itu yang membuatku kesal, Morgan."

"Percaya padaku, kita tidak perlu ikut campur. Biarkan Erick menghdapi ujian hidupnya. Kau harus mempercayai dia seperti biasanya. Apa kau lupa dia adalah putra andalanmumu?" Morgan harus meyakinkan Megan untuk tidak terlalu ikut pusing dalam masalah ini.

Dan ya, Megan akhirnya setuju meski rasanya sangat sulit mengabaikan masalah yang kini berada tepat di samping putranya.

Sesampainya di bandara...

Rana tak sekali pun melepas tngan suaminya. Tak cukup hanya menautkan jari, satu tangannya lagi merangkul legan suaminya. Keduanya berjalan bersama.

Dengan perasaan berbunga, Rana terus memuja ketampanan suaminya dari samping, walau tak sekalipun pria ini meliriknya. Dia makin kelihatan berwibwa ketika sikapnya sedingin kutup utara.

Ma, aku pergi ... Aku dan suamiku akan benar-benar memiliki kehidupan yang baru. Seperti kata mama, aku akan hidup bahagia denganya. Ma, doakan kami agar segera memiliki momongan yang akan mewarnai hari-hari kami kelak. Terima kasih mama, sudah menjagaku selama 27 tahunku. Dan sekarang hingga akhir hidupku, dia ... Pria ini yang akan menjagaku. Mama, jaga dirimu dan tetaplah sehat.

Baru saja memasuki ruang check-in...

"Panggilan pertama atas nama Tuan Erick Erlangga, untuk memasuki pesawat ......"

Deg..

"Rana, sepertinya aku sudah hampir terlambat. Ini tiketmu, aku akan pergi sekarang."

"Ap-apa?" Rana tersenyum paksa. Ia kebingungan namun moment ini tidak seharusya datang.

Rana hanya mematung tanpa bisa menyusul Erick yang berlari pergi.

[Rana, pulanglah ke mama Gea. Aku minta Kau selidiki benar-benar hatimu apakah kau tulus padaku, ataukah tidak. Aku juga akan memeriksa hatiku sendiri. Tunggulah disana, aku akan menjemputmu nanti jika memang hati kita masih sama.]

Air mata Rana tentu saja menetes saat mebaca pesan yang baru saj dikirim oleh suaminya.

Segera ia menelpon dan Erick menerimanya dari ujung sana.

[Kenapa begini? Kenapa kau begini? Kenapa tinggakan aku? Aku mohon kembalilah. Ayo keluarlah dari pesawat itu.]

[Rana, jangan menangis. Kita tidak berpisah selamanya. Aku hanya ingin Kau pulang ke mama dan merenung disana. ]

[Apa salahku? Tolong jelaskan. Aku tidak terima ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan. Kak Eric, ayolah kembali dan kita pergi bersama]

[Kau mau tahu apa kesalahanmu? Coba kau ingat sendiri apakah Kau tidak punya kesalahan apapun padaku? Atas dasar apa Kau menikahi aku? Apa ada hal lain selain harta dan uang?]

Terana terdiam.

[Satu hal yang perlu Ku tahu Rana, aku ... Menikahimu karen ingin hidup dengnmu. Tapi untuk saat ini aku merasa sangat kecewa padamu. Aku pergi, Rana.]

Hilang sudah suara Erick. Pesawat telah membawanya pergi. Tinggallah Rana dan kesedihan hatinya.

Drrrt drrrrt drrrt.

Mama Sayang, memanggil. Rana tidak sanggup untuk menerima panggilan ini dalam kondisinya yang begitu memprihatinkan.

Rana menetap nanar dengan wajah tertunduk, memandangi selembar tiket yang ada ditanganya. Bukan penerbangan ke Jerman, melainkan tujuan Panama.

Bahkan tidak ada pelukan terakhir untukku.

Rana hanya mampu menangis dalam diam.

.

Bersumbang bestoy....

Pertanyaannya, apa tindakan Rana selanjutnya?

Menyusul ke Jerman?

Benar2 pulang ke Panama?

Atau ...

Terpopuler

Comments

Putri Nunggal

Putri Nunggal

mampus gimana rasanya ditinggal suami dan di acuhkan

2023-04-27

0

Riyas Warman

Riyas Warman

atau ...
sebenarnya terana orang nya tidak tegaan
dia cinta ma Erick tapi tak kuasa menolak kemauan mamanya

2022-11-06

1

RahaYulia

RahaYulia

aku pilih atau aja, Rana pergi jauh dr semuanya biarin c Erick jg Gea sdr dg sendiri nya klo Rana jg manusia yg punya perasaan

2022-11-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!