6 Milyar

"Untuk pernikahan ini, sebagai orang tua pihak laki-laki, kami siap memberikan apapun permintaan dari pihak perempuan. Sebutkan saja."

"Aku tidak butuh apapun Megan, putriku diterima dengan baik, itu sudah cukup."

Dua wanita ini terlihat sama-sama dingin. Selama ini hidup sebagai saudari sepupu rupanya belum cukup, keduanya harus saling menerima sebagai besan pula. Membayangkannya saja Megan merasa tidak nyaman sebenarnya.

.

.

Erick dan Rana menempuh perjalanan menuju panthause yang menjadi tempat tinggal Rana dan ibunya sejak dulu.

Sejak keluar dari hotel keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, suasana berubah canggung karena perubahan status yang tiba-tiba.

"Ehmm!" Erick mulai berdehem namun tetap fokus menyetir.

"Kak,"

"Rana,"

Wih, sama-sama saling sebut nama. Kompal banget sih?

"Ladies first," ujar Erick memberi Rana giliran pertama untuk bicara.

Apa kau mencintai aku? Ah tidak, jangan dulu tanyakan soal cinta. Mana ada laki-laki yang langsung jatuh cinta. Dia mau menjalani hal ini denganku karena ide dari ibunya dan lagi pula apa susahnya menikahiku, seorang gadis cantik tiada tandingan, lelaki mana yang mampu menolak **pesona**ku? Cukup panjang Rana bermonolog.

"Ehm! Iya, ini ... aku ... sorry untuk kejadian tadi malam."

"Kejadian yang mana? Kau mengingat semuanya? Kukira kau mabuk karena jalanmu saja terhuyung"

"Emm... aku ... mengingat sebagian .."

Ranaaaa! Kenapa kau harus gugup begini? Bersikaplah biasa saja. Jangan bertingkah pura-pura polos.

"jadi ... Kau ingat yang mana?"

"Itu, ak-aku mungkin menyerangmu dengan membabi buta. Maafkan aku."

"Aku menyukainya. Aku menyukai seranganmu."

Uh... Lemes ... Rana merasa tubuhnya seakan terjun kedalam lautan bunga yang bermekaran penuh warna, berbaring dan berguling disana. Bahagia ya Tuhan ... Erick Erlangga, dari mana dia mempelajari kata-kata semanis ini?

Hatinya teramat bahagia sampai wajahnya merona tanpa blush on. Bahagia tapi malu, itulah yang ia rasakan.

Erick menoleh sekilas dan mendapati wajah Rana yang nampak tertekan. Tertekan oleh perasaan bahagianya sendiri.

"Kak Erick, kita diberi waktu berkencan selama 2 pekan sebelum menikah. Apa dua minggu saja cukup?"

"Kenapa? Kalau dua pekan tidak cukup, kita bisa sambung kencan kita setelah menikah."

"Lalu dimana kita akan tinggal?"

"Tentu saja tinggal bersama. Hanya berdua saja. Kau mau kan, pindah ke Jerman?"

"Ak-aku mau."

Kau tidak perlu bertanya, aku mau dimana saja asalkan ada dirimu. Tapi apa? Berdua saja? Si-siapa nanti yang akan memasak dan mengurus rumah? Sumpah, aku belum pernah melakukan hal semacam itu.

Memikirkan hidup pasca pernikahan terasa sedikit berat. Rana kini memikirkan cara membujuk Erick agar menyiapkan seorang ART nantinya.

"Ran, yang harus kau tahu, Rere adalah sekertarisku dan hanya sebatas itu. Dia bukan teman spesialku. " gantian Erick yang bicara dan tanpa basa basi menjelaskan hubungannya dengan sang sekertaris.

"Oh, iya. Aku paham."

"Oia, selama 11 tahun ini bagaimana kabarmu? Apa kau berkencan?"

Rana mengangguk. "iya, aku berkencan beberapa kali."

Sialan! Apa semua pengakuannya semalam adalah kebohongan?

"Ow... jadi apa saja yang sudah kalian lakukan saat kencan?"

"Jalan-jalan, makan, nonton, itu hanya teman kencan bukan pacar."

"Sambil berpegang tangan?"

"Em... Aku lupa."

"Kissing?"

Rana menggeleng dengan muka protes. "aku baru melakukan itu denganmu."

"Hah! Benarkah? Sulit kupercaya."

Baik, daripada membahas masa lalu, keduanya mengalihkan perhatian pada jalanan yang sangat padat oleh kendaraan.

"kak, dalam dua pekan ini, apa mungkin kita akan benar-benar menikah?" Rana bertanya dengan hati-hati.

"Tentu, apa susahnya menikah, kau suka aku dan begitu juga sebaliknya. Lagi pula aku belum menemukan pasangan yabg pas untuk kunikahi selain Kau. Bunda dan ayah juga selalu mendesakku untuk memiliki keluarga."

Rana sempat menahan napas mendengarkan kata-kata yang begitu lugas keluar dari bibir Erick.

Baiklah Rana, dia akan menikahimu hanya bermodalkan rasa suka. Ayo semangat Rana, buatlah rasa sukanya itu berkembang menjadi perasaan sayang, bahkan mungkin cinta.

.

Beralih ke Morgan - Megan.

"Sayang, kau yakin kita akan menikahkan mereka?" Morgan masih sulit mempercayai ini, dengan mudahnya Megan menyetujui usul Morgan untuk menikahkan Erick dan Rana.

"Mau bagaimana lagi, aku tidak ingin anakku hidup menyedihkan. Usianya sudah 28. Dia sudah mateng, mapan juga. Dan aku tahu bahwa Rana sangat tergila-gila padanya."

Erick dan Rana setuju dengan usulan pernikahan. Itu artinya mereka siap menjalaninya. Tidak apa, lagi pula mereka bukan lagi ABG yang harus dikhawatirkan. Megan yakin dua sepupu itu saling mencintai.

"Yang aku khawatirkan hanya kak Gea. Wanita gila itu sedikit licik."

.

.

Tempo dua pekan untuk menikmati masa pacaran, tidak terlewatkan satu hari pun bagi Erick dan Rana untuk bertemu. Mereka berdua benar-benar memanfaatkan 2 pekan ini dengan persiapan pernikahan sambil berkencan.

Nonton di bioskop, jalan-jalan dan berbagai hal keduanya sudah lakukan setiap harinya. Dan hari ini, keduanya memasuki sebuah pusat perbelanjaan.

Menyadari dirinya berada diantara berbagai pajangan barang-barang dari brand ternama, Rana tidak mampu mengendalikan semangat juangnya untuk mengambil apapun yang dia inginkan.

Kak Erick adalah calon suami yang baik. Dia akan membayar semua ini untukku.

Dengan percaya diri Rana menggandeng tangan Erick menuju meja kasir. Senyumnya terus mengembang.

"Totalnya Rp.5.999.999.999." nyaris 6 Milyar, Erick Erlangga tanpa sadar menggaruk kepala yang terasa tiba-tiba gatal. Sementara ada Terana yang menatapnya dengan senyum bahagia tanpa ragu.

Apa? 6M? Ya ampun, apa semua wanita akan menghabiskan sebanyak ini saat belanja? Huf ... mungkin beginilah rasanya memiliki tanggung jawab. Tak apa Erick, bayar saja tanpa protes. Erick mengeluarkan dompetnya.

Meskipun telah menjadi sosok putra andalan seorang ibu kaya raya, tidak membuat kepribadian Erick Erlangga berubah begitu banyak. Ia tetaplah pria yang tumbuh dengan gaya hidup biasa saja. Walaupun rupiah serta dollar mengalir begitu deras masuk rekeningnya, tidak membuatnya doyan menghambur-hamburkan uang hanya untuk fashion.

"Ini mbak," tangan Erick mengulurkan tangannya yang memegang sebuah kartu hitam.

Disambut dengan senyum manis tentunya dari sang kasir.

"Tunggu, Mbak!" Erick menahan tangan si mbaknya. Rana mengerjap beberapa kali. Ia merasa sedikit gugup.

MEGAN BERLIAN. Erick menghembus napas lega saat membaca nama ibunya pada kartu hitam yang hampir ia gunakan untuk Rana. Ya, kartu itu adalah pemberian dari bunda untuknya sejak ia dilemparkan ke Jerman.

Segera ia keluarkan kartu lain yang bertuliskan namanya sediri. Rana kembali merasa lega tentunya.

Hampir saja salah. Kalau tidak, bunda pasti akan protes.

"Kak Erick, makasih ya ..." ucap Rana, tapi senyuman Erick terasa masih kaku untuk keluar. Ia masih terkejut akan angka fantastis yang barusan keluar dari kartu kredit miliknya.

.

.

Abis dulu bestie..

Malem bgt ya upnya😁

Semangat

Terpopuler

Comments

Putri Nunggal

Putri Nunggal

lewat sudah uang yang sudah di kumpulkan selama bertahun tahun hanya demi belanja 1hari calon bini yang maruk

2023-04-27

0

Putri Nunggal

Putri Nunggal

ya maklum aja gawe mu hanya shopping ngabisin uang Tante mu yang diberikan oleh emak mu yang gila

2023-04-27

0

NatalieLaurentRenes

NatalieLaurentRenes

Rana rakus atw mmg gaya hidup nya mmg begitu ?

2022-12-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!