Persiapkan Dirimu Berbesan Denganku

Keesokan harinya ...

Menu sarapan pagi di keluarga kecil Megan-Morgan telah siap.

"Bunda, apa benar bang E ada di kamarnya?"

"Ada donk, sana kamu bangunin abang kamu."

Mervi berlari penuh semangat menaiki tangga. Tak sabar ia berjumpa dengan sang kakak.

"Bang E, bang E!... Ayo bangun!" Mervi masuk begitu saja karena pintu dalam keadaan setengah terbuka.

"Hmmm. Jangan ganggu. Aku masih ngantuk Rana."

"Eh? Rana?" Mervie melongo. Cara Erick menanggapinya sungguh berbeda. Apa lagi memanggil adiknya dengan nama orang lain. Oke mungkin Mervi salah dengar. Tapi, sejak kapan bang E bernada mesrah beini terhadap dirinya?

Erick mengucek kedua matanya. "Baby M? Ini Kau?" Erick menyisir pemandangan sekitar dan bari tersadar bahwa ini adalah kamarnya sendiri.

"Bang E...!"Mervie melompat naik ke kasur dan memeluk erat kakaknya itu. "Bang E, Mervi kangeeeen!"

"Bocah, biarkan aku memelukmu."

Inilah yang dirindukan Mervi, pelukan sayang dari kakak pertamanya.

"Bang E, kau memimpikan kakak Rana?"

"Ya? Apa aku tadi menyebut namanya?"

"Ya... Bang E menyukai kak Rana?"

"Lumayan suka, kau sudah pernah bertemu dia?"

"Pernah beberapa kali saat ikut bunda ke Panama."

"Begitu rupanya."

Sarapan pagi berlangsung hangat namun Erick terus merasa gelisah karena perubahan sikap ibunya yang bertingkah seolah tidak ada ketegangan diantara mereka.

Apa mungkin ... bunda sudah tidak sedih dan marah lagi padaku? Baguslah, bunda memang baik. Tadi malam dia pasti hanya terkejut karena baru kali ini melihatku bersama wanita dan itu adalah Rana. Bunda, putra kesayanganmu ini sudah dewasa. Bukan lagi si remaja polos.

Sarapan berakhir.

"Bang E, antarin Mervi sekolah ya... Pelease,"

"Oke oke,"

"Mervie, bang E akan menjemputmu pulang nanti. Pagi ini bang E ada urusan." Erick terkesiap. Bukankah barusan terasa adem? Kenapa ibunya kembali dingin? Erick tak mampu menolak. Tidak salah lagi, bunda pasti akan membahas prihal malam tadi.

.

.

Sudah pukul 9 pagi. Saat membuka mata, wajah Rana diterpa pancaran cahaya matahari.

"Gawat! Diamana aku?" sadar dirinya berada di tempat asing, Rana memeriksa tubuhnya.

Lengkap. Lega rasanya mengetahui semuanya aman.

"Kak Erick, rasanya aku bersamanya tadi malam. Ah benar. Kita dipergoki papa dan mamanya. Ya ampun Rana, ini pertama kalinya kau mempermalukan diri sendiri." sejenak Rana terlihat frustasi namun setelahnya ia tersadar harus segera pergi dari sini.

"Mama!" Rana tercekat saat membuka pintu.

"Ma, kenapa mama kesini? Ayo kita pergi." mama Gea hanya diam dengan wajah datar.

"Selamat pagi, Rana sayang,"

"Eh?" Rana menoleh karena sapaan ramah tante Megan yang menakutkan terdengar di telinganya. Benarlah, ia muncul bersama putra sulungnya.

Tante? Kak Erick? Ya Tuhan, Rana! Habislah kau!

"Rana, kau baru saja bangun lalu ingin buru-buru pergi. Bahkan belum sempat membilas wajah."

"Tante Megan, Rana bisa je-jelaskan. Tadi malam-"

"Kak Gea, rupanya kau datang tepat waktu. Terima kasih. Ayo bicara di dalam." Rana tidak dibiarkan menyelesaikan kalimat.

Rana melangkah mundur membiarkan tante Megan melewatinya.

"Kak Gea, Kau membiarkan putrimu berkeliaran sampai memasuki kamar putraku. Kenapa kau tidak menjaganya?" dinginnya kamar ini bertambah dingin hanya dengan beberapa kata dari tante Megan.

"Ap-apa maksudmu, Megan? Lagipula anak sebesar ini sudah tidak perlu dijaga." mama Gea bertingkah seolah tidak mengerti apa-apa.

"Aku tahu Rana begitu bersemangat terhadap putraku. Selama ini aku sudah mencegahnya tapi ... sepertinya Erick juga sama gilanya pada Rana. Jadi, aku akan menyerah dan membuang egoku."

Apa? Gila? Bunda tidak salah menyebut aku gila? Erick ingin protes.

"Kak Gea, aku melamar putrimu untuk anak laki-lakiku."

"Apa? Me-melamar? Bunda, aku dan Rana ..."

"Apa Rick? Kau mau bilang kau dan Rana hanya kissing? Terjadi begitu saja tanpa perasaan?" Ah... Rasanya dada Erick tertembak jarum pentul.

"Tan-tante Megan, kami ti-tidak berkencan. Bagaimana mung-"

"Jadi untuk apa Kau memberi dirimu padanya? Rana, apa kau hanya ingin dia menjamahmu lalu membuangmu? Begitu maksudmu?"

Tajamnya perkataan ibunya mengobarkan semangat Erick untuk mengklaim bahwa kata-kata ibunya itu salah. "Aku bukan orang seperti itu, Bunda."

"Bunda tanya, kau mau Rana atau tidak? Kalau mau silakan, tapi kalau tidak, abaikan dia. Jangan beri harapan palsu. Jujurlah, benar kau hanya ingin mengencaninya saja dibelakang keluarga?"

Bunda sangat mengerti perasaanmu terhadapnya Erick.

"Ya, aku mau Rana." benar kan? Erick tidak mungkin menyangkalnya.

Panas dingin! Rana baru saja mendengar pengakuan?

Ya ampun, jadi dia juga menyukaiku? Rana! Kau memang beruntung.

Sama seperti Rana, Mama Gea tidak kalah terkejut. Hampir saja wanita itu melompat kegirangan.

Tidak kusangka semudah ini mendapatkan hati Megan Berlian. Dia benar-benar peduli pada putranya. Tidak salah lagi, aku telah menempatkan Rana ditempat seharusnya.

"Bagaimana Kak Gea? Apa kau menerima Erick menjadi calon menantumu?" Megan sudah menebak, Gea tidak akan basa-basi menolak.

"Em... Aku sangat senang kalau seperti itu. Terserah Rana saja."

Rana sebagai pemilik keputusan akhir nampaknya masih syok.

Menikah dengan pria yang digilainya? Ini sungguh keajaiban. Rasanya ini sulit dipercaya.

Ini adalah kemurahan hatiku. Tolong jangan menyia-nyiakan kebaikanku ini. Kak Gea, mohon kerjasamamu.

"Rana, Erick, kalian berdua mulai pagi ini bukan hanya sekedar sepupu. Berkencanlah dan jangan saling menahan rindu lagi. Bunda merestui kalian berdua."

Demi apa? Demi apa Megan memberi restu semudah ini? Mereka bahkan tidak perlu memohon hingga menangis darah. Ini semua demi kepeduliannya pada perasaan Erick Erlangga. Selama ini Megan tahu bahwa baik Errick maupun Rana diam-diam saling merindukan.

"Bunda, terima kasih atas pengertianmu." ucap Erick dengan binar wajah yang ia sembunyikan namun tetap jelas terlihat.

"Sama-sama sayang. Jadi nikmati kencan hari pertamamu. Kita punya waktu dua minggu untuk mempersiapkan pernikahan kalian berdua."

"Rana, bagaimana?" Erick menyentuh lengan Rana yang menatapnya tak percaya.

"Kak Erick, biarkan aku tarik napas dulu."

Megan dan Gea pergi. Gea berjalan bersampingan dengan Megan. Keduanya membisu masing-masing sibuk dengan hati dan pikiran masing-masing.

Megan masih tak percaya akan apa yang baru saja ia putuskan. Apa ini benar? Menempatkan putraku disisi orang yang berbahaya, apakah aku bisa tenang? Tapi Megan melawan semua kekhawatirannya itu dengan mempercayai Erick sepenuhnya. Putraku orang yang baik. Dia akan mencintai Rana dengan cinta yang besar. Biarlah cinta yang dia berikan boleh membuatnya menerima cinta yang tulus pula.

Sedikit berbeda dengan Megan, bukan rasa khawatir tapi Gea menjadi orang yang sangat bahagia memgingat hubungan Rana dan Erick yang kini sudah mendapatkan restu dari Megan. Apa mama bilang Rana, Kau akan mendapatkan kebahagianmu. Dan itu terjadi hari ini. Sayang, genggam erat dia dalam genggamanmu. Jangan lepaskan dan membiarkannya terenggut.

"Kak Gea,"

"Hmm"

"Persiapkan dirimu untuk berbesan denganku."

"Aku mengerti, Megan."

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Putri Nunggal

Putri Nunggal

belaga so pasrah padahal hati lu kegirangan ma lampir

2023-04-27

0

Putri Nunggal

Putri Nunggal

belaga so gak paham padahal elu yang menjebak mereka supaya berbesraan

2023-04-27

0

Widya Febrina

Widya Febrina

demi kebahagian anak, org tua akan memilih menekan ego nya...walaupun ada perasaan yang mengganjal tp lebih baik mengalah

2022-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!