Ga tau NT lg napa. Bab ini tu di up sejak sore sekitar pada Jum'at, 28 Okt 2022 pukul 16.00.
Selamat membaca...
👇👇👇
“yes! Yes! Yes! Rana, setidaknya kau sudah berusaha anakku sayang, mama akan menunggu hasilnya sambil tidur nyenyak.” Gea merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk yang begitu nyaman.
Rana-ku, mama berjanji, Erick Erlangga akan menjadi milikmu. Sebagai anakku, kau akan selalu mendapatkan apa yang kau inginkan.
Gea merasa yakin, putrinya itu mampu memikat hati pria manapun, termasuk Erick Erlangga. Kurang mempesona apa putrinya sehingga pria normal menolaknya? Itu mustahil.
Gea kemudian terlelap dengan hati bahagia, siap menjemput bahagianya hari esok.
...****************...
Rana terus mengatakan apapun sesukanya, namun sesuka hati pula menempel pada Erick.
Orang mabuk biasanya berkata jujur. Inilah yang mendorong rasa percaya Erick terhadap pengakuan hati Rana yang barusan ia dengar.
“Erick Erlangga, kau semakin tampan.” Rana kembali mengoceh saat Erick mengakhiri sesapan untuk yang ke sekian kalinya. Disentuhnya garis wajah pria itu dengan wajah nakal setengah sadar.
“Berhenti mengoceh. Rana, apa Kau sudah puas dengan ciuman kedua kita?”
Rana menggeleng sambil mengatakan “belum puas. Aku mau tambah.” terdengar lucu, tapi bagi Erick, Rana begitu menggemaskan saat mabuk.
"Rana, kau tidurlah. Berhenti menggodaku. Kita lanjut besok saat kau sudah sadar."
Rana kembali menggeleng lemah. "Erick bermainlah denganku malam ini. Ciuman saja tidak cukup."
"kau mau main apa tengah malam begini?"
*Orang mabuk aneh-aneh saja. *Rasanya Erick ingin merekam moment ini sebagai pembuktian besok pagi saat Rana bangun, tapi Rana terus menguasai tubuhnya hingga tidak ada cela bagi Erick untuk menyentuh ponsel. Bahkan posisi mereka sungguh terlihat menakutkan. Rana berada diatas pangkuan pria yang ia rindukan ini. Untuk sesaat, Erick merasa bersyukur sebab dirinya dalam keadaan sadar penuh. Karena jika mereka sama-sama mabuk, hal gila pasti akan terjadi sejak tadi.
"Erick, kau membalas ci*manku. apa itu berarti Kau juga suka?"
"Iya, aku menyukaimu. Puas sekarang?"
"kalau begitu kau pacarku sekarang? Bagaimana dengan tante Megan? si Rere itu?"
"berhentilah bicara. Apapun yang aku katakan, Kau akan melupakannya besok pagi. Jadi percuma dan lebih baik kalau kau tidur saja."
Kau mungkin mengira aku sedang mabuk berat. Erick Erlangga, aku sedang berusaha mengikuti kata hatiku karena sudah terlanjur memulainya. Mama, doakan aku supaya tidak gagal.
Rana kembali menyambar. Hot kissing kembali diulang.
Bahagia? Ya ... Erick tidak bisa menyangkalnya. Dia merasa bahagia tak terkira.
"Tunggu, tanganmu mau apa?" Erick menangkap tangan Rana yang berjalan membuka kancing kemejanya.
Saling menatap.
.
Di hotel yang sama. Ada pasutri yang berjalan sembari bergandeng tangan terlihat sangat harmonis. Baru saja usai mengadakan pertemuan dengan beberapa rekan bisnis, keduanya memutuskan untuk mengajak putranya pulang sama-sama ke rumah. Ini demi mengiyakan permintaan anak perempuan bungsunya yang menunggu abangnya dengan tidak sabaran. Pasutri ini tentulah Megan dan Morgan.
Melihat pintu bilik bernomor 1000 itu terbuka begitu lebarnya, "Anak ini sungguh ceroboh. Memangnya ini kamar pribadinya di rumah?" Morgan masih saja heran. Erick memang sedikit ceroboh.
Tapi tunggu dulu. Keduanya tetiba hentikan langkah saat sudah berada tepat di ambang pintu. Terdengar samar suara orang dari dalam.
"Ci*man tadi belum cukup?" ini jelas suara milik Erick Erlangga.
"Emm" balas seorang perempuan. Pasutri itu kompak menelan saliva.
"Kalau begitu ... kita tutup pintu dulu." nasib baik Erick masih ingat jika dia belum sempat menutup pintu akibat aksi mereka berdua.
"Tutup pintu? Kau baru sadar kalau pintumu terbuka selebar ini?" Morgan bertanya setengah mengejek.
Terbelalak. Hampir saja mati ditempat. Erick menatap ayah dan ibunya bergantian. Wajahnya begitu gugup.
"Sayang, apa kami berdua mengganggu malam panasmu?" pertanyaan macam apa pula ini? Bunda sungguh terang-terangan. Wajah tegang ibunya ini berhasil meningkatkan kadar kegugupan yang dirasakan Erick.
"Ya? Oh.. anu ... it-itu ... ha-hanya..."
Tidak sabar lagi menyaksikan kebingungan putra sulungnya, Megan menerobos masuk. Ia penasaran, wanita macam apa yang masuk ke kamar laki-laki yang bukan suaminya.
Disamping itu, Megan tidak ingin putranya memperdaya para gadis dengan modal ketampanannya itu yang memang menjual.
"Terana Marlon? Jadi ini Kau?"
Sempat mematung dihadapan ayahnya, Erick berbalik kanan menyusul sang bunda. Morgan sendiri tidak mungkin diam di tempat. Ia pun ikut masuk tanpa disuruh.
Meski masih terpengaruh oleh alkohol, tapi mau tidak mau Rana harus segera sadar jika berhadapan dengan tante Megan.
"Ta-tante,"
PLAK..
Tentu tamparan itu dengan kasar mendarat di pipi Rana. Gadis itu mengusap pipinya yang terasa panas
"Kau rupanya ya, hah! Beberapa jam lalu kau terlihat sangat manis dan pemalu. Apa ini Rana? Kau bahkan naik ke atas ranjang laki-laki? Bikin malu!"
Megan kembali mengangkat tangan untuk tamparan ke dua.
PLAK..
Tamparan kedua di tangkis oleh Erick dengan memasang wajah tampannya disana.
"Erick! Bisanya Kau pasang badan untuk anak ini?"
"Stop, Bunda, jangan pukul Rana!"
"Rick?"
"Bunda, Rana tidak salah. Ini bukan kesalahan."
"Apa? Kau bilang ini bukan kesalahan? Rana menggodamu, Nak! Kau membela orang seperti ini?"
"Bunda, kami sama-sama saling suka. Kita baru bertemu lagi dan..."
"Dan saling mengungkapkan perasaan? Waw! 11 tahun rupanya belum cukup untuk saling melupakan?"
"Sayang, please. Tahan amarahmu. Kau marah sebesar apapun tidak akan mengubah perasaan seseorang." Morgan memilih mendinginkan suasana. Ikut memarahi Erick? Sama sekali tidak perlu bagi Morgan, sebab sudah terwakilkan oleh istrinya.
"Tante, ma-maafkan aku," ucap Rana sambil menunduk.
"Kau juga Rick, pantas saja kau mengabaikan adik perempuanmu yang sudah menunggu di rumah, Jerman to Indo bukannya langsung pulang ke rumah rupanya mau bersenang-senang dengan sepupumu sendiri? Kalian berdua,-" Megan tak kuat lagi. Kenyataan ini begitu menyesakkan dada. Apa lagi Erick mengakui perasaan sukanya terang-terangan.
Air mata Megan sampai menetes saking geramnya. Melihat ibunya meneteskan air mata membuat Erick merasa kasihan.
"Bunda ..." Erick mendekat. Morgan mencegah aksi putranya yang berlagak ingin menenangkan sang bunda, padahal biangnya adalah dirinya.
"Kami berdua akan pulang. Kalian berdua, kalau ingin tidur bersama silakan urus pernikahan dulu." Morgan pergi membawa istrinya keluar.
"Rana, apa kau baik-baik saja?" Kini kembali berdua saja, Erick dan Rana malah merasa canggung.
"Pasti sakit kan? Bunda menamparmu, maafkan bunda ya..." menyentuh kedua sisi pipi mulus Rana. Ia tampak khawatir.
Dalam keadaan tingkat kesadaran yang sedikit normal, Rana membalas tatapan Erick. "Tadi Kau pun dapat bagian, Kan? Ini tidak seberapa sakit dari pada perasaan tante Megan." Rana memijat kepalanya yang terasa sedikit pusing.
"Kenapa dengan kepalamu? Sakit kah? Rana, istirahatlah disini. Aku akan pulang."
Rana mengangguk. "Maaf ya, kau mungkin akan kesulitan memperbaiki keadaan di keluargamu."
"Tidak Ran, ini bukan salahmu. Semuanya terjadi begitu saja. Aku pulang dulu, ya... Jaga dirimu." Erick pergi.
Rana termenung lama memikirkan hal memalukan yang baru saja berlalu.
Kak Erick, maafkan aku.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Putri Nunggal
bukan ngerasa bersalah lu mah yang ada kesenengan karna berhasil bikin kacaw keluarga tente mu sendiri
2023-04-27
0
Putri Nunggal
ya semua kekacawan karna ulah konyol ibumu yang serakah akan harta
2023-04-27
0
Putri Nunggal
Erik kau akan menyesal karna telah membela rana
2023-04-27
0