Adek Gue BAD
Seorang gadis manis berusia sembilan—yang akan genap sepuluh tahun, tengah duduk tenang di kursi belajarnya. Gadis itu fokus mengerjakan pekerjaan rumah yang tadi diberikan gurunya.
Sebuah teriakan, tepatnya rintihan memasuki indra pendengaran gadis itu. Zahra menggelengkan kepala lalu melanjutkan PR-nya. Baru satu kata yang ia tulis, suara itu kembali terdengar. Bedanya, suara itu terdengar lebih keras dan seperti suara sambitan.
Suara yang membuat hatinya berdesir hebat, hatinya makin tak karuan setelah mendengar rintihan itu berkali-kali. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Gadis itu menarik napas dalam, entah mengapa hatinya mulai sesak.
Suara yang hampir setiap malam ia dengar, namun kali ini suara itu kian menyakitkan. Dengan kaki berjinjit Zahra menuju meja sebelah, tempat kakaknya berada. Rupanya kakaknya itu tengah tertidur.
"Kak ... bangun," ucap Zahra pelan sambil menggoyangkan bahu kakaknya. Raisha tertidur dengan posisi duduk di kursi, tangannya ia letakkan di atas meja dan kepalanya tertumpu di sana.
Raisha yang tidurnya terusik mulai membuka mata, gadis itu menegakkan badan lalu menoleh ke samping.
"Kamu mimpi buruk lagi?" Hal yang sering Raisha tanyakan saat melihat adiknya berkeringat.
Zahra menggeleng pelan, tangan mungilnya menunjuk keluar, arah ruang utama. Ruang yang biasanya digunakan keluarganya berkumpul.
"Kenapa?"
Belum sempat Zahra menjawab, suara teriakan seorang wanita terdengar begitu keras.
"Mami?" ucap mereka bersamaan lalu berlari keluar.
Mereka berhenti berlari saat melihat pemandangan yang terjadi di depan mereka. Mereka bersembunyi di belakang dinding yang menjadi pembatas antara lorong kamar dan ruang utama.
Seorang wanita yang sangat mereka kenal tengah di sambar dengan tali tambang. Wanita itu merintih kesakitan, bahkan separuh pakaiannya telah tertanggal dan meninggalkan bekas kebiruan panjang.
Jika orang yang tak mengenalnya akan mengira dia orang gila, wajahnya tak berbentuk, bekas goresan pisau ada di mana-mana. Darah segar di wajahnya bak bintang yang gemerlapan di langit malam.
Napasnya tersendat-sendat, dadanya naik turun tak beraturan. Wanita itu terduduk di lantai, tangan dan kakinya terikat tali tambang, kepalanya menengadah ke atas seakan meminta pertolongan pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sepasang suami istri tersenyum senang melihat keadaan wanita itu, bahkan sang istri menendangnya hingga berguling di lantai.
Zahra yang akan menghampiri wanita itu langsung ditahan Raisha. Bukannya tidak mau menolong, tapi jika ia membiarkan Zahra ke sana, bukan tak mungkin Zahra juga diperlakukan sama.
Dada mereka sesak, melihat orang yang mereka sayang diperlakukan tak sepantasnya, apalagi orang yang melakukannya adalah om dan tante mereka sendiri. Air mata yang mereka tahan sejak melihat pemandangan menyakitkan itu, lolos begitu saja tanpa izin.
Zahra mengeratkan pegangannya pada tangan Raisha, tangan gadis itu bergetar. "A–aku ta–kut, Kak ...," ucap Zahra lirih, bahkan tangannya meremas tangan Raisha, membuatnya sedikit meringis.
"Mas, coba kamu lihat. Sepertinya ajalnya sudah dekat, nyawanya sudah mau terlepas, tapi karena dosanya menumpuk jadi malaikat ingin menyiksanya terlebih dahulu." Sang istri menoleh pada suaminya yang tersenyum iblis.
"Kak ...."
"Tahan, Ra. Kakak ngerti apa yang kamu rasain, kakak juga merasakan hal yang sama. Tapi kita bukan apa-apa, Ra. Mereka bisa aja nyakitin kita," nasihat Raisha, gadis itu memeluk adiknya erat. Benar-benar om dan tantenya tersebut, mereka tidak punya hati.
"Permainan terakhir, Sayang."
Sang istri menggaguk lalu mengambil sebilah pisau, yang akhirnya diserahkan pada sang suami.
"Kak ...." Dada Zahra yang sejak tadi sesak, menjadi lebih sesak saat tantenya menyerahkan pisau tersebut. Rongga dadanya kian menyempit, setiap kali menarik napas rasanya sangat berat.
Apa yang akan mereka lakukan?
Sang suami menerima pisau tersebut dengan senang, dia mengangkat pisau itu tinggi-tinggi lalu menancapkan pisau tersebut di dada wanita itu.
Darah segar menyembur seketika, ruangan itu sekarang menjadi penuh dengan bercak darah. Mata wanita itu melotot menahan sakit yang tiba-tiba, satu tarikan dari dada melesat ke perut.
Kaki yang tadi berdiri tegak, tiba-tiba terasa seperti jely. Zahra akan menyusul duduk di lantai jika Raisha tidak menahannya.
"A–aku benci mereka, Kak. Aku benci ini semua," ucap Zahra sambil terisak.
Mata Zahra tetap tidak berhenti menatap sang ibu yang telah terkulai tak bernyawa. Matanya menerawang kosong. Apa semesta kembali memukulnya? Setelah kehilangan ayah, haruskah Tuhan mengambil ibunya juga?
Raisha memaksa Zahra berdiri dan membawanya kembali ke kamar. Samar-samar ia mendengar omnya berkata, "Dia udah mati, Hana. Tinggal dua parasit kecil yang mesti kita tuntaskan."
...****...
"Bagaimana kabarmu little girl?" Pria itu terkekeh.
Gadis bersurai coklat itu menggeram. "Tidak puas kau membunuh ibu dan ayahku? Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
"Pah, kenapa papah malah menanyai kabarnya? Kapan kita akan menghabisinya?" Salah satu laki-laki bertanya, ia mengerutkan kening tidak percaya pada seseorang yang dipanggilnya papa.
Paruh baya dengan jubah hitam itu tersenyum sambil menepuk bahu putranya. "Tenang, Boy. Apa kalian tidak mau bermain dulu dengan gadis ini? Papah yakin, kalian akan menyukainya."
"Ah, akan aku lakukan, Pah. Eh, Ger, enaknya kita apain ini cewek?" Sebelah tangannya meraup surai coklat itu, menariknya pelan hingga kepala gadis itu menghadap mereka bertiga.
...****...
Dor!
Dor!
Dor!
Sebuah peluru berhasil mengenai kaki kirinya, lebih tepatnya di pangkal paha yang berdekatan dengan lutut. gadis itu terjatuh. "Awshh," ringisnya pelan.
Berlian itu langsung berdiri ketika menyadari orang-orang itu semakin mendekatinya. Ia mencoba berdiri dengan menahan sakit. Di Raja Ampat saja ia bisa melakukan ini, kenapa sekarang tidak? Ia berlari dengan kaki tertembak, darah terus keluar dari sela-selanya. Akibatnya, itu menyulitkan langkahnya. Ia tidak dapat berlari cepat jika seperti ini.
"Awshh." Untuk kedua kalinya gadis itu terjatuh. Sebuah pisau tampak menggores dalam betisnya. Sang berlian berusaha berdiri, langkahnya kali ini terasa berat. Pasti ada sesuatu di mata pisaunya. Gadis yang rambutnya masih terurai itu berlari pelan dengan kaki timpang—berusaha menahan sakit yang kian bertambah.
"Ha–ha–ha, lo ga bakal bisa lari lagi!" Tawa iblis seseorang terdengar, berlian itu tahu itu suara orang jahat yang ingin mengakhiri hidupnya. Tak jauh darinya laki-laki paruh baya menodongkan sebuah pistol. Gadis itu bangkit, ia kembali berlari dan sialnya ia harus terjatuh.
Pemuda dengan gaya maskulin dan ayahnya yang telah kepala empat itu berhasil mendekati berlian, tetapi masih ada jarak 3 meter diantara mereka. Saat pemuda tak punya hati dan paruh baya yang akan menangkap sang berlian—yang masih terduduk, seseorang membawa berlian pergi dengan cepat dari hadapan keduanya.
...****...
Dua orang yang menahan tangannya tersenyum iblis.
"Kamu tidak akan bisa berlari lagi little girl, ratu sekaligus ATM kami akan melemparmu ke jalanan dan boom .... Kelanjutannya pasti akan seru. Kamu tunggu saja, jangan banyak memberontak, tenang saja, mayatmu akan segera ditemukan. Kakak-kakakmu pasti akan menangisimu," ucap paruh baya yang berada di sisi kirinya.
Ia berusaha meloloskan tangannya yang dicekal, ia benci dengan dirinya yang lemah. Kenapa harus memiliki kelemahan seperti ini. Mereka keluarganya, mantan tepatnya. Tapi kenapa tidak bisa?
Gadis surai coklat itu mengerang. Tawa iblis lagi-lagi terdengar merdu.
"Jangan memberontak little girl, tunggulah ratu kami dengan tenang!" ucapnya tegas.
Wanita dengan gaun putih panjang, bergaya bak Princess Aurora berjalan mendekat. Manik gelapnya berbinar seperti bajak laut yang mendapatkan peti hartanya.
"Jadi, kalian berhasil menangkapnya, ya? Kerja bagus tuan-tuan."
Sang ratu berjalan mendekati sang berlian yang masih berusaha meloloskan diri, mengabaikan betapa cantiknya wanita yang berdiri di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
ᖴαуѕнα
setelah semua itu pasti Zahra trauma sih apalagi dia lihat secara langsung pembunuhan itu
2023-06-25
0
𝐀𝗋ƶ𝖾ᥣα
entah apa alasannya om dan tante Zahra sampai tega membunuh maminya Zahra 🤔
2023-06-25
0
Aℓιѕуα Ƶαναηуα
kejam banget mereka, gk punya hati sampai bisa sesadis itu bunuh orang yg notabene saudaranya sendiri 🤧
2023-06-25
0