DMS 6

Flashback

Tanpa sengaja, Elgar dan Aden yang sedang berjalan jalan untuk mengecek hotel, melihat sesuatu yang mencurigakan.

Aden hendak maju menghampiri dua orang itu tapi Elgar menahannya.

"Biarkan mereka selesaikan dulu."

Seperti itulah Elgar sekarang. Tak lagi menggebu gebu seperti dulu. Dia menjadi pribadi yang dingin dan lebih tenang dalam menghadapi masalah.

Setelah pria itu pergi, barulah Elgar dan Aden menghampiri waiter tersebut.

"Apa itu?" Elgar menunjuk dagu kearah tangan pelayan yang memegang susuatu.

Kemunculan Elgar yang tiba tiba, membuat pelayan tersebut panik. Belum sempat dia menyembunyikan obat ditangannya, Aden sudah merebutnya paksa dan menyerahkannya pada Elgar.

"Apa yang pria tadi suruh padamu sampai memberimu uang?" tanya Elgar.

Pelayan itu makin menunduk ketakutan. "Di, dia..."

"Dia apa?" Bentak Aden yang ternyata lebih garang dari Elgar.

"Di, dia menyuruh saya me, me, mencampurkan obat itu dimakanan teman wanitanya." Saking takutnya pelayan tersebut sampai gagu.

"Kau tahu apa ini?" Tanya Elgar sembari menunjukkan obat tersebut.

Pelayan itu menggeleng dengan tubuh gemetaran. Wajahnya pucat pasi. Dia sama sekali tak berani mengangkat kepalanya.

"Bagaimana jika ini racun? Apakah kamu siap menjadi pembunuh dan dipenjara jika wanita itu meninggal?" Pelayan itu menggeleng cepat.

"Atau kalu tidak, bagaimana jika ini obat bius atau obat perangsang? Apa kau tahu akibatnya? Kau akan menghancurkan seorang wanita karenanya. Hanya karena beberapa lembar uang, masa depan seseorang menjadi taruhannya. Dimana hati nuranimu?"

Elgar menghela nafas lalu melemparkan obat tersebut ke tempat sampah. Dia bersyukur bisa memergoki kejadian seperti ini. Kalau tidak, dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada wanita tersebut.

"Panggil atasannya." Titah Elgar pada Aden.

Mendengar itu, pelayan tersebut seketika bersimpuh dikaki Elgar. "Tolong ampuni saya Pak. Tolong jangan laporkan saya." Mohonnya sambil menangis dikaki Elgar.

Aden berdecak sambil geleng geleng melihatnya. Dia tahu jika tak mungkin Elgar mengampuninya. Daripada melihat drama penuh air mata buaya, lebih baik dia masuk untuk menemui manager restoran.

"Kesalahanmu sudah sangat fatal. Aku tidak akan membiarkan manusia tak berakhlak sepertimu menjadi bagian dari hotel ini." Elgar menarik kakinya dengan kasar lalu pergi begitu saja. Dia yakin Aden bisa diandalkan untuk urusan ini.

Flashback off

Setelah tujuh tahun tanpa kabar, akhirnya sekarang mereka bisa duduk kembali dalam satu meja. Berhadapan, tapi rasanya canggung untuk menatap meski rasanya sangat ingin. Perasaan senang sekaligus sedih bercampur menjadi satu.

Hening, keduanya baik Mila maupun Elgar hanya diam. Terlalu banyak yang ingin dikatakan membuat mereka sama sama bingung apa yang harus diucapkan terlebih dahulu.

Ditengah keheningan itu, Aden datang dengan dua botol air mineral.

"Silakan." Ujar pria berkaca mata itu seraya meletakkan masing masing satu botol dihadapan mereka.

"Bisa tinggalkan kami sebentar." Titah Elgar dan langsung diangguki tanpa bertanya apa apa.

Setelah Aden pergi, Elgar meraih air mineral dihadapan Mila lalu membukanya.

"Minumlah dulu." Ujar Elgar sembari meletakkan kembali air mineral yang tutupnya sudah longgar dihadapan Mila.

"Terimakasih." Mila meraih air mineral didepannya dan langsung meminumnya setengah lalu meletakkan kembali.

Mila meremat ujung blouse nya saat tanpa sengaja mereka bertatapan. Jantungnya berdebar kencang. Dulu tak semendebarkan ini, tapi sekarang, rasanya sudah seperti sepasang kekasih yang bertemu kembali setelah lama berpisah. Namun pada kenyataannya, mereka hanyalah mantan suami istri, bukanlah sepasang kekasih.

"Apa kabar?" Tanya Elgar.

Ingin sekali Mila menjawab kalau dia tak baik baik saja. Tapi dia tak mau membuat Elgar merasa bersalah.

"Baik." Jawab Mila sambil menampilkan senyuman yang dia buat setulus mungkin.

Jawaban itu menimbulkan sedikit rasa sakit dihati Elgar. Ingin rasanya dia mendengar Mila tak baik baik saja tanpanya. Dia memang selalu mendoakan kebahagiaan untuk Mila. Tapi dilubuk hatinya terdalam, ada rasa sakit jika Mila bahagia tanpanya.

"Kamu?"

"Hah." Elgar yang masih larut dalam perasaan, terkejut dengan pertanyaan Mila.

"Bagaimana kabar kamu?"

"Aku....aku juga baik." Elgar berusaha menunjukkan senyumnya meski hatinya menyimpan banyak sekali luka.

Tidak Mil, aku tidak baik baik saja tanpamu.

Tapi hanya dalam hati Elgar mampu mengucapkannya. Dia tak mau membuat Mila sedih jika tahu seperti apa kehidupan yang dia jalani tujuh tahun ini. Biarlah hanya dia yang tahu. Bagaimanapun, ini kesalahannya. Kesalahannya karena menjadi pecundang yang tak bisa memperjuangkan cinta. Jadi jika saat ini dia tak bahagia, anggap saja ini hukuman untuknya.

Sebagaimana Elgar, Mila juga merasakan sakit mendengar jawabannya. Dia juga berharap jika Elgar tak baik baik saja tanpanya. Tapi sepertinya, mantan suaminya itu sangat bahagia sekarang. Lihatlah, hotel semewah ini adalah miliknya. Dia masih ingat bagaimana dulu Elgar sangat berambisi menjadi orang yang sukses. Sepertinya, ambisi pria itu sudah terwujud. Dan pilihannya untuk menikahi Salsa adalah pilihan yang tepat.

Apa selama ini, kamu pernah merindukanku El?

Ingin sekali Mila mengucapkan langsung kata itu, sayangnya lidahnya terlalu kelu. Hanya dalam hati dia simpan pertanyaan yang sungguh sungguh ingin dia tahu jawabannya.

"Sejak kapan kamu kembali ke Indonesia?"

"Sebulan yang lalu."

Meski Elgar masih berkomunikasi dengan Pink, tapi dia tak pernah menanyakan tentang Mila. Begitupun sebaliknya dengan Mila. Bagi Mila, biarlah Elgar hanya hidup dalam ingatannya.

"Siapa pria tadi?" Elgar sungguh penasaran apa hubungan Mila dengan pria tadi. Elgar masih sangat ingat wajahnya, dia adalah pria yang membayar pelayan untuk memberikan obat pada teman wanitanya. Jangan jangan, teman wanita yang dimaksud adalah Mila. Jika benar, dia sangat bersyukur karena berhasil menyelamatkan Mila.

"Dia atasanku dikantor."

Kaget sekali Elgar mendengarnya. Hubungan antara atasan dan bawahan, bisa dianggap kenal lumayan dekat, tapi pria tadi memfitnah Mila dengan sangat kejam. Elgar mengepalkan telapak tangannya. Ingin sekali dia membuat perhitungan pada pria bajingan itu.

"Apa kau ingin melaporkannya kepolisi?"

Mila menggeleng. Bukan dia tak mau mencari keadilan atau memberikan efek jera pada Pak Raka. Tapi pengalaman mengajarkannya untuk menahan diri kali ini. Meski sudah bertahun tahun lamanya, masih basah diingatannya tentang kejadian penculikan dulu. Tidak, dia tak mau sampai kejadian lagi. Apalagi sekarang ada Saga yang harus dia pikirkan keselamatannya.

"Kau tahu, tadi aku memergoki pria itu menyuruh pelayan memberikan obat perangsang dimakanan teman wanitanya. Apakah mungkin teman wanita yang dia maksud itu kamu?"

Mila menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangan. Dia baru paham kenapa Pak Raka berkata seperti tadi. Tapi kenapa dia tak terpengaruh?

"Aku sudah membuang obat itu sebelum dicampur dimakananmu."

Mila bernafas lega. Setidaknya dia tak perlu was was karena efek yang akan ditimbulkan obat itu.

"Pria seperti itu harus diberi efek jera akan tak mengulangi perbuatannya pada wanita lain."

Mila membenarkan ucapan Elgar. Tapi saat ini, dia sedang tak ingin menambah masalah.

"Aku hanya tak ingin kejadian Pak Bas terulang kembali."

Elgar memejamkan matanya sambil membuang nafas kasar. Sampai sekarang, belum bisa dia memaafkan perbuatan bajingan itu.

"Maaf Pak, ada telepon dari Bu Salsa." Aden tiba tiba datang dan mengangsurkan ponselnya pada Elgar. "Bu Salsa bilang tak bisa menghubungi Bapak, jadi dia menghubungi saya."

Elgar menatap Mila, tapi yang ditatap malah membuang muka. Bukan apa, Mila hanya tak mau Elgar melihat kesedihan dimatanya.

"Tunggu sebentar." Elgar meraih ponsel ditangan Aden lalu sedikit menjauh.

Mila berusaha menahan air matanya. Tak seharusnya dia cemburu. Salsa adalah istrinya, sedangkan dia hanya mantan. Sadar akan kedudukannya, Mila memilih pergi dari tempat itu. Sepertinya Elgar memang sudah bahagia sekarang.

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Mila kasihan Saga, semoga suatu saat Saga ketemu bapaknya(Elgar)

2023-12-13

1

Bunda Aish

Bunda Aish

🙄😟😟😟😟

2023-07-08

0

EndRu

EndRu

sedih lagi aku 😭😭😭😭
kasihan takdir cinta El Mila

2023-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!