Soni kalut saat pulang dari toko, dia tidak mendapati keberadaan Nina di ruang depan atau si kamar mereka. Soni sengaja pulang lebih awal dari biasanya, karena sudah tidak sabar ingin bertemu Nina. Dia pulang bahkan saat matahari belum tenggelam di ufuk barat.
Dari toko, Soni langsung pulang ke rumah yang ditempati bersama Nina tanpa mampir terlebih dahulu ke rumah Indah. Soni berfikir tadi pagi sudah ke rumah Indah, maka sore ini tidak perlu mampir lagi.
Tidak menemukan keberadaan, Nina di kamar, pikiran buruk melintas dalam benak Soni. Dia membuka lemari dan mendapati isi lemari tempat baju-baju Nina sudah kosong. Soni bergegas keluar kamar, menuju kamar lama Nina. Namun gerakan tangannya terhenti saat pintu yang biasanya tidak pernah terkunci, sekarang terkunci. Ada perasaan lega dalam hatinya, berharap Nina hanya pindah kamar saja, bukan pergi meninggalkan rumah.
Ingin membuktikan sangkaannya, Soni membuka laci-laci kecil pada lemari di dekat dapur, untuk mencari kunci cadangan. Di cobanya satu persatu anak kunci, tapi nihil semua tidak ada yang cocok untuk membuka kamar lama Nina.
Soni duduk menyandarkan tubuh lelahnya di kursi terdekat, pandangannya tak sengaja mengarah pada dinding, dan baru menyadari disana tidak ada lagi pigura besar photo pernikahan mereka, bahkan pigura berukuran sedang dan kecil yang terdapat photo mereka pun sudah tidak ada. Dindingnya kosong.
Soni ingat, jika dulu dia dan Nina memasang photo pernikahan mereka di dinding, untuk menyenangkan hati mamahnya Nina yang dulu sedang sakit. Dulu dia enggan menatap photo pernikahan tersebut, tapi sekarang dia merasa ingin melihatnya. Soni berjalan ke arah kamar belakang yang dijadikan gudang. Piguranya ada tapi photo-photo pernikahannya sudah tidak ada.
'Apa Nina yang menyimpan poto pernikahan?' ucap Soni dalam hatinya.
Langkah Soni yang hendak keluar gudang terhenti, saat melihat serpihan kertas photo di tempat sampah, Soni mengambilnya dan dia yakin jika itu adalah photo-photi pernikahannya dengan Nina yang di robek-robek secara paksa.
Dengan gontai Soni kembali ke ruangan tengah dan duduk di sana seorang diri menunggu Nina keluar dari kamar lamanya.
Sejak tadi ponselnya terus berdering, panggilan dari Indah. Tidak ingin kepalanya bertambah pusing mendengar nada dering yang tak kunjung berhenti, Soni mengutak-atik ponselnya hingga suara panggilan itu tidak menimbulkan bunyi yang memekakan telinga. Soni mengatur ponselnya dengan mode senyap dan membalikan ponsel agar pendar cahayanya tidak terlihat.
¤¤FH¤¤
"Udah sore, Nin. Kita pulang sekarang aja, yuk!"
"Sebentar lagi, Va. Aku malas pulang ke rumah."
Eva melihat Nina dengan tatapan menyelidik.
"Ada apa?"
"Bang Soni sudah menalak aku."
"Gara-gara keong racun itu?"
Eva mengetahui hubungan Soni dengan Indah, karena dari Eva lah Nina mengetahuinya. Hanya kepada Eva, Nina menceritakan segalanya.
Nina mengendikan bahunya, "Entahlah..." jawab Nina lemah.
"Lalu apa rencana kamu?"
"Aku akan pergi dari hidupnya dan mengejar cita-citaku."
"Sabar, ya! Aku selalu ada untuk kamu."
Eva memeluk sahabatnya.
Akhirnya, hingga sore berganti malam, Eva menemani Nina. Dari dulu, jika ada masalah, Nina hanya butuh ditemani.
¤¤FH¤¤
Pukul 07.00 malam Nina sampai di rumahnya. Suasana rumah masih gelap, lampu teras dan lampu dalam belum menyala, Nina yakin jika Soni belum pulang. Nina menepuk-nepuk pelan kepalanya, 'Ayolah Nina jangan mimpi, sejak kapan Soni pulang sebelum pukul 08.00 malam,' Nina membathin.
Nina menyalakan lampu luar, tapi lampu dalam sengaja dimatikan, dia enggan menyalakannya. Nina hanya harus masuk ke kamarnya, dan mengistirahatkan tubuh lelahnya. Dia tidak memiliki kewajiban lagi untuk menyambut kepulangan Soni, dan menyiapkan segala keperluannya.
Nina mengambil anak kunci dari tasnya, ruangan yang gelap, sedikit menyulitkannya membuka pintu. Nina tidak sadar, sejak tadi tingkahnya diperhatikan oleh Soni. Sejak tadi sore, Soni tidak beranjak dari duduknya.
"Dari mana?"
Anak kunci yang Nina pegang terjatuh saat tiba-tiba sebuah suara bertanya, membuat Nina kaget. 'Suara bang Soni! dia udah pulang, tumben.'
Soni menekan sakelar, dan seketika ruangan menjadi terang benderang.
"Dari mana?" Soni mengulang pertanyaannya.
Nina diam saja, dia malas menjawab pertanyaan calon mantan suaminya. Nina melakukan aktifitasnya yang tertunda, pintu berhasil dia buka dalam sekali putaran.
Soni merasa dongkol, karena pertanyaannya sejak tadi tak diacuhkan Nina. Soni berjalan cepat, hingga saat Nina akan memasuki kamarnya, dia berhasil mencengkram lengannya.
Dengan cepat, Nina mengibaskan pegangan tangan Soni.
"Kita bukan muhrim!" jawab Nina sinis.
Tatapan Nina seolah mengingatkan jika Soni sudah menjatuhkan talak kepadanya pagi tadi.
"Jadi begini kelakuanmu saat aku nggak ada di rumah. Keluar rumah tanpa ijin, dan baru pulang saat aku mau pulang."
Tuduhan Soni membuat Nina semakin kecewa dan sakit hati. Nina membalikan badannya, matanya menatap tajam pada Soni.
"Iya, seperti inilah aku. Dan juga kita bukan suami istri lagi, jadi aku nggak harus minta ijin mau pergi kemanapun!"
Soni tersentak mendengar perkataan Nina. Seumur dia mengenal Nina, baru kali ini dia berkata dingin dan sinis. Tidak ada lagi keramahan dan suara lemah lembut Nina.
Nina meninggalkan Soni yang masih terpana dan menutup pintu kamarnya dengan kasar, membuat Soni terperanjat kaget.
Soni mengusap wajahnya kasar, dari dalam kamarnya dapat Nina dengar teriakan Soni melepaskan kekesalannya, tinjuan tangan Soni pada tembok kamarnya, setelah itu suara pintu yang dibanting yang Nina yakini adalah pintu kamar mereka, dulu.
Tidak ingin menyibukan pikirannya dengan yang bukan urusannya, Nina menyimpan tas dan kantong belanjaannya, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
¤¤FH¤¤
Di dalam kamarnya Soni mengamuk, dia mengacak-acak tempat tidur, bantal dan guling dia lempar ke sembarang tempat, sprei dan bedcover yang menutupi, terbuka di beberapa bagian.
Kenapa hatinya sesakit ini diabaikan oleh Nina? Kenapa terasa ada yang hilang dan kosong di dalam hatinya?
Soni memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, dia menjatuhkan dirinya di lantai, dengan tangan memeluk lututnya, entah sadar atau tidak dengan yang dia lakukan, tapi Soni menitikan air matanya, Soni menangis.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Himna Mohamad
rasain enak gk
2023-09-30
0
Sulati Cus
yg nalak sp yg sok jd tersakiti sp😂mknya klu mau nalak mikir
2023-06-10
0
Lina Maulina18
MK nya jgn mudah ngucapkan kata talak giliran dah d ucapkan nyesel loe
2023-06-10
0