Hati yang Mengganjal

Keluar dari rumahnya, pikiran dan hati Soni sungguh tidak menentu. Perut yang semula terasa lapar, kini menguap entah kemana rasa lapar tersebut, berganti dengan sesak di dadanya.

Dia tidak menyangka jika Nina justru terkesan menantangnya agar mereka segera bercerai secara resmi. Melihat tak ada raut kesedihan sedikitpun di wajah Nina, justru membuatnya sedih.

Harusnya, Soni senang, tapi entah kenapa ketenangan Nina justru menganggu hatinya. Soni pernah berharap, Nina akan menangis dan menghiba kepadanya, namun ketenangan Nina seolah membuktikan jika tidak ada cinta Nina untuk Soni.

Hari masih cukup pagi untuk dia pergi ke toko. Pertokoan biasanya buka pada pukul 09.00 pagi, sedang karyawannya akan datang setengah jam sebelumnya. Sekarang masih pukul 07.00 pagi lebih beberapa menit, dan dia belum sarapan. Soni pun memutuskan untuk pergi ke rumah istri sirinya. Dia akan sarapan pagi di sana, meski sebenarnya sudah tidak bernafsu untuk makan.

Soni membelokan sepeda motornya menuju rumah yang dia kontrakan untuk Indah. Jarak kontrakan Indah tidak terlalu jauh dari toko kelontongan miliknya, hal itu memang sengaja agar, Soni tidak membuang waktu di perjalanan untuk bertemu Indah.Soni Berharap semoga, Indah menyediakannya sarapan dan menyejukan hatinya yang kalut. Kalut karena kini justru dia meragu dengan keputusannya menceraikan Nina.

Gordein rumah masih tertutup, lampu luar belum dimatikan saat, Soni sampai di kontrakan Indah. Soni memang jarang berkunjung ke rumah Indah saat pagi hari, hanya saat Indah memintanya datang, dia baru berkunjung, biasanya itu saat Indah meminta jatah uang kepadanya.

Soni selalu mengunjungi Indah, siang hari saat makan siang dan sore hari ketika pulang dari toko. Setelah tokonya tutup, Soni tidak langsung pulang ke rumahnya, tapi mengunjungi Indah, hingga sepuluh menit sebelum jam delapan malam, Soni baru pulang ke rumahnya.

Soni mengetuk pintu rumahnya, dari ketukan biasa hingga gedoran, Indah belum membuka pintunya. Soni mencoba memasukan anak kunci yang ada padanya, tapi sia-sia, karena anak kunci yang sama tergantung dari dalam sehingga Soni tak bisa membukanya.

"Bukannya Indah mengirim pesan tadi pagi, apa dia tidur lagi?" bisik Soni dalam hatinya.

Indah baru membuka pintu setelah, Soni menggedor jendela kamarnya.

"Abang tumben pagi-pagi ke sini?" tanya Indah masih dengan muka bantal, rambut awut-awutan dan tidak ada wajah bermake-up tebal seperti biasanya.

"Kenapa nggak boleh?" jawab Soni ketus.

Soni menjawab ketus pertanyaan Indah. Kesal di dalam hatinya bertambah, karena Indah lama membukakan pintu untuknya.

Soni menatap Indah pangling. Biasanya jika dia berkunjung, Indah akan menyambutnya dengan dandanan paripurna full make-up. Sekarang, Soni baru tahu wajah baru bangun tidur Indah yang tanpa make-up, sangat berbeda sekali, wajahnya pucat dan kusam, aroma tubuhnya pun membuat perut kosong Soni mual.

Soni tiba-tiba teringat Nina, yang tak terbiasa menggunakan make-up tebal, namun justru saat bangun tidur justru terlihat cantik alami.

"Ya nggak biasa aja, abang datang pagi-pagi."

"Apa tiap pagi kamu bangun sesiang ini?"

"Tadi udah bangun, cuma entah kenapa beberapa hari ini, tiap pagi bawaannya ngantuk, jadi tidur lagi aja," Indah berbohong, suaranya dibuat semanja mungkin, biasanya jika seperti itu, Soni akan luluh kepadanya.

"Ayo masuk, bang!" Indah menarik tangan Soni, menuntunnya duduk di kursi.

Indah hendak mendekat untuk bermanja, tapi Soni menggeser duduknya, menjauh dari Indah, Soni tidak tahan dengan bau tubuh Indah yang belum mandi.

"Kamu mandi dulu, gih! Siap itu buatkan aku sarapan!"

"Abang belum sarapan?"

"Bisa tidak kamu jangan banyak tanya, sekarang kerjakan yang aku minta!" Soni meninggikan suaranya pada Indah, membuat Indah heran, karena Soni tak pernah meninggikan suara kepadanya.

Tidak ingin membuat suaminya lebih marah, Indah segera masuk ke kamarnya. Dua puluh menit kemudian dia keluar sudah dengan penampilan sempurnanya.

Begitu keluar dari kamarnya, Indah langsung membuka pintu depan, lalu keluar dengan ponsel di telinganya. Soni hanya memperhatikan tanpa berniat untuk menanyakan. Tidak lama, Indah kembali dengan kresek makanan di tangannya.

"Kamu nggak masak?"

"Nggak sempet, bang. Katanya abang sudah lapar. Kita makan ini saja."

Tak ingin berdebat, Soni langsung melahap lontong mie pesanan Indah.

"Nanti sore, kita ke dokter kandungan, periksa kandunganmu."

Indah menghentikan kunyahannya, "Nanti saja, bang. Kan sudah di tes alat kehamilan."

Soni memicingkan matanya ke arah Indah.

"Aku mau periksa kehamilan, kalau kita sudah nikah tercatat di negara, aku malu kalau orang-orang tahu aku hamil, sedangkan status pernikahan kita belum resmi."

Soni merasa alasan yang diutarakan Indah hanya mengada-ngada.

"Tapi aku akan tetap menjaga anak kita baik-baik bang, minum susu hamil dan suplemen kehamilan." Indah menyenderkan kepalanya dibahu Soni, mencoba bermanja-manja.

"Jadi kapan abang akan nikahin aku secara resmi?"

"Setelah aku bercerai dengan Nina."

"Apa? Abang akan menceraikan Nina?" 

Ada senyum tersembunyi yang terbit di sudut bibir Indah. Hatinya bersorak gembira, sebentar lagi hanya dia satu-satunya istri Soni Gunawan, pemilik toko klontongan terbesar di daerahnya.

"Nina nggak mungkin mau menandatangani surat ijin menikah lagi,"  jawab Soni terdengar sendu di telinga Indah.

"Abang menyesal menceraikan Nina?"

Soni tidak menjawab pertanyaan Indah, dia tetap diam mencoba menikmati sarapannya yang terasa berbeda di lidahnya, tidak seenak masakan Nina. Diamnya, Soni membuat Indah kesal, karena dia takut, Soni sudah jatuh cinta pada Nina dan menyesal menceraikan Nina.

Soni diam, karena dia tidak tahu harus menjawab apa. Hatinya terasa sesak, tapi kata talak sudah terlanjur dia ucapkan, tidak bisa ditarik kembali. Ingin merujuk, Nina namun istrinya tersebut seolah ingin cepat-cepat bercerai darinya.

Rasa sesak itu makin bertambah melihat Nina seperti baik-baik saja setelah dia menalaknya.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Himna Mohamad

Himna Mohamad

good ut authoor,buat peran utamanya tangguh,,lanjut thoor

2023-09-30

0

Lina Maulina18

Lina Maulina18

pemilik klontong aja bangga ckckck

2023-06-10

0

Esther Lestari

Esther Lestari

ternyata cantiknya Indah krn makeup tebalnya....sdh terlambat nyeselnya

2023-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!