Wanita berhijab itu keluar dari toko kue setelah orang yang di hubunginya sampai di depan toko. Wajahnya ceria saat melihat pria yang baru keluar dari dalam mobil.
'Arsen!' batin Drabia melihat pria yang di dekati wanita itu. Jantung Drabia berdebar kencang, hatinya sakit melihat Ansel tersenyum ke arah wanita itu. Apa hubungan mereka?, setau Drabia Ansel tidak pernah dekat dengan wanita manapun selama ini.
'Apa mereka memiliki hubungan selama ini?' tanya Drabia dalam hati. Tanpa sadar Drabia meneteskan air matanya. Ansel masih suaminya bukan?, kenapa Ansel menjalin hubungan dengan wanita lain?.
Drabia melangkahkan kakinya keluar toko ingin memastikan kalau yang di lihatnya adalah Ansel. Tanpa mengatakan apa apa, Drabia hanya menatap Ansel yang juga diam menatapnya. Drabia melihat Ansel memberikan sebuah kartu kepada wanita itu.
"Maaf sudah ngerepotin abang" ucap wanita itu terdengar manja.
"Gak apa apa" balas Ansel tersenyum. Wajahnya sangat tampat dan sejuk di pandang mata." Sana cepat bayar, biar ku antar pulang." Ansel mengerakkan dagunya ke arah toko kue.
"Iya Bang hehehe..." cengir wanita itu.
Melihat wanita yang bersama Ansel membalik badan. Drabia pun membalik badanya segera masuk ke dalam toko sembari menghapus air matanya.
"Mbak, aku mau bayar kue yang tadi" ucap wanita soleha memberikan card di tangannya kepada Drabia.
Drabia menerima card itu sambil tersenyum, ia pun melihat nama pemilik card itu. Benar card itu milik suaminya. Drabia menarik napasnya dalam dan mengeluarkannya perlahan, untuk melonggarkan dadanya yang terasa sesak.
Selesai melakukan pembayaran, Drabia mengembalikan card itu dan memberikan kue yang di beli wanita itu.
"Trimakasih Mbak, semoga kembali ke sini lagi" ucap Drabia tersenyum ramah.
"Kembali kasih" balas wanita itu tak kalah ramahnya.
Wanita itu pun segera keluar toko menghampiri pria yang sudah masuk ke dalam mobil.
'wanita itu cantik, ramah dan soleha. Mungkin wanita itu seperti yang di idamkan Ansel' batin Drabia tanpa melepaskan netranya dari wanita itu sampai masuk ke dalam mobil.
"Kak, kok melamun?"
"Ha" Drabia tersadar dari lamunannya saat karyawan kasir di sampingnya melambaikan tangan di depan wajahnya.
"Mbak mengenal wanita tadi?" tanya gadis itu.
"Seperti kenal, tapi sepertinya hanya mirip orang yang kukenal saja" jawab Drabia berbohong. Dia tidak mengenal wanita itu sama sekali, tapi sangat mengenal pria yang mendatangi wanita itu.
Malam hari, Drabia baru pulang dari toko. Drabia melangkahkan kakinya masuk ke rumah yang di tempatinya sekarang dengan langkah malas. Seharusnya Drabia tidak tinggal di rumah itu. Karena Ansel yang tak menganggapnya istri. Tapi jika Drabia keluar dari rumah itu, dia mau tinggal dimana?. jika pulang ke rumah orang tuanya. Itu akan membuat malu orang tuanya untuk yang kedua kalinya.
Dan Drabia juga masih ingin berusaha mengambil hati Ansel. Ansel sudah menjadi miliknya, tidak semudah itu jika harus melepaskan Ansel begitu saja. Drabia mencintai Ansel sejak lama.
Sampai di dalam rumah, Drabia melihat Ansel menaiki anak tangga rumah itu. Sepertinya Ansel juga baru pulang ke rumah, melihat baju yang di pakai Ansel tadi pagi masih sama.
Ingin sekali Drabia menanyakan, siapa wanita tadi pagi yang di temui Ansel di toko kue. Namun Drabia tidak berani, melihat Ansel tidak mau menegurnya sama sekali.
Serapat itu Ansel menutup hatinya.
**
Melihat Ansel sudah berangkat kerja, Drabia menaiki anak tangga rumah itu, masuk ke kamar Ansel. Drabiamerapikan kasur, dan membersihkan seluruh sudut kamar itu sampai ke kamar mandi. Drabia pun mengambil pakaian kotor Ansel, membawanya ke belakang rumah untuk di cuci.
"Non, biar Bibi saja yang nyuci" ucap Bi Nina.
"Hanya ini yang bisa kulakukan cara untuk mendapatkan surga suamiku Bi." balas Drabia mulai mengucek baju kemeja kerja Ansel dengan tangannya.
"Tapi Non, bos tampan sudah membayarku untuk mengurus rumah ini. Termasuk mengurus keperluan Non Drabia."
"Kalau begitu, kita bagi dua aja gaji Bi Nina".
"Jangan dong Non. Nanti saya gak bisa bayar uang sekolah anak saya."
Drabia tersenyum melihat wajah kawatir Bi Nina." Aku juga gak mau berbagi pahala dengan Bibi" ucapnya.
"Maksud Non?" Bi Nina mengerutkan keningnya, bingung.
"Suamiku adalah ladang pahalaku Bi" jawab Drabia.
"Tapi kan Bibi sudah di bayar untuk mengurua rumah ini Non. Masa Bibi makan gaji buta trus Non. Gaji buta itu gak berkah Non."
Drabia mengedikkan bahunya.
Setelah selesai, Drabia langsung menjemur kain kain itu. Meski Ansel tidak menganggapnya ada, Drabia tetap ingin menjalankan tugasnya sebagai istri.
Hari ini Drabia tidak ke toko kue, karena hari ini Lea mengajaknya jalan jalan. Kini Drabia sudah rapi dengan pakaian gamis dan hijab yang menutup auratnya.
Tin tin tin!
Mendengar suara klakson mobil di luar rumah. Drabia bergegas keluar dari dalam kamar. Ia yakin yang datang itu adalah Lea sahabatnya.
Tin tin tin!
"Sebentar!" sahut Drabia, mendengar Lea membunyikan klaksonnya.
Namun saat membuka pintu keluar, Drabia kaget. Ternyata yang datang bukan Lea, melainkan mobil Ansel. Ada apa?, Drabia mengerutkan keningnya, kenapa Ansel membunyikan klaksonnya?.
Ternyata
Ansel dengan seorang wanita di dalam mobil. Entah apa yang di lakukan keduanya, Drabia tidak bisa melihat dengan jelas.
Apa hubungan keduanya?, tidak mungkin pacaran. Drabia tau, Ansel bukan tipe pria yang suka berpacaran. Atau jangan jangan...
Drabia menggeleng gelengkan kepalanya, menepis pikiran buruknya.
Pintu mobil itu akhirnya terbuka. Ansel keluar dari dalam mobil. Sedangkan wanita berhijab di sampingnya menunggu di dalam mobil.
Melihat Ansel melewatinya begitu saja. Drabia masuk ke dalam rumah, mengikuti Ansel.
"Ansel!" panggil Drabia.
Ini sudah kedua kali, Ansel membawa wanita itu di dalam mobilnya. Drabia sudah tidak bisa menahan penasarannya lagi. Mengetahui siapa wanita itu?, apa hubungan mereka.
Ansel menghentikan langkahnya, membalik badannya ke arah Drabia dengan kening mengerut.
"Siapa wanita itu?" Jantung Drabia berdebar menanti jawaban Ansel.
"Wanitaku, kenapa?. Kami akan menikah setelah aku menemukan waktu yang pas untuk menceraikanmu" jawab Ansel santai tanpa merasa bersalah sudah membuat Drabia sakit hati.
Drabia terdiam dan menggeleng gelengkan kepalanya,Ansel berencana menceraikannya. Tidak!, Drabia tidak mau bercerai.
"Namanya Hafshah" tambah Ansel.
Drabia terisak, Ansel sama sekali tidak perduli dengan perasaannya."Apa sama sekali kamu tidak bisa menerimaku?" lirihnya.
"Barang bekas?" Ansel seolah bertanya dan menghina Drabia.
"Ya barang bekas, aku barang bekas di matamu. Kau selalu menghinaku, seolah olah kamu tidak punya dosa sama sekali. Kamu terlalu teropsesi dengan wanita yang masih suci Ansel. Seolah olah wanita suci itu tak punya dosa sama sekali. Seperti wanita yang berada di dalam mobilmu" geram Drabia berbicara dengan merapatkan gigi giginya.
"kalau wanita itu baik baik, dia tidak akan menjalin hubungan dengan pria beristri. Tidak ada bedanya bukan? Aku dan wanita itu. Kami sama sama hina, wanita itu juga wanita HINA" tekan Drabia di akhir kalimatnya.
"Tutup mulutmu!"
Drabia langsung terlonjak mendengar suara keras Ansel yang tiba tiba.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
meE😊😊
bner bgd ap yg d ucapkn drabia
2023-06-24
0