"Kamu yang apa apaan, Kevin!. Kamu menemui wanita ini lagi!" bentak wanita bernama Sifa itu. Mengambil gelas minuman dari atas meja, menyiramkannya ke wajah Drabia.
Buar !
"Mbak! suami Anda yang menghampiri kami. Kenapa Mbak marahnya sama teman saya?" Lea menggebrak meja di depannya. Tidak terima Drabia di permalukan di depan umum. Lea pun menarik tangan Sifa dari kepala Drabia.
"Aw!" keluh Drabia, bukannya tangan wanita itu lepas, malah semakin kuat menarik rambut Drabia.
"Aku yakin mereka sudah membuat janji sebelumnya" jawab Sifa geram.
"Mbak punya bukti?" tanya Lea lagi.
"Mau bukti?" Sifa mengambil handphon suaminya lalu membuka aplikasi WA." Ini" Sifa menjukkan WA yang di kirim suaminya pada Drabia.
Lea terdiam membaca pesan Pak Kevin mengajak Drabia ketemuan. Lea pun mengarahkan pandangannya ke wajah Drabia.
"Ada yang perlu kami bicarakan, makanya saya mengajaknya ketemuan" jelas Kevin menghela napasnya.
Mendengar itu, rahang Ansel mengeras, ia pun berdiri dari kursinya melangkahkan kakinya ke arah Drabia. Tanpa aba aba menarik lengan Drabia dengan kasar. Membuat Drabia hapir terjatuh ke lantai.
"Ansel" kaget Drabia, ia tidak tau kalau Ansel berada di cafe itu juga dari tadi.
"Ayo pulang" Ansel menyeret Drabia keluar dari dalam cafe.
Sampai di parkiran, Ansel mendorong Drabia kasar masuk ke dalam mobilnya, dan menutup pintunya kasar. Kemudian menyusul masuk duduk di kursi pengemudi, melajukannya langsung dengan kecepatan tinggi.
Drabia hanya bisa menangis dalam diam sembari memperbaiki jilbabnya yang berantakan, tak peduli Ansel yang mengebut.
Setelah sampai, Ansel memarkirkan kendaraannya dengan asal di halaman rumahnya, dan langsung turun melangkahkan kakinya ke arah pintu yang berada di samping Drabia, membuka pintu mobil itu dengan kasar.
"Cepat turun!"
Duk!
"Aw!" Drabia meringis merasakan kepalanya sakit akibat terbentur pintu mobil saat Ansel menariknya kasar keluar dari dalam.
Ansel menyeretnya kasar masuk ke dalam rumah, dan mendorongnya masuk ke kamar mandi yang berada di dekat dapur rumah itu , lalu menyiramnya dengan air dingin.
"Apa karena aku tidak memberimu uang tadi, kamu ingin jual diri? Ha !" marah Ansel membentak Drabia." Kenapa aku yang harus menanggung perbuatan kalian?."
"Katakan Drabia!" teriak Ansel mendorong Drabia hingga terjatuh ke lantai, karena Drabia tidak menjawabnya.
Drabia menangis meringis kesakitan.
"Kamu ingin menipuku dengan penampilanmu itu, cih!." Ansel berdecih.
Drabia menggeleng gelengkan kepalanya, dia tidak berniat menipu Ansel atau siapa pun. Murni dari dalam hatinya, ia ingin merobah penampilannya lebih baik.
"Ansel, aku tidak seperti yang kamu tuduh" lirih Drabia di selah selah tangisnya."Aku bukan wanita murahan. Aku tidak sengaja tidur dengan Pak Kevin."
"Tidak sengaja?, bagaimana bisa ?. Apa ada yang memindahkanmu saat tidur ke kamar pria itu?. Begitu maksudmu?."
Ansel tertawa sumbang.
Drabia diam, ia bingung bagaimana cara menjelaskannya pada Kevin.
"Sebenarnya aku sih tidak masalah kamu wanita seperti apa, jika kamu bukan istriku. Tapi masalahnya kamu sudah jadi istriku. Kamu wanita bekas pria lain, kamu membuatku malu, itu yang tidak aku terima." Ansel menghela napasnya.
Dari dulu Drabia memang gadis yang tidak bisa diatur, memiliki pergaulan bebas, yang selalu berpakaian mini dan terbuka.Membuat Ansel tidak pernah menyukai Drabia dari dulu. Tapi malah sekarang Drabia menjadi istrinya.
"Tapi sudahlah, aku pikir lebih baik aku tidak mengurusmu, tidak mempedulikanmu" ucap Ansel lagi, lalu pergi.
Ansel bukan tipe pria yang suka main kasar pada wanita, tapi tadi dia lepas kendali melihat Drabia bertemu dengan Pria yang bernama Kevin itu.
Drabia menurunkan tubuhnya ke lantai, duduk menangis memeluk kedua kakinya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?. Bahkan Kevin orang yang di harapkannya bisa menjadi sandarannya, juga menghinanya, tidak menyukainya dan bahkan membencinya.
Ansel pria yang diam diam di sukainya. Drabia mencintai pria tampan itu, mengagumi segala yang ada pada pria itu. Tapi selama ini Drabia tidak berani mengungkapkannya melihat tatapan Ansel yang tidak pernah menyukainya.
**
Pagi hari
Setelah Ansel berangkat kerja, Drabia sibuk membersihkan rumah itu. Meski ada seorang pembantu, tapi Drabia ingin mengerjakannya. Anggap saja dia membayar makanan yang di sediakan Ansel di rumah itu.
"Non, sudah Non, biar Bibi aja" ucap wanita paruh baya itu kasihan melihat Drabia dari tadi mengerjakan hampir semua pekerjaan di rumah itu.
"Gak apa apa Bi" Drabia mengulas senyumnya ke arah pembantu itu.
"Jadi Bibi ngerjain apa dong Non?" rajuk si Bibi.
"Bi Nina istirahat aja" jawab Drabia.
"Makan gaji buta dong Bibi, Non. Gak enak sama si bos tampan" ujar Bi Nina.
Drabia mengulas senyumnya lagi." Gak apa apa Bi. yang pentingkan pekerjaan rumah beres."
Bi Nina menghela napasnya, kasihan melihat majikannya itu. Bi Nina tau, Drabia mengerjakan pekerjaan rumah itu, untuk melampiaskan kesedihannya.
Ansel yang tidak menganggapnya istri. Bahkan sejak kemarahan Ansel di kamar mandi. Ansel tidak pernah menegurnya lagi. Ansel pun sering tidak pulang ke rumah.
Selesai mengerjakan pekerjaan rumah, Drabia masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah itu, Drabia akan pergi bekerja ke salah satu toko kue milik keluarga Lea. Lea mempercayakan toko itu untuk di kelolanya.
"Bi ! aku pergi dulu ya!" seru Drabia dari depan pintu kamarnya.
"Iya Non!" sahut Bi Nina dari arah belakang rumah. Sepertinya Bi Nina sedang mengumpulkan sampah dapur.
Keluar dari rumah, Drabia pun naik ojek on line yang sudah di pesannya terlebih dahulu. Drabia tidak ingin mengambil mobilnya yang berada di rumah orang tuanya. Drabia ingin mandiri, dia ingin memulai hidupnya dari Nol. Biarlah sekarang dia menaiki rakit. Yakin suatu hari nanti, hidupnya akan berubah lebih baik.
Soal pernikahannya dengan Ansel, Drabia serahkan pada Allah. Drabia hanya bisa berusaha menjadi istri yang lebih baik. Jika Ansel tak bisa juga menerimanya, apa yang bisa Drabia lalukan selain pasrah.
Sampai di depan toko kue, Drabia turun dari ojol yang mengantarnya, dan langsung masuk ke dalam toko. Di dalam para karyawan sudah sibuk bekerja. Ada mengepel lantai, menyusun kue ke dalam etalase, dan ada yang melayani pembeli.
"Assalamu alaikum!" seru Drabia, ceria.
"Walaikum salam" balas semua karyawan toko.
"Bagaimana, aman?" tanya Drabia berjalan ke arah meja kasir untuk membantu seorang kasir yang kewalahan melayani pelanggan.
"Aman Kak" jawab kasir perempuan itu.
Drabia mengulas senyumnya, kemudian menghitung belanjaan wanita berhijab di depannya.
"Semua dua ratus ribu ya Mbak" ucap Drabia tersenyu ramah, sembari memberikan kue kue yang sudah di masukkan ke dalam kantong kepada wanita di depannya.
"Sebentar ya Mbak" balas wanita itu sibuk mencari dompetnya di dalam tas.
"Kenapa Mbak?" tanya Drabia, melihat kening wanita itu mengerut. Wajahnya panik dan mengacak acak isi tasnya dengan kasar.
"Ya Allah, dompetku kemana ya?" gumam wanita itu, kemudian menghembuskan napasnya kasar." Kuenya gak jadi beli deh Mbak. Sepertinya dompetku ketinggalan."
Drabia mengulas senyumnya," bawa aja kuenya, nanti Mbaknya bisa ngantar duitnya ke sini" ucapnya.
"Gak usah Mbak, aku telephon seseorang dulu untuk mengantar uang ke sini" ucap wanita itu lalu menyengir.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments