"Dari mana kamu?, jual diri." Ansel menjawab pertanyaannya sendiri melihat Drabia baru pulang ke rumah.
Sakit, itulah yang di rasakan Drabia. Ansel benar benar memandangnya hina. Dan dari pakaiannya jelas jelas dia pulang melamar, bukan pulang jual diri.
"Apa tidak ada lagi kata yang lebih menyakitkan untukku?" tanya Drabia menatap Ansel dengan mata berkaca kaca.
Ansel mengedikkan bahunya, kemudian melangkah ke arah tangga. Dia juga baru sampai di rumah, ternyata Drabia tidak ada. Drabia keluar rumah tanpa memberitahunya.
Drabia menghapus air matanya, Ansel begitu tak peduli dengan perasaannya, dan terus melukainya dengan kata kata pedas.
**
"Ansel!" panggil Drabia saat masuk ke kamar Ansel." Ma- maaf " gugub Drabia menutup pintu itu kembali saat melihat Ansel sedang memakai pakaian dal*mnya. Seharusnya ia mengetok terlebih dahulu pintu kamar Ansel, bukan membukanya sembarangan. Meski sebenarnya mereka suami istri, tapi tidak bagi Ansel.
"Ada apa?" tanya Ansel keluar dari kamarnya." Jangan bilang kamu ingin menggodaku, supaya aku menidurimu" cibir Ansel." Wanita murahan 'kan seperti itu" tambahnya.
Ansel memang tak memperlakukannya dengan kasar. Tapi Ansel selalu menyakitinya dengan kata kata menghina.
"Uangku habis" jawab Drabia menunduk.
"Oh! kamu lagi menawarkan diri."
"Ansel! tidak bisakah kamu untuk tidak selalu menghinaku?" Drabia mengangkat kepalanya ke arah Ansel, Ansel sungguh keterlaluan.
"Tidak bisa!" jawab Ansel cepat, ia pun masuk kembali ke dalam kamarnya, mengambil dompetnya dari atas nakas.
"Aku akan memberikan ini untukmu, tapi kamu harus membuka seluruh pakaianmu di depanku" ucap Ansel menyeringai dan menunjukkan satu atm ke arah Drabia.
Drabia menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya. Ansel memang berhak melihat tubuhnya, tapi tidak dengan cara yang hina seperti permintaan Ansel.
"Kenapa?"
Drabia menghapus air matanya yang sempat keluar. ia pun pergi dari hadapan Ansel menuruni tangga ke lantai bawah rumah itu, masuk ke dalam kamar yang di tempatinya.
Uang sisa yang diberikan Ayahnya sudah habis untuk biaya hidupnya, dan dia juga belum mendapatkan pekerjaan. Ia tak mungkin meminta duit pada Ayahnya.
Ansel pun menuruni tangga ke lantai bawah, ia ingin keluar untuk mencari makan, tentunya sambil nongkrong bersama teman temannya. Ia tidak akan mau memakan masakan Drabia. Cukup Drabia sudah menjadi lalat penyebar kuman di rumah itu. Jangan sampai ia memakan makanan yang sudah terkena kuman. Nanti Ansel bisa sakit perut atau muntaber.
Mendengar suara mobil Ansel keluar dari halaman rumah. Drabia hanya bisa mengintip dari celah horden. Lagi lagi air mata Drabia mengalir di pipinya. Perutnya sudah lapar, dari tadi siang belum makan, namun Ansel tidak peduli.
**
"Wah! pengantin baru sudah datang. Apa kabar bro, mana istrinmu, kenapa gak di bawa?."
Ansel mencebikkan bibirnya sembari mendudukkan tubuhnya di depan temannya, Dafa. Dia tidak suka mendengar temannya menanyakan istrinya."Di rumah, ngapain di bawa?."
"Kasihan istrimu sendiri di rumah" ujar Ciko menimpali.
"Udah lah! gak udah bahas istriku. Ayo pesan makanan, lapar nih" balas Ansel mengusap usap perutnya.
Dafa dan Ciko sama sama menggelengkan kepala. Mereka tau kalau Ansel terpaksa menikahi Drabia demi balas budi kebaikan Pak Ilham yang sudah banyak berjasa membantu Ansel dari dulu.
Ketiga anak muda itu pun memesan makanan dan minuman. Setelah pesanan mereka datang, mereka langsung menyantapnya di iringi obrolan, sesekali mereka tertawa bersama.
"Kita duduk di sana yuk!."
Suara gadis itu berhasil mengalihkan pandangan Ansel, Dafa dan Ciko.
"Itu Lea bersama istrimu kan?" tanya Dafa, memperhatikan kedua gadis yang berjala ke arah dinding kaca cafee itu.
Ansel diam tidak menjawab, pandangannya terus memperhatikan Drabia sambil mengunyah makanan di mulutnya. Penampilan Drabia sangat berbeda, terlihat cantik dengan pakaian gamis dan jilbab sampai menutup dadanya.
'Katanya tadi gak punya uang' batin Ansel, mengingat tadi Drabia mengatakan uangnya habis.
"Drabia benar benar berubah, tidak seperti dulu lagi, dengan penampilan yang selalu minim" komentar Dafa, mengagumi penampilan Drabia yang berobah Drastis. Mengingat dulu Drabia sangat suka memakai pakaian kurang bahan. Tapi semenjak gosib itu, perlahan lahan penampilannya berubah.
Ansel mengedikkan bahunya, baginya Drabia tetap aja wanita kotor. Yang berubah sok alim untuk merubah penilaian orang terhadapnya.
"Kamu beruntung An, mendapat wanita seperti Drabia" ucap Ciko. Meski Ciko juga tau gosip yang beredar tentang Drabia yang pernah tidur dengan pria lain. Bagi Ciko masa lalu tidaklah penting. Yang penting itu ending dari masa lalunya baik. Orang itu mau berobah lebih baik.
"Kalau kamu mau, ambil gih, gratis!" decih Ansel, berbicara sampai sudut bibirnya tertaring ke samping.
"Astaqfirulloh Ansel!, jangan sembarangan bicara" Ciko mengusap usap dadanya, tidak percaya dengan sikap sahabatnya itu yang begitu tak menyukai Drabia.
"Iya Ansel, bagaimana pun buruknya Drabia, dia tetap istrimu, kamu tidak boleh menawarkan istrimu pada pria lain" nasehat Dafa.
Ansel hanya mengedikkan bahunya, enggan menanggapi omongan ke dua sahabatnya. Ia pun lebih memilih menikmati makanan di piringnya.
Sepertinya Ansel sudah di tutup mata hatinya, pikir Dafa dan Ciko.
Di meja lain, terlihat Drabia dan Lea juga sibuk menikmati makanan di piring mereka. Sesekali mereka mengobrol dan tertawa kecil menuntup mulut mereka saat ada pembicaraan yang lucu.
"Trimakasih ya Lea udah traktir aku makan, dan memberiku pinjaman. Kalau aku udah dapat kerja, pasti nanti aku mengganti uangmu" ucap Drabia setelah menghabiskan makanan di piringnya.
"Kamu bicara apa?, setelah uangmu banyak baru kamu ganti. dan juga itulah gunanya sahabat, saling membantu. Jadi tidak perlu bertrimakasih" balas Lea tersenyum.
"Kamu memang sahabatku yang paling baik" puji Drabia.
"Iya dong, Lea!" Lea merasa tersanjung atas pujian Drabia padanya.
"Drabia"
Sontak suara laki laki yang berdiri di samping meja mereka ,mengalihkan pandangan Drabia dan Lea.
"Drabia 'kan?" tanya pria itu lagi memastikan kalau dia tidak salah orang.
"Pak Kevin" gugub Drabia, seketika wajahnya memerah salah tingkah. Pria berusia tiga puluh Tahunan itu adalah pria yang tak sengaja tidur bersamanya beberapa Bulan yang lalu.
"Boleh gabung?" tanya pria yang memiliki paras tampan itu.
"Silahkan Pak" Lea yang menjawab, karena Drabia diam saja.
"Trimakasih"
Baru saja Pak Kevin duduk, tiba tiba seorang wanita datang langsung menarik jilbab Drabia, untuk saja tidak sampai terlepas.
"Dasar wanita murahan!"
Sontak semua pengunjung Cafee itu menoleh ke arah mereka. Termasuk Ansel, Dafa dan Ciko.
"Aw!" keluh Drabia memegangi tangan wanita yang menarik rambutnya.
"Akhirnya aku bisa menemukanmu!" geram wanita itu semakin menarik kuat rambut Drabia yang tertutup hijab. Membuat Drabia semakin meringis kesakitan.
"Sifa! apa apaan kamu?."
"Kamu yang apa apaan Kevin!. Kamu menemui wanita ini lagi!" bentak wanita bernama Sifa itu.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
meE😊😊
flashback dong knp drabia smpe bs tdur ma kevin? di jebak ap gmn yaa
2023-06-24
0
Eylna Fadli
gaspolll
2023-04-06
0
Githa Hermawati
ayo lanjut thorrrr
semangatttt🥰🥰
2022-10-26
1