02. Bermimpi ketiggian

Berulang kali Drabia melihat jam dingding di ruang tamu. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun Ansel belum juga pulang dari tadi pagi. Drabia menjadi kawatir terjadi sesuatu pada Ansel.

"Kemana dia?, nomornya pun tidak bisa di hubungi" gumam Drabia saat menghubungi nomor Ansel ternyata tidak aktif.

Ceklek!

Pandangan Drabia langsung beralih ke arah pintu yang terbuka dari luar. Drabia pun menghela napas lega melihat Ansel sudah pulang.

"Ansel, akhirnya kamu pulang." Drabia berdiri dari sofa berjalan mendekati Ansel yang baru masuk ke dalam rumah, dengan penampilan acak acakan."Kamu mabuk?" tanya Drabia saat aroma menyengat menusuk ke rongga hidungnya.

Ansel langsung menepis tangan Drabia yang akan menyentuhnya."Urus aja dirimu" Ansel menatap tajam Drabia.

Tadi dia minum sedikit hanya untuk menenangkan pikirannya, dan dia juga tidak sampai mabuk. Buktinya dia masih bisa pulang menyetir kenderaan sendiri.

"Ta- tapi kenapa kamu meminum minuman memabukkan itu?" tanya Drabia menatap Ansel dengan tatapan meneduh. Ansel tidak pernah meminum minuman itu sebelumnya. Ansel bisa dikatakan pria yang baik dan soleh. Sungguh sangat di sanyangkan menurut Drabia jika Ansel berubah karena pernikahan mereka.

"Kamu tanya kenapa?" Ansel berbicara merapatkan giginya ke arah Drabia. Pertanyaan itu berhasil memancing emosi Ansel."Kamu tau, gara gara aku menikahimu. Di luaran sana orang beranggapan akulah pria yang tidur bersamamu!" bentak Ansel.

Drabia terlonjang dan langsung membeku di tempatnya.

"Aku tidak pernah menyentuh wanita sama sekali. Tapi kenapa aku harus ikut menanggung malu atas perbuatanmu?" Ansel memandang Drabia dengan mata berkaca kaca.

Tadi saat Ansel sampai di kantor, Ansel tidak sengaja mendengar beberapa karyawan membicarakannya. Mengatakan kalau dialah pria yang tidur bersama Drabia. Entah dari mana orang orang itu bisa membuat cerita baru seperti itu.

"Ma- maaf" lirih Drabia tanpa berani melihat Ansel.

"Bisa bisanya Pak Ilhan mempunyai putri sepertimu" ucap Ansel kemudian berlalu dari hadapan Drabia.

Sampai di kamarnya, Ansel mengeluarkan barang barang Drabia dari dalam kamarnya. Dia tidak mau lagi sekamar dengan Drabia.

"Terserah kau mau tidur dimana" ucap Ansel melihat Drabia sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Ansel pun langsung menutup pintu itu.

Drabia hanya bisa menarik napasnya, dia harus sabar menghadapi kemarahan Ansel. Ia pun memungut barang barangnya yang berserakan di lantai memasukkannya ke dalam koper, membawanya ke salah satu kamar yang berada di lantai bawah rumah itu.

**

Tok tok tok!

"Ansel! apa kamu sudah bangun?" Drabia memanggil Ansel sambil mengetuk pintu kamarnya. Drabia ingin memastikan suaminya itu sudah bangun.

Tidak mendengar suara dari dalam, Drabia pun mencoba membuka pintu di depannya, untungnya tidak di kunci. Jadi Drabia bisa membukanya.

"Dia belum bangun" gumam Drabia melihat kamar Ansel masih gelap. Drabia pun menghidupkan lampu kamar itu, kemudian berjalan mendekati ranjang.

"Ansel, bangun" ucap Drabia lembut tanpa berani menyentuh tubuh Ansel. Namun Ansel masih bergeming tidak mendengar sama sekali suaranya.

"Ansel sudah subuh, gak shalat?" Drabia mencoba membangunkan Ansel lagi dengan menyentuh sedikit lengan Ansel dan menggoyangnya.

"Sudah pagi" ucap Drabia melihat Ansel mengerjabkan matanya.

Ansel membuka kelopak matanya, mengarahkan tatapannya ke wajah Drabia yang mengulas senyum.

"Maaf" lirih Drabia menundukkan pandangannya, melihat tatapan Ansel berobah menyeramkan.

Ansel diam saja, ia pun langsung turun dari atas tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.

Drabia menghela napasnya melihat Ansel menghilang di balik pintu kamar mandi. Tadinya dia sempat takut jika Ansel akan memarahinya, karena sudah lancang masuk kekamarnya, ternyata dugaannya salah.

Setelah merapikan kamar dan menyiapkan baju untuk Ansel, Drabia pun keluar dari kamar itu. Dia akan membuat sarapan untuk mereka, berharap hati Ansel luluh mau memakan masakannya.

"Ansel aku memasak makanan kesukaanmu" Drabia melangkahkan kakinya mendekati Ansel yang datang ke dapur. Drabia mengulas senyumnya melihat Ansel memakai pakaian yang di pilihnya.

"Menyingkir!"

langkah Drabia langsung terhenti, senyumnya pun memudar tanpa sisa.

"Aku pikir kamu tidak perlu melakukan itu. Buang buang tenagamu saja, dan...." Ansel menjeda kalimatnya dan menatap wajah Drabia dengan Intens." Jangan berharap aku akan luluh dengan perbuatan baikmu. Bagiku...kau hanyalah sampah yang mengotoriku. Jadi kamu tidak perlu berlagak seperti istri soleha yang selalu siap melayani suaminya."

Drabia terdiam, pandangan meneduh. Melihat Ansel memakai baju yang di siapkannya, Drabia pikir hati Ansel sudah luluh, tidak marah lagi, ternyata Drabia salah.

"Pernikahan ini sudah terjadi Ansel, apa salahnya kita mencoba menjalaninya?" ucap Drabia mencoba memberanikan diri membalas tatapan Ansel.

Satu sudut bibir Ansel tertarik ke atas."Untung di kamu" ucapnya.

"Aku akan berusaha menjadi istri yang baik Ansel. Beri aku kesempatan untuk mengambil ha...."

Ucapan Drabia terhenti saat Ansel mendekatkan wajahnya, berbicara tepat di dekat wajah Drabia." Sadar, jangan bermimpi ketinggian, ini masih pagi."

Ansel kembali menjauhkan wajahnya, dan segera meninggalkan tempat itu. Tadi dia ke dapur untuk minum, namun urung karena Drabia mengganggunya.

Dan Drabia hanya bisa menatap nanar punggung Ansel yang semakin menjauh. Drabia sadar akan dirinya, tapi salahkah dia mencoba mengambil hati suaminya?, mempertahankan pernikahan yang sudah terjadi?.

Selesai menghabiskan sarapannya, Drabia membersihkan dapur bekas memasaknya tadi. Setelah selesai, Drabia masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Dia harus mencari pekerjaan, karena melihat sikap Ansel, tidak mungkin Drabia berani meminta uang untuk biaya hidupnya. Jika ia meminta uang pada Ayahnya, jelas nanti Ayahnya bertanya. Drabia tidak mau keluarganya tau permasalahan rumah tangganya dengan Ansel.

Selesai bersiap siap, Drabia keluar dari rumah. Memakai kemeja putih dipadukan dengan celana panjang berwarna hitam, dan tidak lupa menutup kepalanya dengan hijab. Meski awalnya Drabia bukan wanita berhijab, tapi setelah menikah, Drabia memutuskan untuk menutup auratnya.

Drabia terpaksa naik taxi, karena kenderaannya masih di rumah keluarganya. Meski di garasi masih ada mobil milik Ansel, Drabia tidak berani memakai itu.

"Berhenti, Pak" ucap Drabia kepada supir taxi yang membawanya.

Drabia turun di depan sebuah perusahaan. Dia akan mencoba melamar ke perusahaan yang informasinya menerima lowongan.

"Maaf mbak, kami menerima lowongan yang minimal sarjana S1" ucap orang yang memeriksa berkas berkas lamaran Drabia.

Drabia menarik napasnya dalam. Drabia terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya karena berita memalukan itu. Drabia malu, selalu menjadi bahan pembicaraan orang orang di kampus. Dan orang orang selalu manatapnya hina. Bahkan semua teman temannya menjauhinya, kecuali sahabatnya Lea.

"Maaf ya Mbak" ucap orang itu melihat senyum getir Drabia.

"Gak apa apa Mbak" balas Drabia mengambil kembali berkas berkasnya.

Drabia berjalan menelusuri trotoar jalan, sudah lima perusahaan dia coba. Namun tidak ada yang menerima lamarannya. Tubuhnya sudah lelah, keringat pun hampir membasahi tubuhnya. Drabia bingung harus mencoba melamar kemana lagi. Tapi Drabia masih tetap semangat, hari esok masih ada.

* Bersambung

Terpopuler

Comments

meE😊😊

meE😊😊

memandang hina org yg melakukan kslahan tnp d sengaja y sdgkn diri sndri sengaja mlakukan kesalahan.. sbner y yg lbh hina siapa ya??

2023-06-24

0

Anna Rima

Anna Rima

katanya Ansel baik dan Soleh tp ga bisa Nerima yg sudah jd takdir dan mencoba menerima serta ikhlas...tp ini malah menghina...sama aja munafik

2022-11-30

2

lihat semua
Episodes
1 01. Tak sudi
2 02. Bermimpi ketiggian
3 03. Gratis
4 04.Aku bukan wanita murahan
5 05.Hina
6 06.Dompet
7 07. Ta aruf
8 08. Selamat ulang Tahun suamiku
9 09.Makan malam berdua
10 10. Merusak acara
11 11. Rongsokan
12 12. Sidang
13 13. Tetap punya harga diri
14 14. Tanpa perasaan
15 15.Aku bukan istrimu lagi
16 16. Kamu tau kenapa aku tidak menyukaimu?
17 17. My wife Drabia
18 18.Maju terus pantang mundur
19 19. Butuh waktu
20 20.Main kucing kucingan
21 21.Begitu bodoh
22 22. Tancap gas
23 23. Demi kamu
24 24. Kita rujuk ya
25 25. Jangan menikah dengan Kevin
26 26.Menjadi istri kedua
27 27. Aku kembali padamu
28 28. Semua milikmu
29 29. Seharusnya aku menjaganya dengan baik
30 30. Mengajar mengaji
31 31. Riska
32 32. Penasaran 'kan
33 33. Kamu tidak akan percaya
34 34. Kamu bosnya
35 35. Tamparan
36 36. Pura pura baik
37 37. Terasa sakit
38 38. Ke hujung Dunia sekali pun
39 39.Ini yang terbaik untuk kita
40 40. Tanyakan sama Ibumu
41 41. Menjadi Hakim
42 42. Aku harus bagaimana
43 43. Egois
44 44.Yang paling rumit
45 45. Sebuah kecupan
46 46. Berhalusinasi
47 47.Tidak enak makan, tidak enak tidur
48 48. Jangan sok berkuasa
49 49.Tidak tega
50 50.Kenyataannya
51 51. Sebuah pembelajaran
52 52. Penghianatan
53 53. Harga diri
54 54.Dunia akhirat
55 55. Dahsyat
56 56. Cewek bekasan
57 57. Mimpi Indah
58 58. Padahal aku yang buat
59 59. Apa kabar cantik
60 60. Seharusnya kamu menikah lagi
61 61. Kenapa senyum senyum
62 62. Narsis
63 63.Bu bos
64 64. Rayuan pulau kelapa
65 65.Akhir dari proses
66 66. Bertindak sesuka hati
67 67. Balas dendam
68 68. Paling hina
69 69. Anugrah terindah
70 70. Munafik
71 71. Aku gak tahan
72 72. Temani aku di sini
73 73. Awas kalau berani
74 74.Apa yang terjadi
75 75.Kritis
76 76. Dendam dan amarah
77 77. Pergilah
78 78. Ikhlaskan dia pergi
79 79. Aku ikhlas
80 80. Tolong istriku
81 81. Dengan rasa sayang
82 82. Memberi pelajaran
83 83. Love you
84 84.Selamat hari Ibu
85 85.Siapa yang tau.
86 86. Trimakasih
Episodes

Updated 86 Episodes

1
01. Tak sudi
2
02. Bermimpi ketiggian
3
03. Gratis
4
04.Aku bukan wanita murahan
5
05.Hina
6
06.Dompet
7
07. Ta aruf
8
08. Selamat ulang Tahun suamiku
9
09.Makan malam berdua
10
10. Merusak acara
11
11. Rongsokan
12
12. Sidang
13
13. Tetap punya harga diri
14
14. Tanpa perasaan
15
15.Aku bukan istrimu lagi
16
16. Kamu tau kenapa aku tidak menyukaimu?
17
17. My wife Drabia
18
18.Maju terus pantang mundur
19
19. Butuh waktu
20
20.Main kucing kucingan
21
21.Begitu bodoh
22
22. Tancap gas
23
23. Demi kamu
24
24. Kita rujuk ya
25
25. Jangan menikah dengan Kevin
26
26.Menjadi istri kedua
27
27. Aku kembali padamu
28
28. Semua milikmu
29
29. Seharusnya aku menjaganya dengan baik
30
30. Mengajar mengaji
31
31. Riska
32
32. Penasaran 'kan
33
33. Kamu tidak akan percaya
34
34. Kamu bosnya
35
35. Tamparan
36
36. Pura pura baik
37
37. Terasa sakit
38
38. Ke hujung Dunia sekali pun
39
39.Ini yang terbaik untuk kita
40
40. Tanyakan sama Ibumu
41
41. Menjadi Hakim
42
42. Aku harus bagaimana
43
43. Egois
44
44.Yang paling rumit
45
45. Sebuah kecupan
46
46. Berhalusinasi
47
47.Tidak enak makan, tidak enak tidur
48
48. Jangan sok berkuasa
49
49.Tidak tega
50
50.Kenyataannya
51
51. Sebuah pembelajaran
52
52. Penghianatan
53
53. Harga diri
54
54.Dunia akhirat
55
55. Dahsyat
56
56. Cewek bekasan
57
57. Mimpi Indah
58
58. Padahal aku yang buat
59
59. Apa kabar cantik
60
60. Seharusnya kamu menikah lagi
61
61. Kenapa senyum senyum
62
62. Narsis
63
63.Bu bos
64
64. Rayuan pulau kelapa
65
65.Akhir dari proses
66
66. Bertindak sesuka hati
67
67. Balas dendam
68
68. Paling hina
69
69. Anugrah terindah
70
70. Munafik
71
71. Aku gak tahan
72
72. Temani aku di sini
73
73. Awas kalau berani
74
74.Apa yang terjadi
75
75.Kritis
76
76. Dendam dan amarah
77
77. Pergilah
78
78. Ikhlaskan dia pergi
79
79. Aku ikhlas
80
80. Tolong istriku
81
81. Dengan rasa sayang
82
82. Memberi pelajaran
83
83. Love you
84
84.Selamat hari Ibu
85
85.Siapa yang tau.
86
86. Trimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!