Bedak Ajaib

Mulut mungil Tiara tanpa sadar mengucapkan barisan kalimat mantra, tangan kanannya memulaskan bedak lagi secara merata. Sensasi tak nyaman yang ditimbulkan saat bedak ajaib itu diaplikasikan ke wajahnya pun terabaikan. Tatapan matanya kosong saat menghadap cermin.

Nyai Kembang berbisik halus di telinga Tiara, mengalunkan kidung kuno mantra pemikat lawan jenis. Tiara baru tersadar saat ponselnya kembali berdering. Ia tergagap dan bingung sesaat. 

"Santi?" Tiara terkejut karena jarang sekali Santi menghubunginya.

"Ya San, ada apa?"

"Kamu resign?" tanya Santi langsung tanpa basa basi.

"Aku? Nggak kok!"

"Anak-anak bilang kamu resign, apa pak Amrin macam-macam? Dia marah dari kemarin nyumpahin kamu sampai satu kebon binatang keluar semua!"

Tiara tersenyum miris mendengarnya, pak Amrin pasti kesal sekali setelah kemarin ia gagal melakukan tindakan bejatnya.

"Oh ya? Biarin lah San, aku nggak peduli dia mau ngomong apa! Yang jelas sekarang aku udah pindah bagian."

"Eh pindah bagian? Kemana?"

"Hhm, ada deh! Ya sudahlah sampai ketemu besok ya, aku mo kejar waktu shift siang nih!" Tiara memaksa Santi untuk menutup teleponnya.

"Eh tunggu Ra, kamu pindah bagian kemana?" suara Santi terdengar frustasi dengan rasa ingin tahunya.

Tiara tersenyum lalu menjawab, "Bagian informasi, aku ada di depan sekarang. Kalau ada waktu kamu bisa mampir kesana. Bawain makanan ya, kopi juga boleh buat nggak ngantuk!" 

"Wah hebat, kamu beruntung banget Tiara! Andai aku juga bisa seperti kamu, ya udah deh selamat. Aku pasti nyamperin kalo udah selesai kerjaan."

Setelah sedikit berbeda basi, Santi mengakhiri pembicaraan. Tiara melirik ke arah jam, ia harus bergegas. Merapikan sedikit make up tipis di wajahnya, dan memberi sentuhan akhir dengan jepit rambut di bagian depan rambutnya.

"Sempurna!"

Tiara bergegas pergi, ia tak ingin terlambat. Ini hari besar untuknya, pindah departemen membuatnya kembali bersemangat. Senyum mengembang di wajah Tiara yang kini berubah cantik jelita. Sayangnya, ia belum menyadari perubahan itu.

Wajah kusam dan jerawatan miliknya kini tampak mulus bersih. Aura magis terpancar dari kecantikan semu yang ditimbulkan bedak ajaib. Tubuhnya pun terlihat lebih sintal dan molek yang dibalut dengan seragam baru. Ia begitu percaya diri hari ini.

Saat berpapasan dengan tetangga, Tiara tersenyum dan menyapa. "Permisi Bu, numpang lewat." 

Bu Irah dan Bu Rus ternganga melihat Tiara, mereka saling berpandangan dan hanya mengangguk saat Tiara melewati keduanya yang sedang asik bergosip. 

"Eh jeng, aku nggak salah liat kan?" Bu Irah mencolek tangan Bu Rus yang masih menatap punggung Tiara.

"Jeng, jeng Rus!" Bu Irah menepuk dengan keras bahu Bu Rus hingga sang ibu terkejut.

"Eladalah, jabang bayik! Ono opo to jeng Irah, senenge ngageti wong wae! Meh wae aku ki almarhum, jantungen!"

"Lagian, jeng Rus ngapain ngeliatin si Tiara gitu amat! Sampai nggak denger saya bilang apa!" cetus Bu Irah kesal.

Bu Rus memilih tidak menjawab, ia mengganti topik pembicaraan. "Jeng, Tiara kok lain ya. Tambah ayune pol! Apa aku baru lihat cantiknya dia sekarang ya jeng!"

"Hmm, iya juga sih tadi waktu dia lewat itu aku juga kaget. Mungkin karena baju seragamnya ya jeng jadi kelihatan lebih seksi dan menggoda gitu!"

"Oh iya juga sih jeng, bener itu! Wanita kalo dah pake seragam kantoran, trus dandan ayu, pake hiil yang tingginya lima centi itu wes ketok aurane keluar semua to!"

"Heels kali jeng, bukan hill! Mosok ilate kesleo terus to jeng!" protes Bu Irah sembari mengerucutkan bibirnya.

"Halah sing penting unene kuwi to jeng! Sampeyan kroso ono sing aneh ora to?" Bu Rus mengernyit, ia kembali menatap Tiara yang baru saja menghilang di ujung gang.

"Aneh piye to jeng, namanya juga anak gadis dandan dikit sama pake baju bagus kan jadi ayu! Wes nggak usah ngurusin dia, wong bapaknya aja nggak urusan kok!"

"Iya juga sih, eh jadi statuse Tiara Karo Rendra iku anak haram opo piye jeng?!" 

Obrolan keduanya terus berlanjut membahas hal penting lain yang tak bermanfaat. Tiara tak peduli dengan gunjingan warga sekitar, yang penting dirinya sudah berusaha bersikap baik di lingkungan sekitar. Meski ia kerap mendapat perlakuan yang tak menyenangkan.

Saat melewati pangkalan ojek, Tiara mendengar siulan beberapa lelaki yang biasa nongkrong disana. Tak biasanya mereka menggoda Tiara.

"Widih, cewek cakep! Mau kemana neng? Abang anter boleh nggak?" seorang pemuda berambut cepak yang duduk diatas sepeda motor nya bersiul menatap takjub tubuh Tiara.

Tiara hanya tersenyum dan berjalan melewatinya. 

"Neng, Abang aja yang antar mau? Gratis deh neng, tapi pegangan Abang yang kenceng ya takut hati Abang ikut jatuh juga ke hati Eneng!" yang lain ikut menyambung godaan pemuda lain yang berusaha menarik perhatian Tiara.

Sekali lagi Tiara tersenyum, ia menunggu bus yang biasanya ditumpangi. Kali ini Tiara malas berjalan kaki, apalagi sepatu yang dipakainya lumayan bersol tinggi. Suara siulan dan godaan masih terus Tiara dengar, sampai ia merasa gerah. 

Ditatapnya sekelompok pemuda itu dengan tajam, perkataan mereka sudah mulai menjurus pada hal yang tak senonoh. Para pemuda itu kegirangan ditatap Tiara, persis seperti tingkah laku fans fanatik pada idolanya.

"Cck, dasar aneh!"

Tiara tak menggubris dan masuk ke dalam bus yang baru saja datang. Kebetulan penumpang tidak terlalu banyak, jadi Tiara masih mendapatkan tempat duduk persis di dekat jendela. Tempat favoritnya.

Sama halnya seperti tadi, di dalam bus pun Tiara mendapatkan godaan dari beberapa lelaki yang duduk tak jauh dari tempatnya. Kerlingan dan tatapan memuja pada kecantikan Tiara membuatnya salah tingkah.

"Hari yang aneh, ada apa sih sama mereka semua?"

 Tiara menatap kaca jendela yang memantulkan bayangan wajahnya, tak ada yang aneh. Ia memperhatikan pakaian kerja yang dikenakan, "Apa ada yang salah sama bajunya?"

Ia akhirnya tak peduli dengan tatapan nakal dan menggoda yang ditujukan padanya. Tiara lebih tertarik untuk segera menemukan pengalaman baru di bagian informasi. Bagian terdepan dari mall tempatnya bekerja, dimana akhirnya ia bisa berinteraksi dengan banyak orang. 

Tiara tidak perlu lagi menundukkan dan menyembunyikan wajah saat melakukan pekerjaan. Ia tak lagi dipandang sebelah mata hanya karena kesehariannya memegang sapu dan alat pel. Secercah harapan baru bagi Tiara.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Tiara tiba di tempat kerjanya. Sebelum melapor ke departemen barunya, Tiara menyempatkan diri ke toilet untuk sekedar merapikan pakaian dan juga riasan. Tiara mengeluarkan bedak pemberian Bayu, lalu kembali melapisi wajahnya dengan bedak. Sensasi tidak nyaman kembali ia rasakan.

"Aduh, kok perih begini ya? Apa aku alergi bedak?" Tiara menyentuh wajahnya, merasakan sensasi tak biasa diseluruh permukaan wajah dan juga leher.

"Mungkin karena aku nggak pernah pake make up, pake bedak juga seadanya aja. Ini kayaknya bedak mahal deh. Nggak cocok sama kulit ndeso kayak aku ini!"

Tiara membolak balik wadah bedak itu, untuk sesaat keraguan muncul di hatinya. Ia takut wajahnya rusak jika terus memakai bedak yang dianggap mahal oleh Tiara. Tapi sebuah bisikan meyakinkan Tiara dan membuatnya patuh dengan perintahnya. Suara sugesti dari Bayu yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Ini hanya sementara, kau akan merasakan khasiatnya sebentar lagi. Percayalah padaku Tiara!"

Terpopuler

Comments

Mahesa

Mahesa

neng ? eneng ? di Semarang ? 🤔

biasanya pakai sapaan nduk.

2024-05-03

1

Namika

Namika

percayalah..... hanya aku yang paling mengertiii

2022-12-11

3

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

coba d zooom thor
mulut nya s ibu ibu

2022-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!