Pindah Bagian

Bayu berhasil membius Tiara dengan pesona magisnya. Ia memberikan kenyamanan, kehangatan, dan mencuri hati Tiara dengan perhatian dan kelembutannya. Bayu bahkan bersikap layaknya manusia biasa yang sedang jatuh hati dan menjaga wanitanya dengan segenap jiwa.

Sikap Bayu mengaburkan pandangan Tiara. Bayu berkamuflase dengan sempurna bahkan tak segan membawa nasehat baik dan agama yang sangat bertentangan dengan dirinya. Bayu adalah bagian dari kegelapan, yang merajai gelapnya hati manusia.

Mendekati dengan halus untuk tujuan akhir yang pedih. Tiara terperangkap dalam jerat cinta Bayu. Sosok yang sejatinya berbentuk lelembut berbulu hitam legam sehitam arang.

Tiara tertidur dengan pulas dalam dekapan Bayu yang menidurkannya lelap seperti putri tidur. Bayu membingkai paras manis Tiara, menatapnya dengan penuh cinta. Cinta? Lelembut berbulu halus ini memang jatuh hati pada Tiara, terlepas dari tugasnya sebagai penjaga bedak Nyai Kembang.

Aku akan menjagamu Tiara, selalu!

Keesokan harinya, Tiara bangun dengan kondisi sangat lelah. Ia terlalu banyak menangis, mengumpat, dan memaki kehidupan. Ia tak lagi peduli dengan keberadaan satu-satunya entitas yang bisa membantunya keluar dari segala permasalahan. Baginya, tak ada lagi penolong untuk menariknya keluar dari kejamnya dunia. Hatinya telah membeku dan mengeras.

...----------------...

Sekali lagi Tiara tidak menemukan Bayu di sampingnya. Ia mulai terbiasa dengan kelakuan Bayu yang aneh, datang tanpa diundang dan pergi tanpa permisi. Hanya aroma aneh yang tertinggal melekat di pakaian Tiara. Aroma khas yang bagi Tiara begitu menenangkan tapi tidak bagi manusia biasa.

Waktu menunjukkan pukul 12.30 sudah terlalu siang dan juga terlambat untuk Tiara bekerja. Ia memang sengaja melakukannya, Tiara hari ini berencana untuk mengundurkan diri. Ia tak ingin kejadian kemarin terulang kembali. Tiara ingin menjauh dan pergi menghilang dari sosok Pak Amrin.

Tiara tiba di kantor utama dan segera menemui Bu Ratih di ruangan HRD. Ia mantap mengundurkan diri meski ia sendiri tak tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini. Uang saja hanya pas untuk biaya hidup seminggu. 

"Siang Bu," Tiara menyapa Bu Ratih yang sibuk dengan tumpukan kertas di mejanya.

Tanpa menunggu jawaban dari Bu Ratih, Tiara menyodorkan sepucuk surat pada Bu Ratih. Tentu saja Bu Ratih terkejut. Wanita berkacamata dengan rambut cepak yang disasak tinggi bak terowongan Casablanca itu mengernyit.

"Apa ini Tiara?"

Tiara menjawab dengan sedikit ragu, "Ini surat pengunduran diri saya Bu."

"Pengunduran diri? Maksudnya gimana ini?" Bu Ratih menegakkan punggung, menghentikan pekerjaannya sejenak untuk membuka amplop dari Tiara.

Dengan cepat Bu Ratih membaca surat dalam amplop putih besar itu, lalu meletakkannya di meja.

"Duduk!" perintahnya tegas pada Tiara.

Tangan Tiara seketika dingin, ia gugup harus berhadapan dengan Bu Ratih yang merupakan sahabat ibunya dulu.

"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba kamu mau mundur?" matanya tajam menelisik kegugupan di wajah Tiara.

"Ehm, saya capek Bu. Jadi saya putuskan untuk mundur dari pekerjaan." 

Tiara tak berani menatap wajah Bu Ratih. Setiap kali ia menatapnya, Tiara akan teringat pada sosok sang ibu. Semasa muda keduanya begitu dekat, hingga Tiara hafal betul dengan kebiasaan Bu Ratih yang gemar memakan tahu gimbal di depan gedung Berlian.

"Capek? Setelah hampir tiga tahun kamu bekerja tanpa keluhan?" Bu Ratih menghela nafas panjang. "Ini nggak masuk akal Tiara, saya nggak terima!"

Tiara mengangkat wajahnya, "Tapi Bu …,"

"Pasti ada alasan lain sampai kamu memutuskan untuk mundur! Saya kenal kamu dari kecil dan ini nggak mungkin!"

Bu Ratih menatapnya tajam, dan Tiara hanya bisa mengaitkan jemari tangannya. Ia gugup, ingin rasanya bercerita yang sebenarnya tapi … ia takut.

"Katakan Tiara, ada apa sebenarnya?"

Suara bu Ratih akhirnya terdengar lembut. Ia menunggu Tiara bicara.

"Saya … ehm, saya lelah Bu. Itu saja." 

Tiara menunduk lagi dan menggigit bibirnya. Hening, tak ada pembicaraan lagi. Bu Ratih menatap iba pada putri sahabatnya. Jika saja Fanny tidak gegabah dengan menerima lamaran pak Gondo pastilah Fanny sekarang masih hidup dan hidup bahagia bersama kekasihnya dulu.

Kesulitan keuangan yang membelit keluarga Fanny membuatnya memilih jalan sebagai istri simpanan salah satu bos retail di Semarang. Fanny dan Ratih teman satu angkatan tapi Fanny berhenti kuliah ditengah jalan demi menghidupi keluarga. 

Sayangnya jalan yang dipilih Fanny tidak sejalan dengan keinginan kedua orang tuanya dan juga kekasihnya. Harapan Fanny menikah dengan pak Gondo adalah untuk memperbaiki kehidupan mereka, setidaknya bisa merasakan hidup senang. 

Tapi malangnya, Fanny tertipu. Pak Gondo bukanlah sugar Daddy yang mau mengeluarkan uang dengan mudah. Hidup Fanny justru semakin menderita. Beberapa kali Ratih harus mencegahnya agar tidak mengakhiri hidupnya sendiri. 

Fanny yang putus asa, Fanny yang malang …,

Hinaan dan cemoohan diterimanya, mentalnya jatuh dan hidupnya sengsara. Menjadi simpanan ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Akhirnya suatu hari Fanny berhasil melepaskan raganya yang sudah tak sanggup lagi menahan beban kehidupan. Fanny tewas setelah terjun ke sungai.

"Kamu tetap akan bekerja disini," 

Tiara menatap Bu Ratih, ia ingin menolak tapi saat mendengar Bu Ratih kembali bicara, ekspresi nya berubah cerah.

"Kamu saya pindahkan ke bagian resepsionis."

 Bu Ratih mengambil secarik kertas dari lacinya memberikan catatan kecil disertai tandatangan dan stempel.

"Berikan ini pada pak Sofyan lalu temui Rina,"

Tiara menerima kertas dari Bu Ratih yang berisi pemberitahuan mutasi karyawan ke departemen yang baru. 

"Ini, tapi …," 

"Tidak ada tapi, saya tahu kamu butuh pekerjaan! Jangan menolak tawaran saya!" Bu Ratih berkata dengan tegas, ia tak suka penolakan. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk Tiara, putri sahabatnya.

Senyum Tiara terkembang, ia berterima kasih pada Bu Ratih sebelum keluar ruangan. Dengan hati berbunga Tiara segera menuju ke ruangan tempat departemen nya yang baru.

Setelah semua urusannya selesai, Tiara pun pulang dengan hati bahagia. Ia tetap bisa bekerja dan jauh dari sosok pak Amrin yang menyebalkan. Besok adalah hari baru baginya, Tiara akan bekerja di bagian informasi tempat dimana ia bisa bertemu dengan banyak orang. Tidak lagi berhubungan dengan toilet dan alat pel di tangannya.

Aku ingin bertemu dengan Bayu, aku harus merayakannya!

Tiara menghubungi Bayu, tak ada nada sambung hanya suara tulalit yang terdengar. 

"Aneh?!"

Ia kembali menghubungi Bayu, sekali lagi hanya suara tak jelas yang terdengar seperti gumaman atau tepatnya suara mendengung aneh, dan itu menyakiti telinganya 

"Lho kok, hp aku kenapa ya? Kenapa Bayu nggak bisa dihubungi? Hp aku atau hp Bayu yang rusak?" gumamnya kesal.

Akhirnya Tiara memutuskan untuk mengirimkan pesan untuk Bayu.

[Hai, kamu dimana? Ada yang mau aku bicarakan. Datang ya ke rumah!]

Tiara kembali berjalan pulang, ia tak melihat sosok Bayu yang tak kasat mata ada didekatnya. Bayu menatap Tiara dengan senyum tipis, dan ia mengikuti langkah Tiara untuk kembali ke rumah.

 Waktunya telah tiba, Tiara!

Terpopuler

Comments

Mahesa

Mahesa

kenap ga dari awal ditempatkan di bagian resepsionis ?

2024-05-03

0

Mahesa

Mahesa

gedung Berlian itu Semarang daerah mana ya ?

2024-05-03

1

Namika

Namika

bageur si ibu

2022-12-07

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!